Sometimes, when we're in a dire or impossible situation, my friend Bernard normally says a slightly modified quote from Galvatron (that's Megatron on steroids!) that we must die, sometimes. That's when we realise that shit has happened and we have to accept it. Upon realising that there's no way out, we just laugh about it (that does make us feel better) and embrace whatever that comes next.
Still, if we gotta be serious about it, the very literal definition of death itself is very real and it's no laughing matter. One can't just ignore it after hearing the news. Personally, it gets me thinking about my own mortality as well, just like what happened today: I woke up to the news that a school friend of mine had passed away last night due to an illness related to liver.
The guy's name was Tony. I can't say that I knew him well, but we did have a fair bit of interaction during our secondary school days. He was known for his antics then, but my fondest memory of him was the fact that he had Godzilla Vs. Mechagodzilla video cassette, a rare item in Pontianak back in the days, and he kindly lent it to me much to my delight.
The last time I bumped into him was, perhaps, in the late 90s. Many of us were studying in Kuching then and I was at the bus departure point in my hometown, sending off Endrico and friends. That's when I spotted him and immediately snapped his picture using my trusted Ricoh camera. The result is the one below, reproduced digitally and published online here for the first time. May God rest his soul.
Tony was about the same age as me or slightly older by a year. You know the saying that life begins at 40? Tony could have been part of that but, for a cosmic reason that we neither know nor understand, it didn’t work out that way for him. It feels like only yesterday we saw him smiling in a gathering at Meetingpoint Cafe then today he's gone. It gets me thinking how life can be that fragile. We can only plan and work towards the plan, but eventually we're not the ones who decide on anything. Like it or not, the decision maker is the One above.
Having said that, it doesn't mean that we stop trying. Perhaps knowing that we're not the ones who decide actually means we should stop worrying too much. We should have played our part and lived our lives to the fullest instead, so that when the time is up, hopefully there won't be much regret. As we age, as we hear more and more news about friends falling sick and dying, I'm wondering if it's the way of life reminding us that we gotta treasure the time we have and live while we're alive.
I told my wife once or twice that when I look back, I've had a wonderful life. I'm not the richest, the smartest or whatever, but throughout my life, I've lived a life full of great friends, laughed the loudest at every joke, cried the saddest tears when I have to and met all the great real life heroes that helped me along the way. I also managed to tick off items on my wish list such as visiting Liverpool or attending Paul McCartney's concert. On top of all this, I'm married to the woman I love and a proud father of two these days. I have my fair share of burdens and problems, of course, but they don't change the fact that I'm a happy man. I've been blessed, I reckon. I'm not bragging or comparing notes here, but I'm merely sharing with you all, hoping that such perspective could be useful for self-reflection. If you have been too busy all this while, perhaps you want to take some time to relook at things and reorganise some priorities in your life before it's too late.
It's a sad day today, but let's not dwell too much on a sombre note. I'd say we cherish the good times we had with the man himself. Let's also be reminded that death is inevitable. For me, as much as I'd laugh at the mention of Bernard's quote, there is also this tinge of ironic feeling that it is as real as it gets. We must die, sometimes. We just have to accept that, huh?
Anyway, I'll close this chapter with another verses from the same song that I quoted in the previous article I wrote, the one called My Valentine. Tony, this one's for you:
"There are places I remember
All my life, though some have changed
Some forever not for better
Some have gone and some remain
All this places have their moments
With lovers and friends I still can recall
Some are dead and some are living
In my life, I've love them all..."
The smile that had brightened the world. Rest in peace, my friend... |
Kehidupan Yang Fana
Ketika kita berada dalam situasi kerja yang sulit, teman saya Bernard biasanya mengutip ucapan Megatron yang sudah dimodifikasi: terkadang kita harus mati! Kalau sudah begitu, kita hanya bisa tertawa dan menerima kenyataan bahwa yang terburuk akan terjadi dan takkan terhindarkan lagi. Meski begitu, setidaknya kita sudah siap mental.
Ketika kita berada dalam situasi kerja yang sulit, teman saya Bernard biasanya mengutip ucapan Megatron yang sudah dimodifikasi: terkadang kita harus mati! Kalau sudah begitu, kita hanya bisa tertawa dan menerima kenyataan bahwa yang terburuk akan terjadi dan takkan terhindarkan lagi. Meski begitu, setidaknya kita sudah siap mental.
Akan tetapi, jika kita benar-benar serius menyikapinya, arti dari kematian secara harafiah itu sangatlah nyata dan jelas bukan hal yang patut ditertawakan. Senantiasa ada rasa terkejut ketika kita mendengar berita seperti ini. Secara pribadi, saya jadi berpikir juga tentang betapa fananya kehidupan yang saya jalani ini, seperti apa yang terjadi hari ini: saya bangun dan mendengar bahwa teman sekolah saya telah meninggal kemarin malam karena penyakit yang berkaitan dengan hati.
