Total Pageviews

Translate

Saturday, June 2, 2018

The Travel Buddies (Part 2: Family)

Travel buddies could be friends or family. The former had been discussed in the previous blog post, so let's have a look at family as travel buddies. I happened to try out several combinations here, ranging from my own parents, my wife, wife and kids, as well as the in-laws. So how was it like?

Let's start with travelling with my own parents first. It was rather unique. In the past, it was me whom travelled with them. They brought me to Jakarta, Kuching and Singapore. Now I brought them to China. The change of position did give me some perspective. I was a kid then, didn't know much and didn't have much to say. I was already an adult and a father when I travelled again with them recently. I understood life better now and I could appreciate how they spent the better parts of their lives just for me and my brother. Because we don't live in the same house anymore (and we're not even in the same country), the time we had together was even more precious. If I was old, they were even much older than before, therefore the holiday was a time well-spent with parents. The happiness in their eyes when they visited China, it was priceless. I'm glad that we went for the vacation and that's why I always recommend friends to do the same, too. Love thy parents and make time for them while they are still around.

In China with my girlfriend, 2009.

Travelling with my wife has also been quite an experience. While she's only been my wife for seven years, I've known her since a long time ago. We had a couple of holidays during the courtship and it was different then. We were younger and I was eager to impress, even if it meant goofing around for our photos. I thank God that I don't have to do that anymore these days. Now that we're husband and wife, we can also share the room and save cost, haha.

Other than that, things remain the same. We love travelling, have almost the same interests and aren't really adventurous, so we're compatible. That aside, since we're busy with work and kids on daily basis, it's good to escape from the routine and spend time together, just the two of us. It is during time like this I often realize that long before the kids come into our midst, there is a reason why I fell in love with her in the first place. I truly think such holiday is necessary.

In UK with my wife, 2016.

Then of course there were holidays with the kids. I asked my daughter if she could recall the trip to Tokyo. I smiled when she said she couldn't remember any of that. She was not yet two then. Frankly speaking, all the trips that we did when the kids were so young were more for ourselves. Those memories we had, they were more for the parents to remember that once upon a time, we had these moments with our little ones. Talk about Japan, it was crazy, especially the two big luggage that I dragged here and there, but it was worth it. I mean, the kids didn't stay toddlers forever. It's true that travelling with kids may be troublesome, but after all is said and done, you'll have the family moments you'll cherish the most.

As for travelling with the in-laws, with the exception of one sister-in-law, the rest actually seldom did the overseas trip. Nevertheless, we still managed to travel together and had good times in Malacca and Bangkok. When we went for holidays, I took the backseat and simply tagged along for the ride. I mean, holiday doesn't always have to be about me. My wife had been a great wife and a dedicated Mum, so it was good to see her had some fun with her siblings and parents. On the other hand, I didn't mind taking care of Linda and mingling with my in-laws. They were lovely people.

In Bangkok, right after my father-in-law did his half marathon.

Last but not least, there was this hybrid trip that happened recently. It was supposed to a father and daughter trip, but it turned out to be better than the original plan. My good friend Endrico and his daughter joined us for the trip, too. So what did I learn throughout the trip? I had a wonderful time with my daughter. Apart from her picky eating habit, she'd been the sweetest Daddy's little girl. It was great to have Endrico and Rachel, too, because both Linda and I had good buddies to travel with. Best experience ever. Highly recommended.

Perhaps there's any wish list for the future? Yes, I wish I could travel with my brother again. We hadn't travelled together since we were kids. It'd be even better if our cousins could join us. Let's see. May be it'll happen one day...

My younger brother and I, long time ago in Jakarta.



Teman Seperjalanan (Bagian Kedua: Keluarga)

Teman seperjalanan bisa saja berasal dari kalangan teman atau keluarga. Pilihan pertama sudah dijabarkan dalam artikel sebelumnya, jadi mari kita bahas tentang keluarga sebagai teman seperjalanan. Kebetulan saya sempat mencoba beberapa kombinasi di sini, mulai dari jalan-jalan bersama orang tua saya, bersama istri, bersama istri dan anak, serta bersama keluarga istri. 

Mari mulai dengan perjalanan bersama orang tua. Ini adalah sebuah pengalaman yang unik dan tidak terlupakan. Ketika saya masih kecil, mereka yang membawa saya berlibur ke Jakarta, Kuching dan Singapura. Sekarang giliran saya yang membawa mereka berlibur ke Cina. Perubahan posisi ini memberikan sudut pandang yang berbeda. Kini saya lebih mengerti tentang hidup dan sebagai seorang ayah, saya jadi bisa memahami bagaimana orang tua saya menghabiskan masa muda mereka untuk saya dan adik saya. Karena kita tidak lagi tinggal serumah dan juga beda negara, kebersamaan saat liburan terasa sangat berharga. Saya sendiri kian berumur, jadi mereka pun tambah tua. Oleh karena itu, liburan merupakan kesempatan saya untuk meluangkan waktu bagi orang tua. Kegembiraan mereka saat mengunjungi Cina memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Saya gembira karena kami pernah berlibur bersama dan saya juga menganjurkan teman-teman untuk melakukan hal yang sama. Cintailah orang tua dan luangkan waktu untuk mereka selagi mereka masih ada. Berlibur bersama adalah pilihan yang menarik untuk itu.

