Bernard is easily one of my closest friends, but as I sat down with him in JB and looked back, I realized that I rarely traveled with him. Granted, we did Jakarta and Batam, but Laos was our farthest trip so far. When it comes to Malaysia, we visited Kuching in 2012. 13 years later, there we were in JB for the first time ever.
One week before the trip, he checked with me to see if I could accompany him to JB for furniture shopping. I checked with my wife if she had anything planned for family and, since she had none, I said okay. It was also a good opportunity to test out the MVNO data plan I just subscribed to. Lastly, since Loca Pay in Laos and Dana in Indonesia, I also downloaded TnG eWallet for this trip.
Off we went on a rainy Saturday. Once we passed through the autogate in Malaysia, it was time to test the MVNO SIM cards. Eight worked like a charm, but Circles.Life failed. Upon checking with the support team, turned out that my data plan of Circles.Life didn't cover the roaming services, haha.
First stop, lunch. Bernard wanted to eat Soon Huat Bak Kut Teh in Taman Sentosa. Apparently he was a regular here and I'd learn that we basically followed his usual itinerary. The queue for Soon Huat seemed long, but it was quite fast. The food wasn't that fantastic, I am afraid. Even Bernard said that the quality had dropped, though I'm not sure if he was influenced by the clear pork soup remark that I showed him when I checked in using Swarm.
![]() |
At the first shop. |
Next stop was the furniture shops. The first one was in Taman Johor Jaya, close to Tebrau. The second shop where we got the recliner sofa, was in Skudai. The testing, at least for me, was quite amusing. The more you got the potato couch feeling, the more you could be sure that it was the one you'd want to buy. Bernard was more systematic. He checked the neck and back support in both sitting and reclining positions. To put it simply, he was more meticulous.
![]() |
At the second shop, Art Home Furniture. |
Now that we got the sofa, we headed to Hard Rock Cafe Puteri Harbour to see if there was anything new. From there we headed back to Taman Sentosa again, this time we ate at Taman Sri Tebrau Hawkers Centre. It was an old fashioned eatery. Bernard joked that even the signboards were probably older than us. We had crayfish there, which reminded me of the seafood restaurant in Tanjung Balai.
![]() |
Visiting Hard Rock. |
The last thing we did right after dinner was foot massage at Fizzio that is located across the street. Painful at times, but that, perhaps, what the feet and legs needed. After an hour, I finally got a chance to test TnG eWallet. I love cashless payment! Then we made our way back to the border and returned to Singapore...
Sehari Di JB Bersama Bernard
Bernard adalah salah satu teman terdekat saya, tapi sewaktu saya lihat kembali, ternyata kita jarang berlibur bersama. Ya, tentu saja kita bepergian ke Jakarta dan Batam, tapi Laos adalah tempat terjauh yang pernah kita kunjungi bersama. Akan halnya Malaysia, kita ke Kuching tahun 2012. 13 tahun kemudian, kita mengunjungi Johor Bahru untuk pertama kalinya.
Satu minggu sebelum tanggal keberangkatan, Bernard bertanya apakah saya bisa menemaninya ke JB untuk berbelanja furnitur. Saya konfirmasi dengan istri, siapa tahu dia sudah merencanakan sesuatu untuk keluarga. Berhubung tidak ada acara, saya pun mengiyakan Bernard. Ini juga kesempatan yang bagus untuk menguji data MVNO yang saya beli baru-baru ini. Dan sejak Loca Pay di Laos serta Dana di Indonesia, saya juga mengunduh TnG eWallet untuk liburan singkat ini.
Lantas berangkatlah kita di Sabtu pagi yang rintik-rintik. Saatnya mengetes MVNO begitu kita melewati pintu imigrasi otomatis di Johor Bahru. Eight berfungsi dengan baik, namun Circles.Life tidak bisa dipakai di Malaysia. Setelah saya tanyakan ke bagian pelayanan pelanggan, ternyata paket data Circles.Life tidak mencakup koneksi internet di luar Singapura, haha.
![]() |
Bak Kut Teh. |
Pemberhentian pertama, makan siang. Bernard ingin menyantap Soon Huat Bak Kut Teh di Taman Sentosa. Ternyata dia sering makan di sana dan saya lekas menyadari bahwa hari ini kita akan mengikuti rute regulernya. Antrian di Soon Huat cukup panjang, tapi cepat pula pergerakannya. Rasa masakannya biasa saja. Bahkan Bernard mengakui bahwa kualitasnya sudah turun, walau saya tidak tahu apakah pendapatnya itu dipengaruhi oleh komentar tentang sup babi jernih yang saya tunjukkan padanya saat saya menggunakan Swarm.
Sesudah makan, tujuan berikutnya adalah dua toko furnitur. Yang pertama terletak di Taman Johor Jaya, tak jauh dari Tebrau. Yang kedua, tempat kita membeli sofa malas, berada di Skudai. Cara kita menguji kenyamanannya cukup menarik. Bagi saya, semakin malas rasanya saya beranjak dari sofa, berarti makin nyaman. Bernard lebih sistematis. Dia memeriksa penyangga leher dan punggung dengan lebih seksama, baik dari saat duduk tegak sampai posisi berbaring santai.
Setelah mendapatkan sofa, kita singgah sejenak di Hard Rock Cafe Puteri Harbour untuk melihat koleksi terbaru. Dari situ kita kembali ke Taman Sentosa lagi, kali ini untuk makan malam di Taman Sri Tebrau Hawkers Centre. Ini tempat makan tradisional dan Bernard bercanda bahwa papan nama penjualnya mungkin lebih tua dari kita. Kita memesan udang karang di sini, menu yang mengingatkan saya saat makan di restoran di Tanjung Balai.
Hal terakhir yang kita lakukan adalah pijat kaki di Fizzio di seberang jalan. Sakit juga pijatannya, tapi mungkin itu yang dibutuhkan tapak dan tungkai kaki setelah berjalan seharian. Satu jam pun berlalu dan akhirnya saya bisa mencoba TnG eWallet. Saya suka pembayaran non-tunai! Setelah itu, kita melaju ke perbatasan dan kembali ke Singapura...
No comments:
Post a Comment