Total Pageviews

Translate

Sunday, June 3, 2018

Self Defense

Intro:
Hai semuanya, rasanya sudah lama sekali tidak menulis di blog Bro Anthony. Well, tulisan kali ini adalah permintaan spesial dari Bro pemilik blog: saya akan coba menulis tentang bela diri yang saya tekuni.

Awal mula ketertarikan saya dengan bela diri adalah saat saya sekolah SD kelas 1. Tujuan awal dari keinginan belajar bela diri adalah niat menghajar orang-orang yang saya tidak suka, khususnya orang-orang yang suka menindas orang lain. Saat melihat orang lain ditindas, selalu saja saya mau menghajar orang yang berlagak jagoan tersebut, walaupun di keluarga selalu diingatkan jangan mencampuri urusan orang lain. Setelah menekuni bela diri, tujuan awal dari belajar bela diri pun berubah. Nah, mau tahu lebih lanjut, ya wis, kita lanjutkan dua periode.

Saya sangat menyukai bela diri dari sejak SD. Berhubung tidak ada yang mengajar, tidak tahu harus belajar di mana dan juga perlu biaya, jadi awalnya saya belajar sendiri di belakang rumah. Waktu itu di belakang rumah ada lapangan dan pohon-pohon pisang yang bisa dijadikan sasaran. Lebih mantap lagi, di lapangan tersebut ada dua kuburan yang petinya masih kelihatan karena tidak terawat. Well, demikian sekedar info. 

Awal belajar bela diri:
Di awal belajar sendiri, yang saya lakukan adalah berlatih seperti yang saya tonton di film. Tendang, pukul, dan mencoba beberapa teknik yang saya dapat dari film. Setelah itu pohon pisang menjadi sasarannya. Pohon-pohon tersebut ditanam oleh ayah saya dan banyak yang mati sebelum berbuah (anda mungkin kira-kira tahu, kenapa demikian). Saat di SD, salah satu hobi saya yang tidak saya banggakan sekarang adalah berantem. Berkelahi hampir tiap hari di sekolah membuat saya ketagihan. Di sini saya tidak akan ceritakan tentang kenakalan dan kepintaran saya di sekolah, wkwkwk. Kita justru akan fokus pada kenapa saya menekuni bela diri.

Awal saya belajar bela diri saat SMU, bela diri yang pertama kali saya pelajari adalah kempo. Setelah itu guru kempo mengajak saya bertemu temannya, yaitu guru kung fu. Nah, inilah asal mula saya mempelajari kung fu. Latihan ini terus berlanjut sehingga saat kuliah. Sesudah merantau ke jakarta, saya juga belajar wushu, silat, karate dan wing chun. Akhirnya saya pun mulai mengajar. Semua ini bermula dari teman yang belajar bela diri. Teman-teman ini mencari orang untuk sparing dan saya pun selalu diajak. Pada mulanya saya menolak dan berkata bahwa saya tidak bisa apa-apa. Namun suatu saat saya layani mereka. Akhirnya mereka mengajukan diri untuk menjadi murid-murid saya dan mencarikan tempat untuk latihan. Sejak itulah saya mulai mengajar bela diri.

Pose kung fu!

Cara saya melatih:
Sistem yang saya terapkan dalam mengajar bela diri adalah:
1. Melatih kuda-kuda
Dasar yang kuat akan membuat kita lebih cepat menguasai teknik-teknik berikutnya. Kuda-kuda adalah seperti duduk di bangku tanpa ada bangku, dimana posisi kedua kaki terbuka di luar bahu dan jempol kaki menghadap ke dalam (tanpa dipraktekkan, memang agak susah dimengerti). Ini bisa juga menjadi latihan keseimbangan tubuh.

2. Melatih teknik pukulan dan tendangan
Ini sangat penting karena banyak sekali orang yang punya tenaga besar tapi saat memukul orang, tenaga yang sampai ke sasaran hanya kurang dari 50%. Tenaga banyak habis dalam perjalanan menuju target. Saat memukul atau menendang, kita harus rileks. Anggap bahwa kepalan tangan ada batu dan pergelangan tangan adalah tali yang mengikat kepalan tangan dan berayun ke arah lawan. Saat pukulan mencapai sasaran, salurkan tenaga ke kepalan tangan.

