Total Pageviews

Translate

Tuesday, January 14, 2025

One Week In India: Agra

Our trip to Agra in Uttar Pradesh started at 8am. It took us 4.5 hours of road trip from Welcomhotel in New Delhi to a hotel called Clarks Shiraz in Agra. After check in and quick lunch, the tour began with Agra Fort. That's when the history was slowly connected.

You see, back in Delhi, we went to Humayun's Tomb. Then at the Agra Fort, I started hearing about Jahangir, the grandson of Humayun. The fort itself was as impressive as it could be. Three other historical sites appeared in my mind when I was there: the Tower of London, the Forbidden City in Beijing and Kraton in Yogyakarta

At Agra Fort.

I suddenly could relate with what my friend Tuty had told me before. The Kraton was dwarfed in comparison. Agra Fort looked so sturdy that Kraton felt... flimsy. It stood tall, a reminder of a civilization from the past that was once as grand as the British and the Chinese. 

And from the window of Agra Fort, we could see Taj Mahal, probably the last thing Shah Jahan saw before he died. When history crossed over with a love story, this is where it got interesting. So while we were on our way to Taj Mahal, I began reading extensively about it.

At Taj Mahal.

It was actually quite a sad story. A king so loved the wife that he eventually built Taj Mahal for her when she died. Yet it didn't end well for Shah Jahan himself. His son imprisoned him and also killed all his own brothers. On top of that, he turned out to be the greatest king of Mughal Empire. Oh, the irony. 

But Taj Mahal itself was a wonder. I remember walking towards the front gate and as I got closer, Taj Mahal was revealed in all its glory. It was so brilliant, so beautiful that I stood there for quite a while in the afternoon, admiring the meaning of Taj Mahal. That long after the Mughal Empire was gone, Taj Mahal still stands the test of time and continues telling a great love story to the future generations. 

I just couldn't help admiring Taj Mahal!
Photo by Surianto.

By the time we left, Surianto said something like, "now that we have seen the Taj, what else is left for us to admire?" Emotionally exhausted, I tended to agree. And we went back to hotel, having seen enough for the day. We didn't go out again. We had a delicious mutton biryani at the hotel instead. 

The next morning, I thought we'd go straight to Jaipur. Apparently there was one more destination: Fatehpur Sikri Fort. We reached there after an hour drive from our hotel. Then the history lesson resumed. We learnt about King Akbar, Shah Jahan's grandfather. Before moving to Agra, he and his three wives, including one that was allegedly Christian, lived here. The last gate was pretty impressive.

In front of the last gate of Fatehpur Sikri Fort.

But all good things must come to an end. As we finished the sightseeing and drove away from Fatehpur Sikri Fort, we left behind the Mughal Empire. Heading into the new chapter now: Rajasthan, the Land of the Kings!



Seminggu Di India: Agra

Perjalanan kita ke Agra di negara bagian Uttar Pradesh dimulai jam 8 pagi. Durasi jalan darat dari Welcomhotel di New Delhi sampai ke hotel Clarks Shiraz di Agra adalah 4,5 jam. Setelah mendapatkan kamar dan makan siang sejenak, tur pun dimulai dengan Agra Fort. Perlahan-lahan sejarah yang kita dengar pun mulai berkesinambungan. 

Jadi sewaktu berada di Delhi, kita mampir ke Makam Humayun. Lalu di Agra Fort, saya mulai mendengar tentang Jahangir, cucu Raja Humayun. Benteng merah ini cukup berkesan, sampai-sampai saya jadi teringat dengan tiga situs sejarah lain yang telah saya kunjungi: Menara London, Istana Terlarang di Cina dan Kraton di Yogyakarta

Di Agra Fort.

Tiba-tiba saya bisa memahami apa yang teman saya Tuty ceritakan sebelumnya. Kraton terlihat mungil bila dibandingkan dengan Agra Fort. Benteng ini juga kokoh sehingga Kraton terlihat rapuh. Agra Fort berdiri megah, membuat saya membayangkan tentang sebuah kebudayaan yang setara dengan Inggris dan Cina. 

Dan dari jendela di Agra Fort, kita bisa melihat Taj Mahal di kejauhan. Mungkin ini adalah pemandangan terakhir yang dilihat oleh Shah Jahan sebelum dia meninggal. Ketika sejarah bercampur dengan cerita cinta, daya tariknya pun bertambah. Sewaktu kita menuju Taj Mahal, saya pun kian intensif membaca kisahnya. 

Di Taj Mahal.

Cerita Taj Mahal sebenarnya agak sedih. Seorang raja begitu mencintai istrinya dan ketika maut merenggut sang permaisuri, Shah Jahan pun membangun Taj Mahal sebagai bukti cintanya. Namun nasib sang raja sendiri tidaklah baik. Ia dipenjarakan oleh anak yang juga membunuh semua saudara laki-lakinya, lalu menjadi raja terhebat di Kekaisaran Mughal. Sungguh ironis. 

Namun Taj Mahal adalah sebuah keajaiban. Saya masih ingat betul saat saya berjalan menuju ke gerbang depan. Semakin saya mendekat, semakin Taj Mahal terlihat utuh. Begitu menakjubkan dan indah, sehingga tanpa sadar saya berdiri cukup lama mengagumi makna yang tersirat dari Taj Mahal: bahwa lama setelah Kekaisaran Mughal lenyap dari muka bumi, Taj Mahal masih berdiri tegak, tak lekang oleh waktu, dan menjadi saksi bisu bagi generasi mendatang tentang sebuah kisah cinta di masa lampau. 

Terpesona oleh Taj Mahal.
Foto oleh Surianto.

Saat kita beranjak pergi, Surianto berkata seperti ini, "setelah kita melihat Taj Mahal, selanjutnya apalagi yang masih berkesan?" Saya yang masih terngiang-ngiang dengan Taj Mahal cenderung setuju dengan ucapannya. Dan kita pun kembali ke hotel dan tidak ke mana-mana lagi setelah melihat sebuah keajaiban dunia. Untuk makan malam, kita menyantap nasi biryani di hotel.

Keesokan paginya, saya menyangka kita langsung ke Jaipur. Ternyata masih ada satu destinasi: Fatehpur Sikri Fort. Kita mencapai tempat tujuan kira-kira satu jam lamanya dari hotel. Lantas pelajaran sejarah pun berlanjut. Kini kita belajar tentang Raja Akbar, kakek Shah Jahan. Sebelum pindah ke Agra, dia dan tiga permaisurinya yang masing-masing beragama Islam, Hindu dan konon Kristen tinggal di sini. Gerbang terakhir yang kita lewati menjulang tinggi dan mengesankan. 

Di depan gerbang Fatehpur Sikri Fort.

Namun segala sesuatu ada akhirnya. Setelah selesai dan pergi dari Fatehpur Sikri Fort, kita meninggalkan Kekaisaran Mughal dan lanjut ke bab berikutnya: Rajasthan, negeri para raja! 

No comments:

Post a Comment