Total Pageviews

Translate

Tuesday, June 20, 2017

The Best Instant Noodles Ever

I once saw the Amazon reviews of Indomie on Facebook and they were so hilarious. I mean, it's easy for Indonesians to take it for granted because Indomie has always been there for almost half a century, but to read those comments from whom I could only guess as Americans, they were amusingly funny, innocent and refreshing at the same time. The reviews were written as if it was a revelation to them, that an instant ramen (yeah, more often than not, they called it ramen) could taste this good. And the converts warn pre-believers that there is no turning back. Once you have a bite, you'll get addicted for life!

It brought me to my personal experience, back in the early 80s. I remember that there were two flavors, chicken and prawn, but the latter one didn't last, which was too bad, because I kind of liked it. These noodles were served with soup. Later on, the dry version, Indomie Goreng, appeared. Almost 50 years later, it still reigns supreme. Indomie Goreng is simply the best, easily one of the very few good things that are done right in Indonesia. The name Indomie, which stands for Indonesia and Mie (or noodles in English), says it all and it doesn't disappoint.

Fast forward to many years later, I visited the Cupnoodles museum, (and, yes, for some strange reason, the name was actually spelled as one word) in Yokohama. There was a documentary shown here, explaining how Momofuku Ando invented the instant chicken ramen. He was there when his wife fried tempura and it suddenly dawned on him that he could preserve the ramen in a similar way. Nissin was born afterwards, but Ando wasn't done yet. After observing how the Americans would always be on the go, he got an idea of noodles in a styrofoam cup, complete with the foldable plastic fork: the cup noodles.

Indomie was also found on the display at the museum. I'm not sure if I should, but I remember feeling proud when I saw it. I had come so far and yet I saw something that was so familiar. If I recall correctly, there was also some sort of information saying that Indonesia was in the top ten list of the instant noodles business and dominated the market share, especially in Africa. Quite an achievement, isn't it?

Back to Indomie itself, how good it is if we compare it with other brands, be it domestic of overseas? Well, I wasn't kidding when I wrote about Indomie Goreng. It is so good that it's in a league of its own. The soupy ramen category may be slightly competitive, but if you put Nissin, Myojo, Maggi, Supermi and Indomie on the table, I would still pick and cook Indomie. Call me biased or what, but to me, Indomie beats the rest. No questions asked.

Indomie Goreng, my style!

I think it's safe to say that every Indonesian grows up eating Indomie. Back in the days, I ate it so often that my Mum knew which style of cooking that I like the most from a plate of Indomie Goreng. The key ingredient of our family recipe is the egg. The noodles shouldn't be cooked too long so it will still be chewy. Once the noodles are strained, then it's time to put the egg in and stir it up together with the noodles. Mum would have the egg boiled up to 75% done whereas if I did it myself, I would leave it half done, creating a foamy and sticky effect on the noodles. Both are equally tasty! For the soupy version, normally I'd ask my wife to do it as her cooking style comes with boiled egg that blends perfectly fine with the soup, some veggies and, if I got lucky, there'll be slices of meatballs, too.

Now I let you in for a big secret. I've been holding back from introducing Indomie to my daughters. You know, it's me trying to be a good parent, blah, blah, blah, but when we were in Bintan recently, there weren't really many choices of food as my elder daughter is a picky eater. She's always fond of Ajisen Ramen, so I was actually curious about her reaction on Indomie. Against my better judgment, I prepared Indomie cup noodles for her to try and, as expected, she loved it. I smiled, but I wasn't proud, really! Parents, don't do the same! There's no turning back! You've been warned!


Mie Instan Terbaik Di Dunia

Suatu ketika, ketika saya sedang melihat Facebook, ada yang iseng menampilkan review para pembeli yang berbelanja Indomie online lewat Amazon. Saya tergelak ketika membacanya karena geli dengan kesaksian orang-orang bule ini tentang Indomie. Terkadang, sebagai orang Indonesia, gampang bagi kita untuk melupakan bagaimana rasa ketika kita pertama kali mencicipi Indomie karena mie instan ini sudah hampir 50 tahun lamanya berada di pasaran. Komentar orang-orang Amerika ini memberikan sudut pandang berbeda, polos dan lucu, terlebih lagi karena kesannya seperti keberhasilan dalam membongkar rahasia besar yang selama ini tidak pernah terungkap di dunia Barat. Mereka seakan tidak percaya bahwa mie instan bisa seenak ini. Testimoni yang ada bagaikan memperingatkan mereka yang belum pernah mencoba, bahwa tidak ada jalan untuk bertobat. Sekali dicicipi, yang makan akan terjerumus seumur hidup!