Namanya adalah Tony. Saya tidak bisa berkata bahwa saya mengenalnya dengan baik, tapi kita pernah berinteraksi sewaktu SMP dulu. Dia terkenal dengan tingkah jenakanya yang sering membuat guru marah, tapi kenangan saya tentang Tony adalah video kaset Godzilla Vs. Mechagodzilla, sebuah barang langka di Pontianak ketika itu, dan dia dengan tulus meminjamkannya pada saya.
Terakhir kali saya berpapasan dengannya adalah di akhir tahun 90an. Waktu itu banyak teman-teman yang melanjutkan kuliah ke Kuching. Saya kebetulan sedang berada di pangkalan bis dan turut mengantar Endrico yang hendak berangkat ke luar negeri. Di saat itulah saya melihat Tony melintas dan saya segera memotretnya. Hasilnya adalah foto di atas, yang dirilis untuk pertama kalinya di sini. Semoga Tuhan senantiasa melindunginya.
Tony mungkin kurang-lebih seumuran dengan saya. Anda tahu pepatah yang mengatakan bahwa hidup itu baru mulai di usia 40? Tony hampir saja menjalaninya, tetapi untuk alasan ilahi yang tidak akan pernah kita ketahui, dia pergi mendahului kita. Rasanya seperti baru kemarin saat kita melihat fotonya tersenyum di antara teman-teman yang berkumpul di Meetingpoint Cafe, namun hari ini dia sudah tiada. Ini membuat saya berpikir bahwa hidup manusia itu bisa sedemikian rapuhnya. Kita hanya bisa berencana dan bekerja menggapai rencana kita, tapi pada akhirnya kita tidak bisa memutuskan apa yang akan terjadi. Suka atau tidak suka, yang membuat keputusan adalah Yang Maha Kuasa.
Meskipun demikian, ini tidak berarti kita lantas berhenti mencoba. Setelah mengetahui bahwa kita bukanlah penentu segalanya, mungkin kita seharusnya berhenti mengkhawatirkan terlalu banyak hal. Kita seharusnya memainkan peran kita dan hidup sepenuhnya supaya tidak terlalu banyak penyesalan ketika hidup kita berakhir. Semakin kita berumur, akan semakin pula kita mendengar tentang kabar teman yang sakit dan meninggal. Mungkin ini adalah cara hidup ini untuk mengingatkan kita kembali bahwa kita harus menghargai waktu yang telah diberikan pada kita untuk menjalani hidup ini.
Saya katakan pada istri saya bahwa saat saya melihat kembali, saya bersyukur telah menjalani hidup yang luar biasa. Saya bukan yang paling kaya, paling pintar, paling tampan atau apa pun, tapi sepanjang hidup saya, saya memiliki banyak teman yang baik. Saya juga banyak tertawa dan berkesempatan untuk menangis. Saya bertemu banyak orang yang berjasa besar memberikan saya kesempatan sehingga saya memiliki hari ini. Selain itu, saya juga berhasil menggapai beberapa impian seperti mengunjungi Liverpool dan menonton konser Paul McCartney. Lebih dari itu, saya juga menikah dengan wanita yang saya cintai dan dengan bangga menjadi ayah dari dua anak yang cantik. Seperti orang lain, saya juga memiliki masalah dalam hidup ini, tapi itu tidak mengubah kenyataan bahwa saya adalah orang yang gembira. Sejauh ini saya telah diberkati.
Saya tidak bermaksud untuk pamer, namun saya hanya mau berbagi dan berharap bahwa sudut pandang ini bisa bermanfaat bagi anda. Jika selama ini anda terlalu sibuk dengan berbagai hal, mungkin anda ingin berhenti sejenak untuk melihat kembali hidup anda, jika saja ada prioritas yang perlu diubah sebelum semuanya terlambat.
Saya tidak bermaksud untuk pamer, namun saya hanya mau berbagi dan berharap bahwa sudut pandang ini bisa bermanfaat bagi anda. Jika selama ini anda terlalu sibuk dengan berbagai hal, mungkin anda ingin berhenti sejenak untuk melihat kembali hidup anda, jika saja ada prioritas yang perlu diubah sebelum semuanya terlambat.
Hari ini adalah hari yang sedih, namun hendaknya kita jangan terlalu berduka. Saya rasa kita justru harus berfokus pada kenangan indah yang pernah kita lalui bersama Tony. Pada kesempatan yang sama, mungkin perlu diingat lagi bahwa kematian itu tidak terelakkan. Meski saya seringkali tertawa saat teringat tentang ucapan Bernard, ada rasa ironi bahwa kematian itu sebenarnya sangatlah nyata. Kita harus menerimanya dengan lapang dada.
Akhir kata, saya tutup tulisan ini dengan lirik dari lagu yang pernah saya kutip juga di tulisan lain yang berjudul My Valentine. Tony, lirik ini adalah untukmu:
"There are places I remember
All my life, though some have changed
Some forever not for better
Some have gone and some remain
All this places have their moments
With lovers and friends I still can recall
Some are dead and some are living
In my life, I've love them all..."
No comments:
Post a Comment