Total Pageviews

Translate

Saturday, March 10, 2018

The Songwriting Experience

Songwriting is a very unique experience. Some people write alone, others often collaborate. When it comes to a collaboration, it's either the songwriters work on the music and lyrics together or one will do the music while the other does solely the lyrics.

I play only a bit of drums (and ukulele, recently), hence I certainly won't consider myself as musical. Lucky for me, I have a friend called Ardian. A very low profile and unassuming man, he is actually very talented in both sport and music. I can't be bother about the former talent as I am never a sportsman, so it is his latter gift that I used to tap on.

Ardian, in a rare occasion where he actually posed for a photo.

Ardian and I were in the same band back in the late 90s and we played just for fun. I had a tape recorder, so it dawned on me one day that perhaps we could write our own songs and do some recording together. When I set my mind on something that I had passions for, I'd often go all the way to get it done, even when I actually didn't know how. In this case, it meant I'd have to persuade my reluctant friend to try out something that we had never ever done before.

And this is when things got magical. We were inexperienced, but once we tuned in, we felt our way and managed to do it somehow. Perhaps it had to do with the inspiration that flowed through us. I didn't know what was in Ardian's mind, but from what I could see, he kept changing chords randomly until he got something, then he started humming. The song was forming and when it was roughly done, I wrote the lyrics based on what I heard. I also didn't know what topics suited it, but I just knew it had to be about something sad. We rehearsed and recorded it afterwards. The whole session was completed within three hours and Spring Time Love, our first song, was born.

When we reconvened for the second time, we already knew the drill. Instead of doing the finger picking style, Ardian strummed his guitar repeatedly this time, resulting in an upbeat tempo song called Hello. However, just like the previous one, it didn't have a bridge, so it was the usual combination of verses and chorus. It was finished within three hours, too, so statistically, that must be how long it takes to write a song.

Hello.

There was one occasion where I jammed with Parno, too. He did a rap as I played the chords on keyboard (I knew only C, G7 and F). The result was a lousy and hilarious record titled Everyday I Go to School. think the cassette is still in Bekasi. I should have obtained it as well when I collected back my CDs early last year.

The last collaboration Ardian and I had during that period was Christmas Day. There was a Christmas event in our college and if we were to participate, we had to have something that was suitable for that festive season. We quickly wrote one and there we were as a live performing act for the first and only time thus far. We did all our songs for that occasion.

I moved to Jakarta after I graduated from STMIK. Few years later, Ardian visited Jakarta as he was joining Endrico, Jimmy and I for our Bali trip. It coincided with the time when I was toying with a sound recording software shared by my friend Andy William. I convinced Ardian that since our original recording was in analogue with a constant hissing sound, we should re-record all the songs. I had a mic with me, so I got him a guitar, too. Within one sitting, we recorded all the songs we wrote and came up with a new one, too, an instrumental called Strauss' Lullaby. The digital result was, unfortunately, plagued by a high pitched sound that might have been caused by the feedback.

We never got a chance to redo the songs since then, but we did resume our collaboration for one last time. I was producing Pheng iu III in 2007 and I thought I should come up with something original to go along with it. Since I was going back home, what else that was more fitting than reuniting with my partner for another song? We got one called Friends Forever. Ardian was doing his finger picking style and he needed somebody to play the rhythm, so we got our old band mate Budi Hendra to tag along. We also recorded a demo version with Parno on vocals just for the sake of having fun. It was too bad that we didn't manage to get it right. The final output suffered from an inconsistent tempo and was eventually used in the footage of Pheng iu III, the greatest movie we never completed.

Did we do a good job in writing songs? I can't say that we were ever the prolific songwriters, but I love most of the songs. It's for you to tell if they are any good, but I think they are quite decent. Most importantly, it was the moments of collaboration that I enjoyed the most. In a way, we brought the best out of each other. Ardian is brilliant to work with and I really admire his talent. I also like the idea that once upon a time, we made it happen. Out of thin air, came the songs that you are hearing now. Awesome!

Spring Time Love.


Pengalaman Menulis Lagu

Menulis lagu adalah sebuah pengalaman yang unik. Ada yang menulis seorang diri, ada pula yang berkolaborasi. Ketika menulis lagu bersama, ada kalanya para penulis ini saling bahu-membahu dalam musik dan lirik. Lantas ada pula yang sepenuhnya mengarang musik sementara rekannya menulis lirik. 

Saya hanya bisa sedikit bermain drums (dan juga ukulele belakangan ini), jadi sudah tentu saya tidak bisa merangkai nada. Akan tetapi saya mempunyai seorang teman bernama Ardian. Secara sekilas, dia tidak akan terlihat seperti seorang musisi, tapi sesungguhnya dia sangat berbakat baik dalam olahraga maupun musik. Saya tidak peduli dengan kemampuannya dalam bidang olahraga karena saya tidak bermain sepakbola dan bulutangkis, tapi talentanya dalam musik tidak luput dari perhatian saya.

Parno berpose dengan keyboard dan tamborin.

Ardian dan saya sering bermain musik bersama teman-teman lain di penghujung tahun 90an. Di kala itu saya juga memiliki sebuah tape recorder, jadi terpikir oleh saya bagaimana seandainya kita menulis lagu bersama dan merekamnya. Kalau saya sudah tergerak untuk melakukan sesuatu yang sejalan dengan minat dan hobi saya, biasanya saya mengerjakannya dengan sepenuh hati, meskipun pada awalnya saya tidak tahu caranya. Dalam hal ini, saya pun membujuk teman yang sebetulnya enggan ini untuk mencoba sesuatu yang baru dan tidak pernah kita lakukan sebelumnya.

Dan apa yang terjadi berikutnya sungguh menakjubkan. Kita sama sekali tidak berpengalaman, tetapi begitu kita fokus, semua pun terjadi dengan sendirinya. Mungkin semua ini ada kaitannya dengan inspirasi. Saya tidak tahu apa yang ada di benak Ardian ketika itu, namun dari yang saya amati, dia berpindah kunci gitar berulang kali dan ketika dia menemukan polanya, dia pun mulai bersenandung. Musiknya pun perlahan-lahan mulai terangkai dan ketika rampung, saya pun menulis lirik berdasarkan apa yang saya dengar. Saya tidak tahu topik apa yang cocok, yang saya tahu hanyalah lagu ini akan berkisah tentang cinta yang sedih. Setelah itu kita mengulang dan merekamnya. Dalam waktu tiga jam, lagu pertama kita yang berjudul Spring Time Love pun lahir. 

Tatkala kita berkumpul lagi untuk lagu kedua, kita sudah lebih berpengalaman dan tahu prosesnya. Di lagu terdahulu, Ardian memainkan gitarnya dengan petikan jari yang lambat. Kali ini dia memainkan irama yang lebih cepat. Hasilnya adalah lagu Hello. Seperti lagu sebelumnya, yang satu ini pun selesai dalam tiga jam, jadi mungkin itu adalah waktu yang dibutuhkan untuk menulis sebuah lagu, hehe.

Parno menyanyikan Friends Forever.

Ada satu kesempatan di mana saya bermusik bersama Parno juga. Diiringi oleh permainan keyboard saya (dan saya hanya paham kunci C, G7 dan F), dia menyanyikan lagu rap. Hasilnya adalah lagu konyol dan kocak berjudul Everyday I Go to School. Saya rasa kasetnya masih ada di Bekasi. