Total Pageviews

Translate

Friday, December 29, 2017

Malaysia Boleh: Malacca

Of all the places in Malaysia, Malacca is always my favorite destination for short getaway. A weekend trip, arriving on Saturday and departing on Sunday will be just nice. While Malaysia was used to be well-known for the inconvenient public transport (this is now changing thanks to Uber and Grab), Malacca is the one place that is pedestrian friendly. Well, at least the city center is best explored on foot!

I had a couple of visits since a decade ago. The first trip was with a Malaysian ex-colleague, Swee Hin, my travel buddy during this period. The beauty of travelling with a local was we could do it the Malaysian way, so we headed to Larkin Sentral, the bus terminal located in Johor Bahru, and took a bus from there. The journey to Malacca was roughly around three hours ride. Once we reached there, as this visit was before the rise of agoda.com, we did a walk-in to book our hotel room.

The riverside, when the evening came.
Photo by Evelyn Nuryani.

So what to do in Malacca? The two days, one night routine pretty much involved a walk around the city center, visiting various tourist spots ranging from the museum (that's where I refreshed my history lesson about Hang Tuah and Admiral Zheng He), the big Portuguese ship that also happened to be another museum, to Jonker Walk that was famous for its night market. However, as this was a trip with a Malaysian, we had this unlikely chance to visit the Malacca Zoo. It was alright, quite decent, but not exactly memorable, haha.

The next trip to Malacca happened to be from Kuala Lumpur. Together with a bunch of friends, I departed from Puduraya to Melaka Sentral, the main bus station. Oh yeah, if we took bus, be it from Singapore, Johor Bahru or Kuala Lumpur, we always alighted at this bus station. It was from here that we should take a cab to reach the city centre, where the main attractions were. The visit itself was a basically a repetition of the routine, described in the previous paragraph, minus the zoo, haha.

Eko and Suresh, when we stopped for a short break.

The third one was rather interesting because we drove from Singapore to Malacca. Chia was on the driver's seat while Suresh, Eko and I took turn on the front seat, if I remember correctly. Apart from the city center, we managed to explore some other places, but the most memorable one was the A'Famosa resort. We stayed at the apartment and we visited the theme park and the Old West, a rather charming Red Indians and cowboys show. Too bad that the one above was the only picture I could find. This is when we had our breakfast at the resting area, when we were on our way to Malacca.

The last time I went there was like a big, extended family trip. It was their first visit, so I did spend quite a fair bit of time with my daughter in our hotel room (we were staying at Hatten hotel, one of the newer hotels in town) in order to allow my wife, her sisters and mum to roam the city centre freely. A quality time well-deserved by the best wife ever! Later that night, I joined them for dinner where we had Korean food instead of the local peranakan cuisine or chicken rice ball, haha.

Overall, Malacca is a nice city with enough entertainment and eateries for all ages. The city center, the main tourist attraction, has this relaxed ambience, especially when it is not too hot. Here's one place that's great for us to walk around and yet it is neither confining nor restrictive like resorts. Highly recommended and satisfaction guaranteed for first timers!

Family time in Melacca.


Malaysia Boleh: Melaka

Dari berbagai tempat di Malaysia, Melaka adalah tempat tujuan favorit saya. Melaka sangat cocok untuk kunjungan singkat di akhir pekan, dimana kita datang pada Sabtu siang dan pulang pada Minggu sore. Transportasi di Malaysia biasanya tidak praktis (walau ini mulai berubah sejak adanya Uber dan Grab), tapi Melaka tidak terlalu terganggu oleh ketidaknyamanan ini karena pusat kotanya tergolong ramah pejalan kaki.

Saya mengunjungi Melaka berulang kali terhitung sejak 10 tahun yang lalu. Swee Hin, teman sekantor yang menjadi teman seperjalanan saya dalam kunjungan perdana ini. Karena dia adalah orang Malaysia, maka saya berkesempatan untuk bertualang dengan gaya lokal. Saat itu kita berangkat dari Larkin Sentral, stasiun bis yang terletak di Johor Bahru. Lamanya perjalanan berkisar tiga jam. Begitu sampai di sana, karena ini adalah perjalanan sebelum populernya agoda.com, kita masuk dan memesan kamar hotel secara langsung di meja resepsionis.

Swee Hin, lagi antri buat pesan kamar.
Foto dari Sony Ericsson K630, sebelum era BlackBerry, haha.

Jadi apa saja yang bisa dilakukan di Melaka? Rutinitas dua hari satu malam ini biasanya mencakup kunjungan ke berbagai daerah turis, misalnya museum (di sini saya diingatkan kembali tentang Hang Tuah dan Laksamana Cheng Ho), kapal Portugis yang juga merupakan sebuah museum dan juga pasar malam di Jonker Walk. Yang sedikit berbeda di kali pertama ini adalah kesempatan untuk mampir di kebun binatang Melaka. Tidak terlalu buruk, tapi juga tidak terlalu berkesan, haha.

Saya bertolak dari Kuala Lumpur saat mengunjungi Melaka untuk kali kedua. Bersama beberapa teman, saya naik bis dari Puduraya ke Melaka Sentral, stasiun bis utama di Melaka. Oh ya, kalau kita naik bis, baik dari Singapura, Johor Bahru maupun Kuala Lumpur, bis yang kita tumpangi akan merapat di stasiun Melaka Sentral. Dari sini barulah kita naik taksi ke pusat kota, dimana atraksi turis berada. Kunjungan kali ini mirip dengan rutinitas yang dideskripsikan di atas, akan tetapi kebun binatang tidak lagi termasuk dalam rangkaian acara.

Dari kiri: Anthony, Sudarto, Markus, Tommy dan Setia.

Di kali ketiga, kita berangkat dari Singapura menggunakan mobil. Chia mengemudikan mobilnya sementara saya, Suresh dan Eko silih berganti tempat duduk di sepanjang perjalanan. Selain pusat kota, kita juga pergi ke berbagai tempat lain yang biasanya hanya bisa dituju dengan mobil. Yang paling mengagumkan adalah A'Famosa. Kita bermalam di apartemen dan di sore hari, kita pergi ke taman bermain dan menyaksikan pertunjukan koboi dan Indian Amerika.

Terakhir kali saya ke sana adalah sebagai peserta dari rombongan keluarga besar. Karena ini adalah kunjungan pertama mereka, saya menjaga anak di kamar hotel (kita tinggal di Hatten yang masih tergolong di tahun 2013) supaya istri saya lebih leluasa menjelajah pusat kota bersama saudari-saudari dan ibunya. Saya bergabung dengan mereka untuk makan malam, dimana kita justru menyantap makanan Korea, bukannya makanan peranakan lokal atau nasi bola ayam Hainan yang terkenal di Melaka, haha. 

Dari beberapa kunjungan bersama berbagai teman seperjalanan ini, saya rasa bisa disimpulkan bahwa Melaka adalah kota yang nyaman dan lengkap dengan hiburan untuk berbagai usia. Pusat kotanya, daerah atraksi selalu dipadati oleh turis, memiliki suasana yang santai, terutama saat cuaca tidak terlalu panas. Sangat direkomendasikan dan dijamin merupakan pengalaman yang memuaskan, terutama bagi mereka yang pertama kali berkunjung! 

Yani di depan benteng A Famosa. 

No comments:

Post a Comment