3. Melatih fisik
Fisik sangat penting di dalam bela diri. Saat sparing akan sangat menguras tenaga. Di dalam pelatihan fisik, metode dari karate sangat membantu.

4. Melatih teknik
Teknik pukulan, tangkisan dengan kombinasi tendangan akan dilatih hingga saat kita sparing, kecepatan menangkis dan memukul melebihi kecepatan berpikir (refleks).

5. Melatih pernafasan
Pernafasan sangat penting karena tanpa pengaturan pernafasan,  kita akan mudah sekali KO ketika terkena pukulan. Pengaturan pernafasan juga bisa membuat tenaga kita tidak terlalu terkuras. (mau detilnya, hubungi penulis, wkwkwk)

Mengajar teknik kuda-kuda.

Filosofi yang saya dapat dari bela diri:
Menurut saya, semua bela diri yang saya pelajari baik untuk perkembangan kesehatan dan psikologi diri saya. Yang paling membuat saya tertarik adalah seni bela diri kung fu. Saya belajar banyak tentang filosofi-filosofi kung fu yang bisa kita terapkan di dalam hidup kita.

Di awal cerita saya sudah katakan bahwa tujuan pertama saya belajar bela diri adalah untuk menghajar orang yang saya tidak sukai. Itu benar terjadi di masa-masa awal karena di dalam pikiran saya, kalau sudah belajar dan tidak dipraktekkan, untuk apa susah-payah belajar? Tapi seiring berjalannya waktu, tujuan saya pun berubah. Emosi saya yang awalnya menggebu-gebu, perlahan-lahan lebih bisa saya kontrol.

Di dalam seni bela diri, saya belajar kesabaran. Satu teknik harus saya ulang sampai ratusan bahkan ribuan kali. Ini bisa membuat saya belajar tentang kesabaran dan percaya bahwa kesabaran itu akan menghasilkan sesuatu. Saya juga belajar bahwa di dalam bela diri, tidak ada gunung yang tertinggi, melainkan selalu saja ada yang lebih hebat.

Bela diri bukan hanya sekedar seni mengolah tubuh, tapi juga untuk kesehatan fisik dan mental. Melatih chi akan membuat tubuh kita lebih sehat dan pemikiran lebih fresh. Setiap orang pasti punya masalah, tapi ketika anda memiliki pikiran dan fisik yang sehat, cara pandang terhadap masalah itu akan berbeda sehingga cara menyelesaikan juga akan berbeda. Di dalam bela diri juga saya belajar bahwa bertarung bukanlah tentang seberapa cepat saya bisa memukul, tapi juga seberapa lama saya tahan dipukul. Ini juga membuat saya belajar bahwa dalam hidup, saya tidak selalu menikmati kemenangan. Terkadang saya juga dihantam oleh persoalan, jadi seberapa lama diri saya bisa bertahan?

Perlu ditekankan juga bahwa bela diri bukanlah formula yang sudah baku yang tidak akan pernah berubah lagi. Seni bela diri adalah dasar mengetahui gerakan dan bagaimana kita menyesuaikan diri dengan situasi di saat kita sparing ataupun berantem. Tidak ada rumus yang tetap, tapi ada dasar yang tetap. Itulah bela diri. Dalam hal ini juga saya belajar bahwa dalam kehidupan saya, segala sesuatu selalu berubah karena waktu dan tempat, tapi ada dasar dari prinsip hidup saya yang tidak boleh berubah. Banyak sekali pelajaran yang saya dapat dari bela diri dan kalau diceritakan, tentu bisa mejadi cerita tersendiri.

Akhir kata, jika kita mau mengolah potensi tubuh kita, tubuh kita bisa menjadi sangat luar biasa. Hidup selaras dengan alam adalah dasar kekuatan yang luar biasa. Saya pribadi berharap bahwa setiap orang meluangkan waktu untuk mengolah tubuh dan pikirannya, terutama anak-anak.

Sekian dulu, pembaca. Jangan terlalu panjang, nanti malah membosankan dan orang jadi malas untuk membaca, wkwkwk.

Dalam peragaan menghalau orang yang berniat jahat, Alvin menaklukkan Parno dalam satu gebrakan. 

No comments:

Post a Comment