Total Pageviews

Translate

Saturday, October 21, 2017

From Ahok

How often in life do you actually reach out to someone you admire and, given the circumstances, you don't really expect any reply, even though you actually wish for one? In my case, I had heard from others that Ahok did personally reply every single letter that was sent to him, so I gave it a try. It'd be great if he replied, but even if he didn't, that'd be understood, too. The least I could do was to thank the man for what he had done for us.

He made us proud, not only as Chinese, but especially as Indonesians. In a country so well-known for corruption and hypocrisy, both he and Jokowi were the glimmering hope we didn't know we had until they stepped into the limelight. After taking things for granted that Indonesia would never change, we were forced to reevaluate what we always believed thus far: so we did have such hope!

Things got interesting from then onwards. In a short period Ahok was governing Jakarta, we were shown that things in Indonesia could be done differently and in a better way. Then he was jailed for the alleged blasphemy, which was very obvious to many that it was just a dirty political circus. The hard truth of Indonesia, I guess.

In the evening of August 26, I wrote to thank the man for the inspiration and the hope that he gave us. I told him that the day I listened to his speech at the Indonesia Embassy in Singapore was one of the best moments in my life. He made me believe that it was really up to us, Indonesians, regardless what race we are, to change the course of our country for the better.

And he wasn't just all talk, but he was capable of doing it, too. He set the standard so high and led us towards it that, for once in the history of Indonesia, we surprised ourselves by achieving that. Only God knows if history will repeat, but I have faith now that it will. By then, whether Ahok will return or not, that's anyone's guess. For now, I just hoped that he was doing fine.

The letter I wrote could have ended up as a one-sided conversation. I was half-expecting that and I was prepared to have no reply, as days went by with no sign of such mail in my mailbox, so imagine how delighted I was when I actually received a reply from Ahok on October 17.

I smiled as I read his famously ugly handwriting (he even said that himself in his letter, although his handwriting was still much more readable than mine). His letter, dated September 30, talked briefly about his life in prison. He shared that he had been quite active in writing and he hoped that his book could be published by PT. Basuki Solusi Konsultindo next year. I had no idea if he was just kidding about the name of the company, haha.

I like the fact that the letter felt very upbeat and easygoing without the slightest hint of regret. The content was very positive for a person who was thrown into jail unfairly. Very infectious, refreshing and inspiring, I must say. I mean, he could have just blamed God and complained incessantly for what he went through, but no, he chose to be thankful instead. He mentioned in his letter that he was actually grateful that he was given time by God to retreat and rethink about his career instead of working as a governor until October 15. As a reader, I could sense that he had moved on. He did what he could do in the meantime while eagerly waiting to see what tomorrow would bring.

Looking back, those days when he was a governor was quite an adventure, a real life drama between good and evil. All hopes seemed lost when things took a sudden turn, but now, knowing that he's okay and taking things lightly, I feel somehow encouraged, too. The thing with Ahok is, he can be jailed physically, but his influence can't be imprisoned. He made me believe that there's such thing as greater good. Through his letter, it is as if he was trying to say, "don't stop believing in hope and doing what's right. It doesn't matter if many don't see it now, but time will tell one day."

Really, if this doesn't inspire you, I don't know what else will...

And the reply finally reached Singapore.


Dari Ahok

Di dalam hidup ini, seberapa sering anda mencoba menghubungi orang yang anda kagumi namun tidak benar-benar berpikir bahwa anda akan mendapatkan jawaban, walaupun sebenarnya anda berharap? Dalam pengalaman saya yang berikut ini, saya pernah membaca bahwa Ahok membalas setiap surat yang ditujukan padanya, jadi saya tergerak untuk mencoba. Bagus kalau misalnya dapat jawaban. Bila tiada balasan, itu pun bisa dimengerti. Paling tidak saya sudah kesampaian untuk mengucapkan terima kasih untuk apa yang telah dia lakukan. 

Jadi apa yang telah Ahok lakukan? Bagi saya, dia bukan saja membuat saya bangga menjadi orang Tionghoa. Lebih dari itu, dia membuat saya bangga jadi orang Indonesia. Di negara yang terkenal dengan korupsi dan gaya hipokrit, dia dan Jokowi adalah secercah harapan yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya sampai mereka melangkah ke kancah publik. Setelah bertahun-tahun lamanya percaya bahwa Indonesia tidak akan berubah, sekarang kita mau tidak mau mengevaluasi kembali sudut pandang tersebut: ternyata kita punya harapan.

