Total Pageviews

Translate

Monday, January 1, 2018

The Reunion

We graduated exactly two decades ago this year. While it is definitely a milestone that is worth celebrating, I'm not entirely sure if we will ever have a reunion party because no committee is even formed yet thus far. Compared with other schools, I'm afraid we are certainly lagging behind, haha.

This got me thinking about the day I organized Reunion 2014. I know the year I chose to hold such event was rather odd (who on earth held a reunion 16 years after graduation, anyway? Wouldn't a 15 years anniversary sound better?), but it was not without a reason. My motivation was rather straightforward. Prior to that, when I was browsing the news feed on Facebook, I saw this ex-housemate of mine having his school reunion. This guy, for some strange reason, seemed to find it funny when he cursed my flights to crash, so upon seeing him, I was like, "oh my, even a lame guy like this can attend a reunion."

The site visit and briefing, one day before the event.

Then the next question immediately came to my mind: if he could, why couldn't we? We certainly could! Someone just needed to do it. Perhaps it was me? While the idea was hot, I bounced it off Endrico. He was game, so we discussed further about it. We talked about how, what, where, when and who.

If the reunion was just a quick and dirty gathering of school friends over dinner or lunch, it certainly could be done. However, an event without programmes would be very dry. We'd end up having friends hanging out only with their own groups. The togetherness would be sorely lacking.

The music performance by Hardy and Muliady. 

That was something I'd like to avoid, so we should have something that came from us for us. Of course it had to feature some of us singing stuff that we did back in high school, so I definitely got to get Hardy and Muliady The. When I asked around, Parno was willing to participate and Alvin was keen to demonstrate some basic kung fu fighting. Now that was interesting!

Everybody watched the kung fu fighting!

For video montage that showed our school days, Endrico and I had a rather comprehensive collection of photos, so it was the easiest part for me to complete. We also adopted Denny's idea of having our high school backdrop for photo taking purpose. Apart from that, I had this idea of doing a talkshow, simply because I thought it was good to hear the stories from successful friends (it was too bad that I miscalculated the time we had and eventually failed to execute it). As a closure, I came up with a quiz game about things that happened back when we were in school and boy, was I glad that San San was able to lead the game. She was so lively that she really nailed it!

The hilarious and animated situation during the quiz game. Watch out for the shoe!

When it came to the location, I never had a doubt that it had to be in Jakarta. Not only it'd be easier for those who stayed overseas, but you could be sure that those who were willing to attend would go the extra mile to go to Jakarta, too. The problem was, where should the venue be? Susan had the solution for this, so she proposed her workplace, Sun City. We quickly took up the offer.

Now that things were shaping up, we had to choose the date. We had several options and school holidays were surely considered, but we eventually decided that Sunday, 30/03/2014, would be good, because the guests could come on Saturday and go back on Monday, which was a public holiday. 

The invaders! We weren't originally from the school, but we definitely graduated from there!

By then, the committee members were pretty much confirmed, too. Endrico was there as the sounding board and photographer. Surianto was there, too, as a backup photographer. Susan was the hostess and she took care of the food and the venue. Anni was our trusted treasurer. San San, Hardy, Alvin, Muliady and Parno were there as well, playing the roles they were supposed to play. Then there were a couple of investors, too, but perhaps they should remain anonymous for the sake of their privacy, haha.  

While we were on this subject, I probably should share a bit about the expenses. The reunion wasn't meant to be a profitable project. It was the other way around. The fee per person was heavily subsidised so that it was affordable. It was envisioned to be a happy event and thanks to our dear investors, it was made possible. The rest, as they said, was history.

I didn't think it was perfect. There were minor glitches here and there, but from one friends to another, they didn't feel like mistakes. In fact, it'd been too long since we ever gathered like this that we refused to part ways. When the reunion ended, we shifted to a coffee shop to carry on talking. We left high school 16 years ago so we definitely had a lot to talk about! 

And we hung out here until late in the evening!


Reuni

Tahun ini adalah dua dekade lulusnya saya dan teman-teman dari SMA. Saya rasa ini adalah sesuatu yang pantas dirayakan di dalam hidup ini, tapi saya tidak sepenuhnya yakin jika tahun ini ada reuni sebab sampai sekarang panitianya bahkan belum terbentuk. Dibandingkan dengan sekolah lain, saya rasa kita jauh tertinggal dalam segi persiapan, haha. 

Saya jadi teringat lagi tentang saat-saat dimana saya mengorganisir Reuni 2014. Ya, tahun yang saya pilih memang agak janggal (mana ada orang yang mengadakan reuni 16 tahun setelah kelulusan? Bukankah 15 tahun terdengar lebih standar?), namun ini bukannya tanpa alasan. Saya mendadak termotivasi tatkala melihat melalui Facebook bahwa mantan teman serumah saya sedang menghadiri reuni sekolahnya. Teman yang satu ini punya kebiasaan mengucapkan selamat jalan dan berharap semoga pesawat yang saya tumpangi tidak jatuh, seakan-akan ini adalah hal yang lucu dan enak didengar. Oleh karena itu, ketika saya melihat fotonya, saya langsung bergumam sendiri, "wah, bahkan teman yang seperti ini pun bisa menghadiri reuni." 

