Total Pageviews

Translate

Monday, April 15, 2019

The United-in-White Concert

The United-in-White Concert was a presidential election campaign and it was held on the last day of campaign before the 17/4, the actual election day. It was named United-in-White because attendees were told to wear white, the color of the campaign. It was also referred to as a concert because there were many actresses, comedians, vocalists and celebrities that participated.

I was hesitant to go, first because I already had an appointment on the same day and secondly, I was a bit concerned of the safety issue. I was at the office in the morning when I saw many cars passing by. Judging from their attributes, they were heading to Gelora Bung Karno, the concert venue. Many staff in the office also planned to go afterward. Since I'm also a fan of the current president and thinking that this only happened probably once in a lifetime, I eventually decided to go, too. A fellow colleague was kind enough to borrow me a white shirt since I was not prepared.

Number one!

We set to go at 10.30am, taking MRT (my first train ride since it opened for public in late March). It took us less than 10 minutes and we needed another 10 to reach the stadium. Under the hot sun, I was sweating profusely and my shirt was wet in no time, but yet the excitement generated by the crowd was so amazing, it overtook the unfriendly heat. The family with kids, elderly and many different groups, all were wearing white. The atmosphere was friendly. Everyone greeted each other as if we were no strangers. I even briefly spoke to a man that flew all the way from Papua the day before (from where he was flying, there was no direct flight and it took him around seven hours to reach Jakarta) only to attend this concert and go back on the same night. Upon hearing that, I knew I would not regret coming.

We were lucky to reach quite early around 11am and the concert only began at 2pm. The seats were almost fully occupied and, before finding seats at Sector 15, we were refused entry at five entrances because they were already fully seated. The capacity of the stadium is 80k and there are 24 sectors, so each sector could take in around 3k people. Our seats were good, as I could see two big screens at the sides and another six giant screens at the stage. The stage was red and the shape was number one. There were almost no political party flags as the campaign was about Indonesia, not to promote certain political parties.

Minutes after we were seated, I saw no more seats left at our sector. News was buzzing that the stadium was overcrowded, but that didn't stop people from coming in. Those that just reached, they simply squeezed in the field. Many were not prepared with drinks and food. Going out to buy was definitely not an option. In such a situation, I witnessed how considerate my fellow Indonesians were: those who had extra food started offering to those who didn't have. Whenever there was an empty seat, those that stands were offered.

The crowd!

Fast forward to 2pm, the field was crowded. It was the same outside the stadium. It was so amazing to see such a crowd. One tweet said, "leaders of so many countries couldn't dream of pulling a crowd like this." Another tweet showing the crowd photos said, “this is the rally for President,”  only to get a reply, “is Bon Jovi the President?" It was pretty amusing.

The MC started the concert. Actresses and comedians took turn to entertain the audience. The crowd responded by making a big wave across the stadium and shouting, "JOKOWI, JOKOWI." The crowd were also told to participate in the shake-the-thumb dance. The atmosphere was just so great. At one point when one of the singers asked us to sing Kebyar-Kebyar, a song by the late Gombloh, I felt goosebumps and so touched.

Finally, around 15:45, the long-awaited President arrived. He made a grand entrance by running to the stage, waving to everyone and bowing to all of us. The cheering of the crowd was deafening and unstoppable. I thought, "this is the guy. This has to be the guy to lead the country. He doesn't have any personal agenda. He is down to earth and he started from the bottom of the food chain, just like many of us. Most importantly, his track record is clean and free from corruption." Standing on the stage, the man himself appealed to all Indonesians to go and use their voting rights. He encouraged us not to be afraid as the Military had gotten direct instructions to secure this General Election. He said indonesia is now the top 20 countries with strongest economy in the world and we will be top FOUR by 2045. Insyaallah we will!

United as one!


Konser Putih Bersatu

Konser Putih Bersatu adalah kampanye pemilihan presiden yang diadakan di hari terakhir kampanye, beberapa hari sebelum tanggal 17 April 2019. Konser yang dimeriahkan oleh para artis, komedian, penyanyi dan selebriti ini dinamakan Putih Bersatu karena semua peserta dihimbau untuk mengenakan baju putih, warna yang menjadi tema kampanye Jokowi kali ini.

Awalnya saya ragu untuk pergi, pertama karena saya sudah ada janji pada hari yang sama dan kedua, karena saya agak khawatir dengan keamanan sepanjang acara. Saat saya berada di kantor pada pagi hari, saya melihat banyak arak-arakan mobil yang menuju ke arah Gelora Bung Karno. Banyak karyawan yang juga berencana untuk berangkat ke sana. Karena saya juga pendukung Presiden Jokowi dan saya berpikir bahwa ini mungkin adalah peristiwa yang terjadi sekali dalam seumur hidup, saya akhirnya memutuskan untuk pergi juga. Seorang rekan kerja berbaik hati meminjamkan saya baju putih karena saya tidak memiliki persiapan.

Nomor satu!

