Total Pageviews

Translate

Tuesday, September 24, 2019

Incredible India

India is probably the most fascinating country that I never visited thus far. We went a long way back. While I couldn't speak on behalf of my peers, it was safe to say that the country was influential since my childhood days. My earliest recollection was the masala films made by Bollywood. They were unbelievable. First you got people appearing out of nowhere just to dance and sing, haha. Then the fighting scenes were so bad to the extent that it felt like a joke. Some bad guys flew away even before the punches landed on them, haha.

On a more serious note, I first learnt about the Hinduism culture through a book about Ganesha, the elephant-headed deity. What I read was likely to be a Balinese version of Ganesha's origin. Not even Wikipedia mentioned the following story, but some Indonesian articles actually talked about the ancient manuscript called Ganapati Tattwa. I vaguely remember that it was about Ganesha fighting Nila Ludraka, a giant that was feared by all the gods. Eventually it was up to Ganesha to do something about it. He was this helpless baby that miraculously grew up every time the giant kicked him. Soon Ganesha was big and strong enough to fight back and won the battle, though he broke one of his tusks in the process.

For the longest time, my only source was the literature. From comics, I followed the adventure of Asterix, Obelix and Assurancetourix to India in order to save Princess Rahazade. I remember reading about Valmiki, the author of Ramayana. Michael H. Hart, in his book called the 100, told the stories about Siddhartha Gautama and Mahavira. Much later on in life, a friend introduced me to a novel titled Life of Pi. That's when I first learnt about Pondicherry. When I was in Yangon, I picked up Where China Meets India, a book that talked extensively about Assam and less known states such as Nagaland. The book also mentioned about the history of Buddhism in Bihar and Xuanzhang's journey to the West. He went alone without the Monkey King and other disciples, though.

From music perspective, the Beatles, especially George Harrison, introduced the Indian influence to their fans. The sound of sitar was first heard in Norwegian Wood. The word om, with a symbol that looks like number three, was sung by John in Across the Universe. I got to know about the maestro Ravi Shankar, the father of Norah Jones, through the Concert for Bangladesh. Then there was the repetitive My Sweet Lord, easily the biggest hit for George, that would get you chanting the Hare Krishna mantra. That's the time I realised that Vishnu was the God with many names!

Taking picture with the statue of Vishnu in Bali, 2004.

When I came to Singapore, I started having Indian colleagues and friends from various states and backgrounds. They were charming and smart people. When we had a casual conversation, I believe it was due the rich cultures that they always had things to talk about. Impressive! I grew to like Indian food as well during my stay here. The cuisines was irresistible, including sweets like gulab jamun. Tasty!

Then I planned trips, quite a fair bit of them. Oh yes, I once thought of travelling to Sri Lanka and flew in to Tamil Nadu to see Chennai, the famous butterball of Krishna in Mahabalipuram and Pondicherry. I also looked at the map and planned the trip to Kolkata, Darjeeling and Gangtok. Sometimes I checked flights to Goa, too. I even told my buddy Franky that I was keen to tag along should he have business trips to Mumbai. Sadly, none of this was ever materialised.

Still the dream to visit India never faded away, thanks to Aamir Khan's movies that I watched recently. My friend Gunawan spoke highly of PK and since it was available on Netflix, I gave it a try. Not only it was funny, it also tackled the taboo and sensitive topics brilliantly. As I dug deeper and watched more of his movies such as Dangal, Secret Superstar and of course 3 Idiots, I was again enamoured by the culture and the beauty of India. Places like Ladakh and Shimla were so beautiful!

I can't say every Chinese Indonesian would have a similar exposure on Indian cultures, but it happened that way to me. It was funny how it started with the movies and, instead of waning, the interest was reignited again by the movies. In-between, there were books and music. India had been part of my life, since the formative years till today. I just hope that I'll have a chance to visit the country one day...

Enjoying chicken lollipop with Fera at Anjappar Chettinaad Restaurant.



India Yang Menakjubkan 

India mungkin merupakan negara paling menarik yang belum pernah saya kunjungi. Ada hubungan yang tidak terpisahkan antara India dan saya, sebuah hubungan yang sudah terjalin dari dulu. Bagi saya pribadi, budaya India sudah terasa dari sejak kecil. Kenangan pertama yang saya ingat adalah film-film kategori masala yang diproduksi oleh Bollywood. Hanya film India yang memiliki adegan orang-orang yang bermunculan entah dari mana untuk menari dan menyanyi, haha. Adegan pertarungannya pun tidak kalah berkesan karena jeleknya. Sebelum tinju mendarat, terkadang yang dipukul pun sudah melayang duluan, wahaha. 

