Total Pageviews

Translate

Friday, June 9, 2023

Behind The Camera

The thing with this guy named Fendy is, I'd known him since college and he didn't seem to be one that would pick up photography. So there had to be a story behind it. True enough, there was one, and it was the kind I like: one that was based on an inspiration.

His story began back in 2018. While doing the research to buy a mirrorless camera, he stumbled into two news feeds on social media. The photos were so brilliant that he just had to find out more. The camera was Fujifilm X-Pro2. It was above his price range, but instead of being discouraged, he settled with one with a lower spec: the X-T30.

Now armed with camera, he attended the workshops to find his way. He fell in love with landscape and cityscape. Eager to practice, he participated in a photo trip to Bali. God knows how he survived that as a beginner, but what he didn't do right, he evaluated and asked. He also watched YouTube for tips and tricks. 

Exploring the nature.

Up until here, you could see that Fendy's basics were interest and hard work. But photography is an art, hence I had to ask the default question: is it something one can learn or does it entirely depend on talent? According to him, it was 30% theory, 30% talent and 40% practice. That's what it takes for him to churn out photos using his trusted X-T5 these days. 

The camera is the top end of the range and it's water resistant, too. And that might get you wondering if photography was an expensive hobby or not. Well, it is certainly not cheap, but Fendy would reason that a good photo came with a price. 

Luckily for us, that isn't the only thing that matters. Editing is now inseparable from digital photography and the touch up really helps. For a simple one on the phone, Fendy uses Lightroom. For heavy lifting, he'll go for Adobe Photoshop on a computer. The same thing can't be done for the conventional film photography, hence Fendy doesn't dabble in it.

Jakarta.

Fendy worked hard on his craft to the extent that he is now capable of leading the photography trips and giving workshops. His arsenal includes stuff likd long exposure and neutral-density filter. If the terms sound alien, perhaps they can be described like this: the photo with long, laser-like in the night, that is the result of long exposure. The one that gives the cloudy effect to the sea waves, that is the ND filter.

Throughout his adventures thus far, one would forever stand out. It was the five-level Kuweg Waterfall. The road trip to the destination was long and challenging. Car could only bring him so far and he had to continue with a motorbike due to the challenging terrain. Then he had to climb up. In total, it took him about 10 hours to get to the destination from Pontianak, but it was worth it.  

And finally we got to the part made possible by technology these days: videography. Since today's cameras are able to film, I couldn't help asking if Fendy loves it, too. He did video recording from time to time, but he didn't really like it. Unlike photography, video-editing is too much work. That explained his lack of interest, haha. Anyway, if you are keen, check out his Instagram account @fendy_chandra!

Kuweg Waterfall.



Dari Balik Kamera

Saya kenal Fendy dari sejak kuliah dan tidak terbayangkan oleh saya bahwa suatu hari nanti dia akan menekuni fotografi. Karena itu pasti ada kisah di balik semua ini. Dan benar saja, ceritanya menarik. Saya suka karena asal mulanya berdasarkan inspirasi dan juga menginspirasi. 

Kisah Fendy sang fotografer dimulai di tahun 2018. Ketika dia mencari tahu tentang kamera mirrorless untuk jalan-jalan, dia menemukan dua penggiat sosial media yang mengagumkan foto-fotonya. Fendy sangat terpukau, sampai-sampai dia tergelitik untuk mengetahui, kamera apa gerangan yang bisa menghasilkan foto sebagus itu. Mereknya adalah Fujifilm X-Pro2, investasi yang cukup mahal untuk pemula, jadi dia pun membeli kamera yang spesifikasinya sedikit lebih rendah: X-T30.

Berbekal kamera tersebut, dia pun menghadiri kelas-kelas pemula. Ternyata pemandangan alam dan kota terasa lebih cocok baginya. Terpicu untuk lekas praktek, dia turut serta dalam acara foto di Bali. Fendy yang masih pemula pun menjepret sana-sini sebisanya. Apa yang tidak terlihat baik lantas dievaluasi dan ditanyakan kepada yang lebih mahir. Dia juga melihat YouTube untuk mengetahui lebih lanjut tentang seluk-beluk fotografi. 

Menjelajahi alam.

Sampai sejauh ini, bisa kita lihat bahwa basis Fendy adalah minat dan upaya keras. Akan tetapi fotografi adalah seni, jadi saya pun wajib bertanya, "apakah fotografi ini sesuatu yang bisa dipelajari atau sepenuhnya tergantung pada bakat?" Menurut Fendy semua ini adalah 30% teori, 30% talenta dan 40% praktek. Ini adalah kesimpulannya setelah menghasilkan foto-foto bagus dengan kamera X-T5 sekarang ini. 

Kamera ini adalah yang paling bagus dari kategorinya dan anti air pula. Anda mungkin jadi berpikir, kalau begitu, apakah fotografi ini adalah hobi yang mahal atau tidak. Fendy berpendapat bahwa hobi ini tidaklah murah, tapi di satu sisi, kualitas kamera tidak berbohong.

Namun untunglah kamera bukan satu-satunya faktor penentu dalam fotografi. Editing juga tak kalah pentingnya dan sangat membantu meningkatkan kualitas foto. Untuk yang cepat dan ringkas, Fendy mengunakan Lightroom di hapenya. Untuk yang kelas berat, dia akan berkutat di depan komputer menggunakan Adobe Photoshop. Hal yang sama tidak bisa dilakukan dengan kamera biasa yang masih menggunakan film, jadi Fendy pun tidak mencobanya. 

Jakarta.

Fendy tekun di bidang yang disukainya dan kini dia bisa memimpin liburan tim fotografer dan mengajar di kelas fotografi. Tekniknya dalam berfoto antara lain long exposure dan filter densitas netral. Jika istilah ini terasa asing, penjabarannya kurang-lebih demikian: foto yang memiliki cahaya panjang dan mirip laser di malam hari, ini adalah hasil dari jepretan long exposure. kalau yang memberikan efek mirip awan pada ombak dan buih di laut, itu namanya filter ND. 

Dari berbagai objek wisata yang sudah dikunjunginya, ada satu yang memberikan kesan mendalam baginya. Tempat ini namanya Riam Kuweg yang memiliki lima tingkat air terjun. Perjalanan ke sana memakan waktu lama dan sangat menantang. Mobil hanya bisa sampai separuh jalan karena buruknya kondisi sehingga ia harus naik motor. Setelah itu pengunjung harus mendaki ke atas. Secara keseluruhan, perjalanan ke sana memakan waktu 10 jam dari Pontianak, tapi semua kelelahan itu terobati oleh keindahan alamnya.

Dan akhirnya kita sampai di bagian yang kini dimungkinkan oleh kecanggihan teknologi: videografi. Di zaman sekarang, kamera pun bisa merekam film, jadi saya pun bertanya apakah Fendy juga menjajal bidang ini. Dia ternyata juga membuat video dari waktu ke waktu, tapi dia kurang menyukai prosesnya. Berbeda dengan fotografi, editing video membutuhkan waktu lama. Karena alasan inilah Fendy kurang berminat, haha. Bagi yang berminat, bisa liat karyanya di akun Instagram @fendy_chandra!

Rian Kuweg.


No comments:

Post a Comment