Total Pageviews

Translate

Saturday, April 21, 2018

Malaysia Boleh: Kuala Lumpur

Kuala Lumpur is likely to be the only city I had been for work, transit and leisure. I also went there by various types of transportation, from taking coach, train and flying. However, if you think that I must have been very familiar with the city by now, I have to say I'm not. Despite the fact that I mentioned above, I don't go there very often. As luck would have it, I only went there once in a blue moon, just enough for me not to forget how the city roughly looks like.

Yet KL managed to secure a place in my heart in a strangest way possible. My first business trip to KL was to meet up with my customer, CIMB. On the next trip I had few years later, CIMB was now my employer. As for transit, let's not forget that KL is the home of AirAsia. I stopped in KL when I travelled to Laos and China. I also alighted at KL Central (after a seven-hour train ride from Johor Bahru) when I visited Kota Kemuning, the suburb where my friend Wiwi is staying. For some strange reason, KL and I would cross path from time to time.

Visiting the Petronas towers.
From left: Hendyono, Markus, Sudarto, Tommy and Setia.

Come to think of it, I only had two proper visits to KL so far. The first one was a bus ride together with my housemates then. The duration was roughly around five hours, I think, and we arrived at the wee hours since we departed at night. We hung out at a local coffee shop for an early breakfast before we decided to walk to Radius International Hotel in Bukit Bintang area. After checking in, we took the train to visit the Petronas towers and Suria KLCC. Later on that day, we went to Sunway Lagoon for lunch (and that's where I had Nandos for the first time). The day was ended with dinner at Alor Street Food and a short visit to Berjaya Times Square, right before it was closed for the day. We went to Puduraya bus interchange and headed to Malacca on the following day.

The second trip I had was also with another group of housemates, Jimmy and Ng Lina. We flew there to meet Endrico who worked in KL at that time. The first day we were there, we went to Genting for cold weather and casino. Day 2 was more of shopping mall visits, then we went back for a nap before we headed to KL Central and returned to Singapore.

Truth to be told, even though I had visited KL a couple of times, I didn't get to explore and see much of KL. What I can tell you is, I think KL is like a hybrid of Singapore and Jakarta, but feels like none. I don't find it charming or brimming with strong personality, but hey, what do I know? Perhaps a proper visit with a native Malaysian will change all that, haha...

The second proper visit to Malaysia.
From left: Anthony, Endrico and Jimmy.


Malaysia Boleh: Kuala Lumpur

Sepertinya Kuala Lumpur adalah satu-satunya kota yang pernah saya kunjungi dalam rangka kerja, transit dan liburan. Saya ke sana dengan berbagai macam sarana transportasi, mulai dari bis, kereta api dan pesawat. Kendati begitu, jika anda mengira saya mengenal KL dengan baik, harus saya katakan bahwa itu tidak benar. Meski deskripsi di atas memberikan kesan bahwa saya kerap kali ke sana, sesungguhnya saya jarang mengunjungi KL. Saya hanya pergi ke sana beberapa lama sekali sehingga cukup untuk mengingatkan saya bahwa KL itu kira-kira seperti apa. 

Akan tetapi KL berhasil mendapatkan tempat khusus di hati saya dengan cara yang teramat sangat unik. Perjalanan bisnis saya yang pertama adalah untuk bertemu dengan CIMB, nasabah saya saat itu. Di kali berikutnya saya ke KL untuk hal yang sama, CIMB sudah menjadi tempat saya bekerja. Kalau bicara tentang transit, KL adalah markas AirAsia. Saya singgah di ibukota Malaysia ini saat saya mengunjungi Laos dan Cina. Saya juga merapat ke KL Central (setelah perjalanan selama tujuh jam dengan menggunakan kereta dari Johor Bahru) saat saya bermain ke Kota Kemuning, daerah pemukiman tempat teman saya Wiwi berada. Untuk hal-hal seperti inilah saya datang ke KL dari waktu ke waktu. 

Markus dan teh tarik, saat kita tiba di KL di pagi hari.

Kalau dipikirkan lagi, sampai sejauh ini saya hanya pernah dua kali mengunjungi KL sebagai tempat tujuan liburan. Kunjungan pertama adalah bersama teman-teman serumah dan di kala itu, kita menaiki bis dan menempuh perjalanan darat selama lima jam. Karena berangkat di malam hari, kita tiba di pagi buta. Kita mampir sejenak di warung kopi untuk sarapan, lantas berjalan ke Radius Hotel yang berada di kawasan Bukit Bintang. Setelah check-in, kita menaiki kereta menuju ke menara Petronas dan Suria KLCC. Menjelang siang, kita pergi ke Sunway Lagoon (dan saya pertama kalinya mencicipi Nandos di situ). Hari tersebut pun kita tutup dengan makan malam di Jalan Alor serta kunjungan singkat ke Berjaya Times Square, sesaat sebelum pusat perbelanjaan itu tutup. Keesokan harinya, kita berangkat ke Melaka dari terminal bis Puduraya. 

Liburan kedua di KL juga saya lalui bersama teman-teman serumah, kali ini pesertanya adalah Jimmy dan Ng Lina. Kita berangkat untuk menjumpai Endrico yang saat itu bekerja di KL. Di hari pertama, kita berangkat ke Genting untuk kasino dan cuaca yang sejuk. Pada hari kedua, kita bertualang dari satu mal ke mal lain, lalu kembali ke apartemen untuk beristirahat sejenak. Setelah itu kita berangkat ke KL Central dan bertolak ke bandara untuk kembali ke Singapura. 

Berdasarkan ringkasan di atas, anda bisa mengerti kenapa saya tidak begitu mengenal KL. Meski saya berulang kali ke sana, saya tidak pernah benar-benar menjelajahi kotanya. Kesan yang saya dapat sejauh ini adalah, KL mirip seperti perpaduan Singapura dan Jakarta, tapi tidak memiliki daya tarik keduanya. Namun mungkin ini adalah pendapat orang yang minim pengalamannya, haha. Suatu hari nanti, mungkin perjalanan bersama orang Malaysia lokal bisa mengubah pandangan ini...

Jimmy, Ng Lina dan Endrico bersantai di apartemen, sesaat sebelum kita menuju ke KL Central.

No comments:

Post a Comment