Dan tamu mulai berdatangan!

Kemudian terpikir oleh saya, kalau dia bisa menghadiri reuni, kenapa kita tidak? Tentu saja kita bisa! Salah satu dari kita, mungkin saya sendiri, tinggal mengorganisir acara serupa! Ketika ide ini masih hangat, saya lantas berbincang dengan Endrico untuk mendengar pendapatnya. Dia setuju, jadi kita berdiskusi lebih jauh lagi tentang bagaimana, apa, di mana, kapan dan siapa. 

Jadi bagaimana reuni itu seharusnya? Jika acaranya hanya sekedar kumpul-kumpul sambil makan siang atau makan malam, ini tentu saja tidak sulit untuk diselenggarakan. Namun masalahnya adalah, karena tiadanya rangkaian acara yang bisa disaksikan bersama, reuni ini bisa jadi terasa hampa karena semua menjadi sibuk sendiri.


Santap siang.

Ini adalah sesuatu yang ingin saya hindari, oleh karena itu saya menginginkan sesuatu yang berasal dari kita untuk kita. Tentu saja harus ada acara pertunjukan musik seperti yang kita lakukan sewaktu sekolah dulu, jadi saya harus menggaet Hardy dan Muliady untuk turut serta. Ketika saya bertanya sana-sini, ternyata Parno juga tidak keberatan untuk tampil dan Alvin juga bersedia untuk mempertunjukkan seni bela diri!

Untuk video klip yang berisi foto-foto kita di bangku sekolah, saya dan Endrico memiliki koleksi yang cukup ekstensif, jadi tidak sulit untuk dikerjakan. Kita juga mengadopsi usul Denny untuk menyewa photo booth dengan latar belakang sekolah kita. Selain itu, saya juga terpikir untuk menyelenggarakan talkshow karena tentunya menarik bagi kita untuk mendengarkan kisah teman yang lebih sukses, namun acara ini terpaksa dibatalkan karena tidak cukupnya waktu. Sebagai penutup, saya juga merancang kuis yang bertema kisah-kisah sekolah. Saya beruntung karena San San bersedia membawa acara. Dia benar-benar luar biasa dan suasana menjadi lebih hidup dan heboh karenanya. 

Ketika kuis berlangsung.

Berbicara tentang lokasi, saya tidak pernah ragu bahwa reuni harus diadakan di Jakarta. Ini akan memudahkan mereka yang tinggal di luar negeri. Selain itu, mereka yang berminat tapi tinggal di luar daerah sudah pasti tidak akan keberatan untuk berangkat ke Jakarta juga. Masalahnya adalah, di mana tempatnya? Susan mempunyai solusi dan dia menawarkan tempat kerjanya, Sun City. Idenya pun segera disetujui. 

Ketika rencana kian terwujud, kita pun harus menentukan tanggalnya. Saat itu kita memiliki beberapa pilihan, termasuk liburan sekolah di bulan Juni, akan tetapi kita akhirnya memutuskan untuk mengadakan acara pada hari minggu, tanggal 30/03/2014. Para tamu bisa datang di hari Sabtu dan pulang di hari Senin karena bertepatan dengan hari libur Nyepi. 

Para tamu menikmati acara. 

Para panitia pun kurang-lebih sudah terbentuk ketika itu. Endrico bergabung sebagai seksi sibuk dan fotografer. Surianto juga menjadi fotografer. Susan adalah tuan rumah yang menangani makanan dan tempat acara. Anni adalah bendahara yang terpercaya. San San, Alvin, Hardy, Muliady juga hadir dan memainkan peran masing-masing. Bersama-sama kita menyebarkan undangan. Selain itu, ada para investor juga, tapi demi privasi mereka, maka nama mereka tidak perlu disebutkan di sini, haha. 

Selagi kita membahas topik ini, mungkin ada baiknya saya berbagi sedikit tentang masalah biaya. Reuni ini tidak dimaksudkan sebagai ajang cari untung. Justru sebaliknya. Biaya registrasi tiap orang sebenarnya sudah disubsidi sehingga terjangkau. Reuni ini dimaksudkan sebagai acara kumpul-kumpul yang penuh kegembiraan dan tidak terbebani dengan masalah uang. Semua ini akhirnya bisa terwujud berkat bantuan dana dari para donatur. 

Acara reuninya sendiri, saya kira tidaklah sempurna. Ada kesalahan di sana-sini, tapi ini adalah acara yang diselenggarakan secara sukarela dari satu teman ke teman lainnya, jadi hal yang keliru pun tidak dipermasalahkan lagi. Sudah lama kita tidak berkumpul seperti ini sehingga ketika acara selesai pun kita tidak langsung berpisah. Banyak di antara kita yang berpindah ke warung kopi di dekat Sun City. Setelah 16 tahun meninggalkan sekolah, kita memiliki banyak hal yang musti diperbincangkan! 

Para hadirin berkumpul melihat hasil cetakan foto bersama. 




No comments:

Post a Comment