Total Pageviews

Translate

Thursday, June 15, 2017

A French Man In Jakarta

One certainly doesn't stay for eight years (and counting) in Indonesia and speak Bahasa Indonesia fluently if the person doesn't have an affinity with our beloved country. I had this very interesting encounter with a foreigner recently and here's the story about the man himself. Personally, I reckon that we as Indonesians can learn from his experience and borrow his perspective to see Indonesia from a different light.

The name of our guest here is Robin Dutheil. He is from a village nearby Tours, a city in France. In his younger days, he lived a totally different life than us, doing stuff like savate (French boxing) and street hockey. Unheard of, eh? He also traveled around Europe and to Africa, to countries such as Burkina Faso, Ireland, UK, Germany, Czech and many more to find his way, before fate intervened and brought him to Indonesia in 2008. He went to many parts of the archipelago, from Sumatra to Sulawesi, then settled in Jakarta.

Posing with the kids...
Photo by Robin Dutheil.

While Indonesia was never in his destination list, the love for the country grew on him gradually. Robin was genuinely impressed by the people he met throughout his stay here. He shared with me a story where a local went with him all the way to his destination and refused to receive a token of appreciation afterwards. It was nothing like what his friend had described to him before! Another occasion worth mentioning was the time he took bajaj, a very noisy, three wheeled public transport. Robin already knew how much roughly the trip would cost him, but it was actually a nice surprise that the bajaj driver told him the exact same price he had in mind when he asked. He decided there and then that the Indonesian people were actually nice and friendly. Most importantly, he feels welcome not because he's a foreigner, but because he's allowed to be himself.

Once he made up his mind, Robin didn't stay foreign for too long. He picked up Bahasa Indonesia and, if you speak with him now, you can detect only the faintest French accent from his pronunciation. Not only it is almost perfect, it's also very localized version of Bahasa with Jakarta dialect. If one happens to speak with him on the phone, I'm pretty sure that the person will have a hard time guessing where he's from. I like the way he reverted to his French accented Bahasa. If you ever speak with a French, let's say in English, you'll notice that many can't help retaining the accent. That only goes to show how hard the man has tried to blend in. An admirable effort, I must say.

Talk about effort, his writing skill is equally solid. He did spend some time to write about the country that he grows to care about. On the same article, he also expressed how he wished he could participate in both the presidential and gubernatorial elections. The message was clear. If he, as a foreigner, was so keen to take part, then we were strongly encouraged to use our rights to vote. He explained that by voting, we were doing our responsibilities in making Indonesia a better country. Food for thought, really.

Promoting Apaja.
Photo by Robin Dutheil.

By the way, you may wonder what Robin is doing all this while. He is the founder of Apaja, a mobile application that will help you to navigate your way around Jakarta and surroundings (Bogor, Tangerang, Depok and Bekasi). The idea was triggered by the queries that he always received from others about which direction to take should they go to certain destination. This is what Apaja is basically all about, but unlike Google Map, it is very much customized to the areas it is covering. It really drills down to the details and has all sorts of combinations, for example, if you'd like to from one end to another, the app will tell you what public transportations you can take plus how much each mode of transportation will cost you, etc. Good for locals, especially useful for foreigners.

So what's next for Robin? Well, Indonesia is a big country and brimming with potential, so he surely won't run out of things to do. When holiday comes, a man with a geology interest has Krakatoa is on the top of his list, followed by the lesser known Tambora, then East Indonesia, from Maluku to Papua. Enjoy your stay, Robin!  

Seorang Perancis Di Jakarta

Seseorang tentu tidak akan tinggal delapan tahun lamanya di Indonesia dan menjadi begitu fasih dalam berbahasa Indonesia jika ia tidak menyukai negara kita. Baru-baru ini saya bertemu dengan orang asing yang seperti ini dan berikut ini adalah ceritanya. Secara pribadi, besar harapan saya bahwa kita bisa belajar dari pengalamannya dan juga melihat kembali Indonesia dari sudut pandangnya.

Nama tamu kita adalah Robin Dutheil. Dia berasal dari sebuah perkampungan di dekat Tours, sebuah kota di Perancis. Sebagai orang dari negara nun jauh di sana, dia memiliki kehidupan yang sangat berbeda dengan apa yang kita kenal, misalnya saja aktivitas seperti olahraga tinju gaya Perancis dan hoki jalanan yang ia tekuni sewaktu berada di negaranya. Dia juga berkelana ke berbagai negara di Eropa dan Afrika, mulai dari dari Burkina Faso, Irlandia, Inggris, Jerman dan masih banyak lagi, sebelum takdir membawanya ke Indonesia. Dia lantas bertualang menjelajahi nusantara, ke daerah seperti Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi, kemudian menetap di Jakarta. 

