The previous entry for the First Impression series was released five years ago. The story ended with Myanmar. I still traveled quite a fair bit before COVID-19 happened, but even though some of the destinations were new to me, they were still in the same countries I visited before. It was only in late 2022 that I began visiting some places that were entirely new to me.
The first was India, represented by Kolkata. I finally went to the most fascinating country that I had never visited thus far! I chose Kolkata because it was near and there was a direct flight from Singapore. It was a right choice, and a right amount of India for a first timer!
![]() |
The chaos and creation in Kolkata! |
At Mullick Ghat Flower Market, I experienced information overload. The colors, the smells, the noises, never before my senses worked so hard to process them all! And the deeply entrenched Hinduism. I remember standing next to the railway, watching the ritual happening in the river. It occured to me that long before Jesus was born, the Indians had already been doing this. Incredible India, indeed!
![]() |
Once upon a time in Geneva. |
Then it was another trip to Europe after that. It had been seven years since my first and only visit. And Geneva was a great reminder of Europe's elegant culture and lifestyle, that people on this side of our planet lived differently than us. It was a far cry from the breakneck speed we had in Asia. We talked about work-life balance, but they lived it. It was all the more true when we reached Interlaken, where the scenery seemed like something lifted out of a fairy tale.
![]() |
Having fun in Vaduz. |
Liechtenstein was the next country I visited the moment I crossed the Swiss border. It was smaller than Singapore and, with the absence of airports and harbors, it was kind of hard to think of it as a real country. That's why I forwent Hard Rock Hotel in Davos and visited Vaduz instead. It was like a wonderland, place you couldn't be sure that it existed, but yet there it was, a fully functioning country by itself, haha.
Austria, on the other hand, was a serious business. I would described it as rowdy. It was like, after leaving Switzerland, you somehow sensed that you gotta be more careful here. I vaguely remember Innsbruck, so the impression mainly came from the few days I had in Salzburg.
![]() |
Salzburg, the birthplace of Mozart. |
In hindsight, the impression was, perhaps, biased. Salzburg happened right at the tail end of the trip, when the magic of Europe had faded away. After seeing too many old towns by the river, I just felt fatigued, and Salzburg was one too many, I guess.
The Taiwan trip happened one year later. Despite its disputable status as a country, Taiwan felt more like Japan than China. Hence it felt quite unique. The whole time I was in Taipei, I couldn't help feeling that it was like traveling 101. It was so safe and easy to go around the city. Suitable for a family trip, but it got boring after a while.
![]() |
The family trip to Taiwan. |
Now, the latest country I visited was Australia. I don't know if Perth is a good reference for one to say something about Australia, but I did enjoy my time here. It was probably the nearest major city in a Western country to Singapore. The city was safe and slow paced, but modern enough for my liking. I remember walking alone in one drizzling afternoon, thinking that it'd be fun to explore cities like this with my friends.
![]() |
In Swan Valley, Perth. |
So there you go, another five or six countries that I managed to visit when the world opened up again after COVID-19. Next stop: USA! Year: 2026! Event: World Cup! Let's see what tomorrow will bring! Until that happens, one can always dream and plan towards it!
Kesan Pertama Yang Berikutnya
Episode terakhir dari serial Kesan Pertama diterbitkan lima tahun silam. Saat itu cerita diakhiri dengan kunjungan ke Myanmar. Saya masih sempat berlibur ke sana-sini sebelum COVID-19 melanda, tapi meski baru tujuannya, negaranya sudah pernah saya datangi. Kesempatan mengunjungi negara lain barulah terwujud lagi di penghujung tahun 2022.
Negara tersebut adalah India yang diwakili oleh Kolkata. Akhirnya saya berhasil mengunjungi negara paling mengesankan yang belum pernah saya kunjungi hingga sejauh ini. Saya memilih Kolkata karena tidak terlalu jauh dan memiliki penerbangan langsung dengan Singapore Airlines. Kolkata adalah pilihan yang tepat dan pas pula kadar dan nuansanya untuk turis yang pertama kali ke India!