Bacaan ini mengingatkan saya kembali akan pengalaman pribadi saya di awal tahun 80an. Saya ingat bahwa ketika itu hanya dua rasa, ayam dan udang, namun rasa udang tidak diproduksi lagi sekarang. Sayang juga, karena saya suka yang rasa ini. Indomie versi awal ini dimasak dan disajikan dengan kuah. Indomie Goreng, versi kering tanpa kuah, muncul setelah itu dan sampai hari ini popularitasnya tidak pernah pudar. Indomie Goreng adalah yang terbaik dan salah satu dari sedikit hal baik yang sukses dan mengharumkan nama Indonesia. Nama Indomie, yang terdiri dari kata Indonesia dan Mie, jelas tidak mengecewakan.

Bertahun-tahun kemudian, saya mengunjungi museum Cupnoodles di Yokohama. Yang menarik di sana adalah dokumentasi pendek dimana Momofuku Ando menemukan cara membuat mie ayam instan. Ternyata dia mendapatkan inspirasi dari istrinya yang sedang menggoreng tempura dan tiba-tiba ia tersadar bahwa ia bisa membuat ramen menjadi lebih awet dengan cara yang sama. Nissin akhirnya lahir setelah itu, namun Ando belum selesai berkiprah. Setelah mengamati bagaimana orang Amerika selalu makan sambil berjalan dan beraktivitas, dia mendapatkan ide tentang mie dalam gelas styrofoam, lengkap dengan garpu plastik yang bisa dilipat: mie gelas. 

Indomie juga dipajang di museum tersebut. Saya merasa bangga ketika saya melihatnya. Saya datang dari jauh dan sesuatu yang saya kenal baik menunggu saya di situ. Jika saya tidak salah ingat, di museum juga tertera informasi bahwa Indonesia termasuk dalam peringkat 10 besar di dunia bisnis mie instan dan menguasai pangsa pasar, terutama di Afrika. Prestasi yang lumayan, bukan? 

Kembali ke Indomie itu sendiri, seberapa enak mie instan ini jika kita bandingkan dengan merek lain yang tersedia di dalam dan luar negeri? Saya jelas tidak sedang bercanda sewaktu menulis tentang Indomie Goreng. Yang satu ini benar-benar enak sehingga tiada banding. Kompetisi di kategori kuah mungkin lebih memiliki banyak penantang, tapi jika anda menaruh Nissin, Myojo, Maggi, Supermi dan Indomie di atas meja, saya masih tetap akan mengambil dan memasak Indomie. Mungkin saya bias, tapi bagi saya, tidak dapat dipungkiri bahwa Indomie masih lebih lezat dari yang lain.

Indomie kuah dengan telur dan bakso.

Saya rasa tidak berlebihan jika saya berkata bahwa setiap orang Indonesia menikmati Indomie dalam setiap fase hidupnya. Ketika saya masih kecil, Mama saya sering membuatkan Indomie Goreng dengan cara yang paling saya sukai. Kuncinya adalah telur. Agar masih terasa kenyal saat digigit, mie tidak boleh direbus terlalu lama. Setelah airnya ditiriskan, masukkan telur dan kocok sampai merata dengan mie. Kalau Mama yang masak, hasilnya adalah mie bercampur telur yang sudah 75% matang, tapi saya sendiri cenderung memasak yang versi setengah matang, sehingga hasilnya seperti berbusa dan lengket. Dua-duanya sedap untuk disantap! Untuk versi sup, saya suka masakan istri saya, karena dia biasanya dia menambahkan telur yang direbus bersama kuah, sayur dan beberapa butir bakso. 

Sekarang saya beritahukan anda sebuah rahasia besar. Selama ini saya tidak pernah memperkenalkan Indomie pada anak-anak saya. Ya, karena konon Indomie itu kurang sehat, tidak bergizi dan lain-lain, tapi ketika kami mengunjungi Bintan baru-baru ini, tidak banyak makanan yang tersedia di resort dan putri saya yang sulung juga sangat pemilih dalam soal makanan. Dia selalu menggemari Ajisen Ramen, jadi saya sebenarnya penasaran juga dengan reaksinya terhadap Indomie. Saya akhirnya menyiapkan Popmie untuk dia coba dan, seperti yang saya duga, dia menyukainya. Saya tersenyum, tapi sebagai orang tua, saya tidak merasa bangga. Tidak ada jalan untuk bertobat baginya. Dia sekarang menjadi penggemar Indomie!

Di pelabuhan Bintan, sambil menunggu feri ke Singapura, dia menikmati pop mie keduanya.

No comments:

Post a Comment