Kami berangkat jam 10.30 pagi dengan menggunakan MRT (ini adalah pertama kalinya saya mencoba MRT yang diresmikan akhir Maret lalu). Perjalanan menuju ke stasiun terdekat hanya memakan waktu 10 menit. Dari situ kita berjalan kaki ke stadion kira-kira 10 menit lamanya. Saya keringatan dan baju saya basah karena teriknya matahari, namun kemeriahan dan suka-cita di tengah keramaian mengalahkan panasnya cuaca. Keluarga dengan anak-anak, orang tua dan massa dari berbagai kalangan, semua memakai baju putih. Suasana di lapangan terasa akrab. Semua saling menyapa dengan ramah. Saya bahkan sempat berbincang dengan seorang pria yang datang dari Papua sehari sebelumnya. Tidak ada penerbangan langsung dari tempat asalnya dan dia membutuhkan waktu tujuh jam untuk mencapai Jakarta, namun dia datang untuk menghadiri acara ini dan pulang pada malam yang sama. Saat mendengar ceritanya, saya tahu bahwa saya tidak menyesal telah datang ke acara ini.

Kami beruntung karena datang lebih awal dan tiba sekitar jam 11an untuk konser yang akan dilangsungkan pada pukul dua sore. Kursi-kursi stadion hampir penuh terisi. kami sempat ditolak di lima pintu masuk karena sudah penuh sebelum akhirnya menemukan tempat duduk di Sektor 15. Kapasitas stadion ada 80 ribu kursi dan terbagi menjadi 24 sektor, jadi setiap sektor bisa menampung sekitar tiga ribu orang. Tempat duduk kita cukup strategis. Saya bisa melihat dua layar di kiri kanan saya dan juga enam layar raksasa di tengah panggung. Panggung di tengah lapangan itu berkarpet merah dan dibentuk menyerupai angka satu. Hampir tidak ada bendera partai politik di sana karena kampanye ini adalah tentang Indonesia, bukan untuk menonjolkan partai politik tertentu.

Bersama Relawan Jokowi.

Beberapa menit setelah kami duduk, saya melihat tidak ada lagi kursi yang tersisa di sektor kami. Terdengar kabar bahwa stadion sudah penuh, tapi berita ini tidak menyurutkan datangnya peserta. Mereka yang baru saja tiba langsung memenuhi lapangan. Banyak yang datang tanpa membawa makanan dan minuman, sedangkan keluar lagi untuk membeli bukanlah pilihan yang bijak. Di situasi seperti itu, saya menyaksikan rakyat Indonesia yang saling berbagi: mereka yang membawa bekal lebih lantas berbagi dengan yang lain. Ketika ada kursi kosong, mereka pun berbagi tempat duduk.  

Menjelang pukul dua sore, lapangan stadion sudah dipadati oleh para peserta. Demikian juga halnya dengan luar stadion. Melihat massa yang tumpah-ruah sejauh mata memandang adalah pengalaman yang menakjubkan. Satu twit berbunyi, "pemimpin dari negara lain tidak akan pernah bermimpi untuk bisa menggalang massa sebanyak ini." Twit lain yang disertai foto keramaian berbunyi, "ini adalah kampanye presiden," dan serta-merta dijawab twit lainnya, "apakah presidennya adalah Bon Jovi?" Mengagumkan, sebab tidak pernah ada yang seperti ini.

GBK petjah!

Pembawa acara pun memulai rangkaian pertunjukan. Aktris dan komedian bergantian mengisi acara. Para penonton merespon dengan membuat gerakan bergelombang di deretan kursi serta tak henti-hentinya mengeluk-elukan nama Jokowi. Selain itu, hadirin juga turut berpartisipasi dalam tarian goyang jempol. Yang paling berkesan adalah saat dimana seorang penyanyi meminta para peserta untuk turut menyanyikan Kebyar-Kebyar, lagu ciptaan almarhum Gombloh. Suasana saat lagu itu terlantun teramat sangat menggugah sehingga saya pun merasa sangat tersentuh.  

Akhirnya, sekitar pukul 15:45, Presiden Jokowi yang telah ditunggu-tunggu pun tiba. Dia berlari ke tengah panggung, melambai dan membungkuk memberikan hormat pada rakyatnya. Semua yang hadir pun menyambut dengan gembira, membuat saya jadi berpikir bahwa inilah orang yang mewakili rakyatnya. Seorang tokoh yang pantas memimpin negeri ini. Dia tidak terlihat memiliki ambisi pribadi, melainkan bersahaja dan rendah hati. Dia juga seseorang yang memulai dari bawah. Yang paling penting lagi, dia tidak memiliki rekam jejak korupsi. Berdiri di atas pentas, Jokowi meminta agar seluruh rakyat Indonesia menggunakan hak suaranya untuk memilih. Dia meyakinkan kita untuk tidak takut karena TNI dan polisi sudah siap untuk mengamankan pemilihan umum ini. Dia juga menyampaikan bahwa Indonesia sekarang berada di peringkat 20 besar negara dengan ekonomi terkuat di dunia dan kita berpeluang menjadi empat besar di tahun 2045. Insyaallah kita bisa!

Presiden Jokowi dan rakyat.

No comments:

Post a Comment