Time we enjoy wasting... I suddenly thought of this when I had two separate conversations last week. First one was with my buddy Bernard while we were having Thai food for lunch. We were talking about the pace of life in Singapore. I shared with him that I actually liked it. Time passed in the blink of an eye as we headed towards the end of the line.
Then at night, I had a call with my friend Eday. As he told me of the time he spent in Pontianak, I couldn't help imagining how slow it was. It was a different pace, so different than what he normally went through, that his work suffered and nothing got done. And he still had to endure that for another week. Suddenly I felt lucky that I wasn't there, haha.
The point of the two stories got to do with what I always believe and hold dearly: time we enjoy wasting. My friend Jimmy always talked about living a long life. We even joked about skipping the Catholic Jubilee Year of 2025 event this year and as we can still attend the next one 25 years later at the age of 70 years old.
Just to be clear, I have nothing against having a long life. But in honest truth, we don't know that. It's the one thing that we can't control. My experience taught me life can be so fragile that anything else can happen. Hence life shouldn't be about how long we live. It's always about the time well spent.
When I worked, I gave my best. When I had to be a husband and a dad, I became one. When I rested, I spent time on the nonsensical stuff I enjoyed the most. When I earned my keep, I shared it with my family. In my spare time, I wrote what I had in mind, I traveled to places and also met the people I wanted to see.
Yes, time indeed passed in the blink of an eye, but that was simply because it was the time I had enjoyed wasting. When I said that I liked how well paced Singapore is for me, that's what I meant. How about you?
![]() |
Time I enjoy wasting... |
Waktu Yang Dimanfaatkan Dengan Baik
Waktu yang kita habiskan... saya tiba-tiba berpikir tentang ini setelah melewati dua percakapan yang berbeda minggu lalu. Yang pertama adalah obrolan dengan rekan saya Bernard ketika kita menikmati masakan Thai di jam makan siang. Topik yang kita perbincangkan pada saat itu adalah cepatnya hidup di Singapura. Waktu berlalu dalam sekejap mata dan umur kita kian bertambah.
Kemudian, di malam hari, saya berbicara dengan teman saya Eday. Selagi dia bercerita tentang liburannya di Pontianak, saya jadi membayangkan betapa lambatnya waktu berlalu baginya. Waktu berjalan perlahan di sana, berbeda dengan apa yang biasa dilaluinya, sampai-sampai apa yang hendak ia kerjakan pun terbengkalai. Dan dia masih ada seminggu lagi di Pontianak. Langsung saja saya merasa beruntung tidak berada di sana, haha.
Jadi dua cerita di atas ada hubungannya dengan sesuatu yang saya pegang teguh: waktu yang kita habiskan dengan senang hati. Teman saya Jimmy suka berbicara tentang umur panjang. Kita bahkan bercanda bahwa tahun ini kita tidak pergi dulu melihat Pintu Suci di Vatikan karena kita masih bisa menghadiri perayaan berikutnya yang akan digelar 25 tahun kemudian, saat kita berusia 70 tahun.
Perlu diklarifikasi bahwa saya tidak menentang konsep berumur panjang. Hanya saja, sejujurnya kita tidak pernah tahu akan berumur panjang atau tidak. Ini bukan sesuatu yang bisa kita kontrol. Pengalaman saya mengajarkan bahwa hidup itu rapuh dan segala sesuatu bisa terjadi. Jadi hidup itu seharusnya bukan tentang berapa panjang, tapi tentang waktu yang dimanfaatkan dengan baik.
Ketika saya bekerja, saya usahakan semaksimal mungkin. Ketika saya harus menjadi seorang suami dan ayah, saya lakukan peran tersebut. Ketika saya bersantai, saya menikmati berbagai hal konyol yang saya sukai. Ketika saya menuai hasil kerja saya, saya bagikan dengan keluarga. Di waktu luang, saya pergi ke tempat yang ingin saya lihat, menemui mereka yang ingin saya temui dan menulis apa yang saya pikirkan.
Ya, benar bahwa waktu berlalu dalam sekejap mata, tapi itu karena saya habiskan sebaik mungkin untuk segala sesuatu yang saya sukai. Ketika saya berkata bahwa saya suka dengan cepatnya hidup di Singapura, yang saya maksudkan adalah apa yang saya jabarkan di atas. Sekarang bagaimana dengan anda?
No comments:
Post a Comment