Di Pasar Bunga Mullick Ghat, saya mengalami sensasi kebanyakan info. Aneka warna, berbagai aroma dan juga suara-suara yang gaduh memaksa indera saya bekerja jauh lebih keras dari apa yang pernah saya rasakan sebelumnya! Dan budaya Hindu yang begitu kental di sana sangatlah mencengangkan. Saya ingat betul saat berada di samping rel kereta dan menyaksikan ritual yang diselenggarakan di sungai. Tiba-tiba saja terbayang oleh saya bahwa orang India sudah melakukan hal ini jauh sebelum Yesus lahir. Memang dahsyat!
Setelah India, yang berikutnya adalah liburan ke Eropa. Tujuh tahun telah berlalu semenjak kunjungan saya yang pertama dan sekali-kalinya. Jenewa di Swiss adalah tempat yang istimewa untuk mengingat kembali, betapa elegan budaya dan pola hidup orang Eropa. Kehidupan mereka di bagian planet ini berbeda dengan Singapura yang cepat pergerakannya. Semua ini kian nyata ketika kita tiba di Interlaken yang pemandangannya seperti cerita dongeng.
Liechtenstein menjadi negara selanjutnya yang saya kunjungi begitu saya melewati perbatasan Swiss. Negara ini lebih kecil dari Singapura dan tak memiliki bandara serta pelabuhan pula. Inilah alasannya kenapa saya merelakan Hard Rock Hotel di Davos dan pergi ke Vaduz, ibukota Liechtenstein. Tempatnya seperti negeri fantasi, tempat yang seharusnya tidak ada, tapi nyata dan berfungsi sepenuhnya sebagai suatu negara, haha.
Austria, di sisi lain, adalah perkara serius. Saya suka menjabarkannya dengan sebutan kasar dan terkesan tidak aman. Berbeda jauh dengan Swiss. Begitu anda berada di Austria, anda bisa merasakan kalau anda harus lebih hati-hati di sini. Saya tidak memiliki kesan mendalam tentang Innsbruck, jadi apa yang saya deskripsikan di atas lebih condong berdasarkan pengalaman saya di Salzburg.
Bila dilihat kembali, kesan saya mungkin agak bias. Kunjungan saya ke Salzburg terjadi di penghujung liburan, tatkala pesona Eropa telah memudar. Sesudah melihat begitu banyak kota tua di pesisir sungai, saya merasa cukup dan hal inilah yang paling terasa di Salzburg. Dengan demikian, kesannya pun tidak terlalu baik.
Setahun kemudian, kita pergi ke Taiwan. Terlepas dari statusnya sebagai suatu negara atau bukan, Taiwan terasa lebih mirip Jepang daripada Cina, sehingga unik kesannya. Selama saya berada di Taipei, rasanya seperti liburan pemula. Begitu aman dan gampangnya kita berkeliling kota. Cocok untuk liburan keluarga, tapi agak membosankan juga.
Hingga saat ini, negara terakhir yang saya kunjungi adalah Australia. Saya tidak tahu apakah Perth adalah referensi bagus untuk berkomentar tentang Australia, tapi saya menikmati hari-hari saya di sini. Ini adalah kota orang kulit putih terdekat dari Singapura. Aman dan lamban pola hidupnya, tapi modern seperti selera saya. Saya ingat saat berjalan di suatu sore yang mendung dan rintik-rintik. Saat itu saya berpikir, sepertinya seru juga kalau menjelajahi kota seperti ini bersama teman-teman.
Dalam tiga tahun, lima atau enam negara dikunjungi setelah COVID-19 berakhir. Pemberhentian berikutnya: Amerika Serikat! Tahun: 2026! Acara: Piala Dunia! Entah apa yang akan terjadi di hari esok! Tapi apa pun itu, kita selalu bisa bermimpi dan mengerjakan rencana kita!
No comments:
Post a Comment