Papa tersenyum simpul di Hangzhou, 2014.

Jalan-jalan bersama istri juga merupakan pengalaman yang unik. Benar bahwa Nuryani baru menjadi istri saya selama tujuh tahun terakhir, tapi saya telah mengenalnya lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Kita sempat berlibur beberapa kali pada masa pacaran dan saat itu beda rasanya. Kala itu kita masih muda dan untuk membuatnya terkesan, saya melakukan beberapa hal di luar kebiasaan saya, terutama bergaya di depan kamera. Saya lega bahwa saya tidak perlu melakukannya sekarang karena saya sebenarnya tidak suka, hehe. Setelah menjadi suami istri, kita juga cukup memesan satu kamar hotel sehingga menghemat ongkos, haha.

Selain hal-hal tersebut, semuanya boleh dikatakan masih sama. Kita berdua suka jalan-jalan, memiliki minat yang hampir sama dan tidak tertarik dengan aktivitas yang ekstrim (misalnya bungee jumping), jadi cocok untuk berlibur bersama. Mengingat kesibukan kita dalam kehidupan sehari-hari, liburan bersama berdua adalah hal yang bagus untuk keluar dari rutinitas. Karena ada kesempatan untuk berdua, biasanya saya jadi terbawa suasana dan terkenang kembali kenapa saya dulu jatuh cinta padanya. Untuk alasan tersebut, saya rasa liburan seperti ini diperlukan.

Liburan keluarga di Tokyo, 2014.

Kemudian tentu saja ada saatnya untuk berlibur bersama anak-anak juga. Saya bertanya pada putri saya apakah dia ingat tentang liburan di Tokyo. Saya tersenyum ketika dia bilang tidak. Saat itu dia bahkan belum berumur dua tahun. Jujur saya katakan, sebenarnya berlibur pada saat anak-anak masih balita lebih cenderung untuk dikenang oleh orang tuanya, bahwa pada suatu ketika, kita pernah berlibur bersama si kecil. Kalau dipikir-pikir lagi, liburan itu benar-benar menantang, terutama dua koper besar yang saya tarik ke sana kemari di Jepang. Akan tetapi liburan yang sama juga berharga karena anak-anak tidak selamanya kecil dan menggemaskan. Berlibur bersama anak itu memang merepotkan, tapi setelah dijalani, liburan tersebut menjadi sebuah momen bahagia tentang keluarga yang tidak akan saya lupakan.

Akan halnya liburan bersama keluarga besar istri, ini juga menarik. Kecuali seorang adik ipar, yang lain sebenarnya jarang bermain ke luar negeri. Oleh sebab itu, liburan ke Melaka dan Bangkok pun menjadi lebih berkesan. Saat liburan, saya hanya jadi peserta dan ikut ke mana pun mereka pergi. Prinsipnya sederhana, terkadang liburan tidak harus tentang saya. Selama ini istri saya sudah menunaikan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu yang berdedikasi tinggi di rumah, jadi saya dengan senang hati memberikannya kesempatan untuk bersantai bersama orang tua dan saudara-saudarinya. Di satu sisi, saya juga tidak keberatan menjaga Linda dan berkumpul bersama mertua dan adik-adik ipar. Mereka orang-orang yang ramah dan menyenangkan.

Nuryani dan keluarga di Melaka. 

Baru-baru ini saya juga sempat menjalani sebuah liburan yang unik. Seharusnya ini adalah liburan ayah dan anak, tapi ternyata teman baik saya Endrico dan anaknya pun turut serta. Liburan ke Hong Kong itu menjadi kian menarik. Saya menikmati waktu bersama anak saya Linda. Dia hampir enam tahun sekarang dan selain kebiasaan buruknya dalam memilih-milih makanan, dia adalah putri yang luar biasa bagi ayahnya. Kehadiran Endrico dan Rachel juga berarti kita punya teman seperjalanan sepanjang liburan. Sungguh pengalaman yang menyenangkan dan sangat disarankan bagi yang lain untuk mencobanya.

Jadi, setelah sekian banyak kombinasi di atas, apakah masih ada kombinasi yang ingin saya coba? Oh ya, saya berharap bisa berlibur bersama adik saya lagi. Kita tidak pernah lagi berlibur bersama sejak kita beranjak dewasa. Mungkin akan menarik untuk bertualang bersama lagi, apalagi jika para sepupu pun bisa ikut serta. Mari kita lihat. Semoga saja bisa terjadi suatu hari nanti...

Linda dan Rachel di Ocean Park, Hong Kong. 



No comments:

Post a Comment