Perkembangan yang terjadi menjadi semakin menarik semenjak itu. Di dalam periode yang singkat dimana Ahok menjabat sebagai gubernur, kita diberi contoh bahwa banyak hal di Indonesia bisa dilakukan secara berbeda dan lebih baik. Kemudian dia dipenjara berdasarkan sebuah tuduhan yang tidak masuk akal, yang jelas terlihat sebagai sirkus politik yang kotor. Tipikal Indonesia, saya kira. 

Tanggal 26 Agustus malam, saya akhirnya memutuskan untuk menulis dan berterima kasih pada orang ini atas inspirasi dan harapan yang telah dia berikan. Saya bercerita padanya bahwa hari dimana saya mendengarkan ceramahnya di Kedutaan Besar Indonesia di Singapura adalah salah satu peristiwa terbaik dalam hidup saya. Dia membuat saya percaya bahwa jika kita ingin membawa negara kita ke arah yang lebih baik, maka semua itu tergantung kita sebagai orang Indonesia, tidak masalah apa sukunya.

Dan seperti yang kita tahu dan lihat, dia bukan hanya asal bicara, tapi juga mampu membuktikannya. Dia menciptakan standar yang tinggi, membawa kita menuju ke sana dan, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, kita terkejut sendiri karena ternyata kita bisa jika kita mau. Hanya Tuhan yang tahu apakah sejarah akan terulang, tapi saya sekarang percaya bahwa ini tidak mustahil terjadi. Apakah Ahok akan kembali nantinya, tidak ada yang tahu. Namun untuk saat ini, saya hanya berharap bahwa dia baik-baik saja. 

Surat yang saya tulis ini bisa saja menjadi percakapan satu arah. Saya sudah siap menerima kenyataan ini. Seiring dengan berlalunya hari demi hari, saya semakin melupakan kemungkinan adanya balasan, jadi bayangkan betapa terkejutnya saya ketika saya menerima surat dari Ahok pada tanggal 17 Oktober.

Saya tersenyum ketika membaca tulisan tangannya yang terkenal jelek (bahkan dia pun dengan sadar menyebutkan hal ini di dalam suratnya, walau terus-terang saja tulisannya masih lebih bagus dari tulisan saya). Suratnya yang tertanggal 30 September bercerita singkat tentang kehidupannya di penjara. Dia juga berbagi cerita bahwa dia aktif menulis dan dia berharap bahwa bukunya bisa diterbitkan tahun depan oleh PT. Basuki Solusi Konsultindo. Saya tidak tahu apakah dia hanya bercanda atau serius dengan nama perusahaannya, haha.

Apa yang saya suka dari suratnya adalah semangatnya. Tiada kesan penyesalan sedikit pun di dalam tulisannya. Isi suratnya sangat positif untuk ukuran orang yang dilempar ke penjara secara tidak adil. Untuk apa yang telah dialaminya, dia bisa saja menyalahkan Tuhan yang mengeluh panjang lebar, tetapi tidak, dia justru memilih untuk berterima kasih. Dia menulis di dalam suratnya bahwa dia bersyukur karena dibebastugaskan oleh Tuhan sehingga tidak bekerja sampai tanggal 15 Oktober dan jadinya memiliki waktu untuk memikirkan langkah ke depannya. Sebagai pembaca, saya bisa merasakan bahwa dia sudah lebih siap dari kita dalam menerima kenyataan yang terjadi ini. Selagi di penjara, dia aktif dan mengerjakan apa yang ia bisa dalam ruang lingkup yang terbatas ini, lalu menanti apa yang akan dibawa oleh esok hari.

Kalau saya lihat kembali, hari-hari dimana dia menjabat sebagai gubernur bagaikan sebuah petualangan, sebuah drama antara kebaikan dan kejahatan. Semua harapan bagaikan sirna ketika terjadi hal-hal yang di luar dugaan dan menyudutkannya hingga terpuruk, tapi sekarang, setelah tahu dia baik-baik saja dan bisa melangkah dengan enteng dan penuh harapan dalam hidup ini, saya juga merasa tergugah. Saya selalu berpikir bahwa Ahok bisa dipenjara fisiknya, tapi pengaruh positifnya tidak bisa dibendung oleh jeruji penjara. Dia membuat saya percaya dengan yang namanya kepentingan orang banyak. Lewat suratnya, dia seolah-oleh ingin berkata, "jangan pernah putus harapan dalam melakukan sesuatu yang benar. Tidak masalah jika orang-orang tidak melihatnya sekarang, tapi waktu yang akan berbicara nanti."

Jika ini masih juga tidak menginpirasi anda, saya tidak tahu apa lagi yang bisa...

Ketika surat selesai ditulis, tanggal 26 Agustus.


No comments:

Post a Comment