Meskipun Indonesia sebenarnya tidak termasuk daftar negara yang hendak ia kunjungi, Robin perlahan-lahan menyukai negeri ini. Dia terkesan oleh orang-orang yang ia jumpai selama tinggal di sini. Beberapa pertemuan yang ia alami, misalnya ketika ia diantar oleh seseorang sampai ke tempat tujuan tanpa mau menerima imbalan apa pun, sungguh berbeda dengan apa yang ia dengar sebelumnya. Ada lagi pengalaman lain tatkala dia menaiki bajaj. Robin sudah tahu berapa ongkos yang harus dia bayar untuk sampai ke tujuan, tapi dia tidak menyangka bahwa supir bajaj itu dengan lugu memberitahukan harga yang sama ketika ia bertanya. Dari situ ia merasa bahwa orang Indonesia sebenarnya ramah dan bersahabat. Di sisi lain, dia juga senang karena merasa diterima apa adanya.

Bersama mantan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Photo by Robin Dutheil.

Ketika ia memutuskan untuk menetap, Robin mulai membaur. Dia mempelajari Bahasa Indonesia dan, jika anda berbicara dengannya sekarang, anda harus benar-benar fokus untuk menyadari sedikit aksen Perancis yang masih tersisa dari lafalnya. Pengucapannya bukan saja hampir sempurna, namun juga kental dengan dialek Jakarta. Bila seseorang berbicara dengannya melalui telepon, bisa dipastikan bahwa lawan bicaranya akan kesulitan menebak dari mana dia berasal. Saya sendiri terpukau ketika dia berbahasa Indonesia dalam aksen Perancis karena saya langsung teringat dengan beberapa kenalan di Singapura yang tidak bisa meninggalkan aksen Perancisnya dalam berbahasa Inggris. Kemahirannya dalam berbahasa menunjukkan bahwa dia memang berusaha keras dalam upayanya. 

Bicara tentang upaya, kemampuannya dalam segi tulisan pun layak mendapat acungan jempol. Dia pernah menulis tentang Indonesia dan dalam artikel ini, dia juga turut mengungkapkan bagaimana dia berharap bisa turut serta dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah. Pesan yang tersirat cukup jelas. Jika dia sebagai orang asing begitu berminat untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi ini, tentunya kita sebagai warga negara Indonesia harus lebih aktif terlibat dalam kelangsungan berbangsa. Dengan ikut memilih, kita berperan membawa negara kita menjadi lebih maju. Saran yang pantas untuk dipikirkan, bukan?

Oh ya, bilamana ada yang bertanya apa yang sebenarnya Robin kerjakan di Indonesia selama ini, perlu diketahui bahwa dia ada pencetus Apaja, sebuah aplikasi untuk piranti Android dan iOS. Aplikasi ini membantu pengguna untuk berlalu-lintas di Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi). Ide ini bermula dari seringnya ia mendapatkan pertanyaan dari banyak orang, arah mana yang harus dilalui untuk sampai ke tempat tujuan. Hal ini lambat-laun membuatnya sadar bahwa orang bisa menggunakan aplikasi sebagai solusi. Walau ada kemiripan dengan Google Map, Apaja dirancang sesuai dengan kondisi di lapangan sehingga tepat guna. Sebagai contoh, misalnya seseorang hendak berangkat dari satu tempat ke tempat lain, aplikasi ini akan menampilkan angkutan umum apa saja yang bisa dipilih, termasuk angkot, lengkap dengan harganya. Cocok buat orang lokal, bermanfaat bagi turis.

Selain Apaja, apa selanjutnya buat Robin? Mengingat Indonesia adalah negara yang besar dan penuh potensi, tentunya banyak yang bisa Robin kerjakan. Di kala senggang di musim liburan, pria yang tertarik dengan geologi ini bisa mewujudkan impiannya ke Krakatau, lalu Tambora dan lantas dilanjutkan dengan kunjungan ke Maluku, Papua dan masih banyak lagi. Selamat menikmati hari-harimu di Indonesia, Robin!

Di antara teman-teman Indonesia.
Photo by Ignasia Susan.


No comments:

Post a Comment