When I thought of writing this, the topic felt strangely familiar. True enough, after checking, I realized that I had talked about this before in the Chronicler, the Impresario. It basically about the events I'd organized before.
This 1-week-old inspiration came from my friend Ardian. He posted a picture of all the game consoles since Atari in the chat group and I did a similar thing right after that by posting a picture of high school events that happened since the reunion in 2014. He missed out all, haha, but that's not the point. What intriguing was, after I did that, I recalled the stories behind the picture.
Once again, this one is not about the past events. It's more about how they became the events. Oh yes, they all started the same way. Before an event happened, it was once an idea that often sounded too bizarre or simply just a joke. If I heard of it, I might go, "haha, what?" But that's when I knew I was onto something.
Once upon a time in Japan. Photo by Evelyn Nuryani. |
The key is to let the idea, regardless how ridiculous it ever was, sink in. Case in point was Parno's idea of going to Japan with only IDR 10 million. It was hilarious when he said it. I remember making fun of it when I boarded bus 371, but half way home, when I had enough time to digest it, I was touched by the fact Parno was brave enough to dream about it. I planned for a Da Nang trip with high school friends earlier this year, but it was canned thanks to COVID-19, so I thought, let's make this one happen instead. It must be fun to travel with Parno again at the age of 40.
And so I began campaigning relentlessly for the trip to Japan in March 2021. I've done this activity many times and I know the drill quite well. You said it once and people would laugh at you, mostly because they never thought it was going to happen. But you meant it like you believed in it and you said incessantly, then people would start to think that it might be possible. They just had to hear it often enough to subconsciously think it was probably a doable idea.
In this particular case, we were from a small town and Japan was beyond our reach mainly because it was so far away and expensive. The mindset had been like that for the longest time and it wasn't going to change overnight. It took some persuasion, or rather a daily dose of me mentioning anything about Japan, to make them receptive to the idea (or feel sick about it, haha). Once they started accepting that going to Japan wasn't just a dream but something closer to a day in the life, then it could happen. And I didn't just made this up. The same mantra worked for me and since I'm one of the people from Pontianak, I reckon it would work for them, too.
In all honesty, will we really make it with just IDR 10 million? May be. Never say never. But part of the fun is planning and having a laugh about it. We can always adjust somewhere a long the way, right? But without a plan, we wouldn't even have anything to look forward to! So there you go, one budget trip to Japan, coming up. Itinerary with cheap and probably free tourist spots will be available in October.
The events from 2014 to 2018. |
Sebuah Rencana
Ketika saya berpikir untuk menulis tentang topik ini, entah kenapa rasanya tidak asing lagi. Ternyata benar. Setelah saya cek, ternyata saya sudah pernah bercerita tentang hal ini di the Chronicler, the Impresario. Setahun yang lalu, saya membahas tentang acara-acara yang pernah saya pelopori di grup SMA.
Inspirasi berumur seminggu ini dipicu oleh teman saya Ardian. Saat itu dia mengunggah foto semua perangkat game sejak Atari ke grup WhatsApp dan saya lekas meniru hal serupa dengan kumpulan foto-foto acara teman-teman SMA yang dimulai sejak reuni di tahun 2014. Dia tidak pernah hadir dalam satu acara pun, haha, tapi bukan itu intinya. Yang membuat saya tergerak untuk menulis adalah cerita yang melatarbelakangi semua acara tersebut.
Sekali lagi, ini bukan tentang acaranya, melainkan tentang asal mula sebuah acara. Boleh dikatakan pola kejadiannya senantiasa sama. Semuanya berawal dari sebuah ide yang konyol dan lebih menyerupai lelucon. Bagi saya pribadi, jika ada yang membuat saya tergelitik sampai saya ulang-ulang, biasanya itu nanti menjadi landasan dari sebuah rencana.
Suatu ketika di Jepang. Foto oleh Evelyn Nuryani. |
Kuncinya adalah membiarkan ide konyol itu diresapi secara perlahan-lahan. Baru-baru ini yang kita bahas adalah impian Parno untuk ke Jepang dengan modal 10 juta. Saya tertawa geli saat menaiki bis 371 sambil membaca apa yang dia tulis, namun ketika saya sudah setengah jalan pulang ke rumah, ide itu terasa mungkin untuk dikerjakan. Saya merasa terinspirasi oleh fakta bahwa Parno berani untuk bermimpi. Saya sendiri tadinya merencanakan liburan ke Da Nang bersama teman-teman SMA, tapi rencana ini bubar sudah karena COVID-19. Jadi saya lantas berpikir, bagaimana kalau kita wujudkan impian ini saja? Pasti lucu kalau bertualang bersama Parno lagi di umur 40.
Lalu saya mulai berkampanye tentang liburan ke Jepang di bulan Maret 2021. Saya sudah sering melakukan aktivitas ini dan paham respon seperti apa yang saya terima. Orang lain akan tertawa saat pertama kali mendengarnya. Ini karena mereka tidak yakin bahwa ini akan terjadi. Tapi katakanlah dengan sungguh-sungguh setiap hari. Yang mendengar pasti lambat-laun berpikir bahwa ide ini bukanlah mustahil. Kadang kita hanya perlu mendengarnya berulang-ulang sampai kita tanpa sadar mulai percaya bahwa sepertinya ide ini bisa dilaksanakan.
Dalam konteks ini, kita adalah orang dari kota kecil dan Jepang itu sepertinya tidak terjangkau karena terasa begitu jauh dan mahal. Pola pikir ini sudah tertanam dari sejak lama dan tidak akan berubah dalam waktu semalam, jadi memang perlu seseorang persuasif untuk membuat orang lain menerima ide ini (atau muak dengan celotehan yang diulang-ulang, haha). Begitu pendengar mulai merasa bahwa pergi ke Jepang bukanlah sekedar mimpi, melainkan sesuatu yang biasa seperti aktivitas sehari-hari, maka acara ini mulai mungkin untuk diwujudkan. Dan saya tidak sekedar mengada-ada. Teori yang sama membuat saya mewujudkan banyak hal dan karena saya juga berasal dari Pontianak, saya rasa teori ini juga bisa membantu yang lain.
Sesungguhnya, apakah mungkin bahwa kita bisa ke Jepang hanya dengan uang 10 juta? Saya tidak tahu pasti, tapi yang lebih penting dan seru adalah membuat rencana dan tertawa bersama-sama sambil mewujudkan rencana tersebut. Bila ada rintangan, kita selalu bisa melakukan penyesuaian rencana, bukan? Tapi tanpa rencana, maka sudah pasti tidak ada acara yang menunggu kita di masa depan. Jadi, mari buat satu rencana ke Jepang dengan anggaran rendah! Rute perjalanan dengan tempat wisata yang murah atau bahkan gratis akan dirilis di bulan Oktober!
Acara-acara dari tahun 2014 sampai 2018. |