Budaya India yang kemudian saya baca adalah tentang Ganesha, dewa Hindu yang berkepala gajah. Apa yang saya baca pada masa kecil itu mungkin asal-mula Ganesha versi Bali. Bahkan di Wikipedia pun cerita ini tidak ditemukan, namun beberapa artikel berbahasa Indonesia menyinggung tentang naskah kuno bernama Ganapati Tattwa. Ceritanya, sejauh yang bisa saya ingat, adalah tentang pertarungan Ganesha dan Nila Ludraka, raksasa yang ditakuti oleh para dewa. Ganesha berwujud bayi kecil saat bertarung dan setiap kali dipukul, ia pun tumbuh secara fisik, sampai akhirnya cukup dewasa untuk menyerang balik. Nila Ludraka berhasil ditaklukkan, tapi satu gading Ganesha pun patah karenanya.

Berfoto bersama Endrico, Jimmy and Ardian di depan patung Wisnu.

Untuk jangka waktu yang panjang, pengaruh budaya India bersumber dari buku bacaan. Dari komik, saya mengikuti petualangan Asterix ke India untuk mendatangkan hujan dan menyelamatkan Putri Rahazade. Saya membaca sekilas tentang Walmiki, penggubah cerita Ramayana. Michael H. Hart, lewat bukunya yang bertajuk 100 Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, bercerita tentang Sidarta Gautama dan Mahavira, pendiri Budhisme dan Jainisme. Bertahun-tahun kemudian, seorang teman merekomendasikan saya sebuah buku berjudul Life of Pi. Dari sinilah saya mengetahui tentang Pondicherry. Ketika saya berada di Yangon, saya membeli buku Where China Meets India yang mengisahkan tentang Asam dan negara-negara bagian lain di India yang jarang terdengar, misalnya Nagaland. Buku ini juga membahas sejarah perjalanan ke Barat yang ditempuh oleh Pendeta Tong dari Cina ke Bihar, India. 

Dari sisi musik, the Beatles, terutama George Harrison, memperkenalkan pengaruh India kepada para penggemarnya. Suara sitar pertama didengar lewat lagu Norwegian Wood.  Kata om, yang simbolnya mirip dengan angka tiga, dinyanyikan oleh John di lagu Across the Universe. Saya pertama mendengar tentang Ravi Shankar, ayah Norah Jones, Lewat Concert for Bangladesh. Selanjutnya ada lagi My Sweet Lord yang repetitif liriknya. Lagu dari George yang duduk di peringkat #1 di Amerika dan Inggris ini akan membuat anda menyenandungkan mantra Hare Krishna. Lewat lagu inilah saya menyadari bahwa Wisnu adalah Dewa dengan banyak nama.

Ravi Shankar bermain sitar di Konser untuk Bangladesh.
Foto diambil dari buklet the Concert for Bangladesh. 

Ketika saya pindah ke Singapura, saya mulai mempunyai kolega dan teman Indian dari berbagai negara bagian dan latar belakang. Rata-rata orang India itu pintar dan memiliki ketrampilan dalam berbicara. Ketika kita bercakap-cakap, kita bisa berbicara tentang banyak hal, mungkin karena kayanya budaya mereka. Sangat mengagumkan. Saya juga menjadi suka dengan makanan India setelah pindah ke sini. Masakan mereka sangat menggoda. Bahkan manisan pencuci mulut seperti gulab jamun pun sedap rasanya! 

Saya juga merencanakan beberapa perjalanan ke India. Suatu ketika saya berpikir tentang kunjungan ke Sri Lanka dan terbang dari sana ke Tamil Nadu untuk melihat kota Chennai, bola mentega Krishna dan juga Pondicherry. Selain itu, saya melihat peta dan membuat rute dari Kolkata ke Darjeeling dan Gangtok. Kadang saya pun mengecek harga tiket ke Goa. Saya bahkan sempat berbincang dengan kolega saya Franky bahwa saya berminat untuk turut serta ke Mumbai kalau dia ke sana dalam rangka bisnis. Sayang sekali sampai sejauh ini kunjungan ke India belum terwujud.

Film-film Aamir Khan di Netflix.

Meskipun demikian, mimpi untuk ke India tidak pernah padam. Teman saya Gunawan berkomentar tentang bagusnya film PK dan karena film ini ada di Netflix, akhirnya saya coba tonton. Film ini ternyata lucu dan cerdas dalam mengangkat topik yang sensitif. Saya lantas menjajaki dan menonton film Aamir Khan yang lain seperti Dangal, Secret Superstar dan tentu saja 3 Idiots. Singkat cerita, saya jadi kian terpesona dengan budaya dan keindahan India. Tempat-tempat seperti Ladakh dan Shimla sungguh memukau! 

Saya tidak bisa mengatakan bahwa setiap orang Tionghoa memiliki pengalaman yang sama akan pengaruh budaya India, tapi cerita di atas adalah apa yang saya alami. Lucu rasanya bahwa semua ini bermula dari film dan kembali membara karena film juga. Budaya India secara tidak langsung membentuk saya lewat buku dan musik dari sejak dini. Saya berharap bisa berkelana di India suatu hari nanti... 

No comments:

Post a Comment