Total Pageviews

Translate

Tuesday, July 23, 2019

Moral Orang Indonesia Yang Meresahkan

Tulisan ini berawal dari keresahan saya terhadap moral sebagian orang Indonesia. Saya melihat medsos Indonesia yang berkelakuan seenaknya dan mulanya saya berpikir mungkin di medsos aja, tetapi setelah saya perhatikan, di dunia nyata pun kurang lebih sama. Lalu saya teringat dan mengenang rekan-rekan kerja yang bersikap dan berprilaku serupa. 

Contoh:
1. Tuhan sudah sangat baik merancang manusia untuk hamil selama sembilan bulan sebelum melahirkan, artinya sebagai calon ayah kita diberi kempatan selama itu untuk menabung biaya persalinan. Namun fakta yang saya temukan sangat mengejutkan. Ada yang istrinya akan melahirkan tetapi sang ayah cuman punya Rp. 20.000 untuk naik taksi saja. Di mana tanggung jawab sang ayah? 

2. Ada juga yang sudah berjanji untuk melaksanakan kerjaan sesuai bayaran dan telah menerima uangnya pula, tetapi pas di hari-H malah tidak masuk dan tidak mendelegasikan kerjaan kepada penggantinya. Lebih parah lagi lagi, bahkan tidak dapat dihubungi. Ini aneh bagi saya.

Setelah contoh pengalaman di atas, saya lantas coba teliti lebih jauh. Pada suatu sore, saya melihat anak SD buang sampah seenaknya di jalan dan perbuatan itu disaksikan namun diabaikan oleh orang tuanya. Ketika saya tegur malah saya yang dipelototin oleh orang tuanya. Berbagai pikiran pun muncul di benak saya. Apakah sekolah sudah berhenti mengajarkan moral tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik? Apakah orang tuanya juga mengajarkan? Bagaimana pula dengan lingkungannya? Padahal naik mobil SUV yang mahal. Di sini saya merasa bersyukur telah sekolah di lingkungan yang penuh disiplin.

Kembali ke bangku sekolah.

Contoh berikutnya, suatu malam saya ajak anak saya makan di tempat yang banyak permainan anak. Di situ ada peraturan yang mewajibkan anak-anak untuk membereskan mainan masing-masing setelah selesai bermain. Saya perhatikan di sebelah saya ada anak kecil dengan banyak mainan tumpah-ruah di lantai, tetapi orang tuanya malah mengajak anaknya pergi dan membiarkan mainan itu berserakan di lantai.

Dari situ saya sadar bahwa bobroknya mental/moral orang Indonesia itu berasal dari orang tua yang malas mengajarkan kepada anaknya, apa yang baik dan apa yang buruk. Menurut saya, orang tua kaya atau miskin tetap bisa mewariskan harta paling berharga kepada anak, yaitu moral, budi pekerti, tanggung jawab dan mental yang baik. Semua itu gratis, tapi sepertinya lupa diajarkan oleh sebagian orang tua di Indonesia. Mungkin mereka berpikir bahwa menyekolahkan anak sudah cukup. 

Hai, orang tua. Anak hanya berada di sekolah selama lima jam dan guru mengajar setidaknya 20 murid. Mana cukup untuk mengajarkan ilmu di luar kurikulum? Hal-hal yang sederhana bisa kita contohkan sebagai orang tua, misalnya jangan buang sampah sembarang atau menghormati orang yang lebih tua. Ajarkan tanggung jawab, ilmu tata kelola keuangan dan lain-lain yang tidak diajarkan di sekolah...


No comments:

Post a Comment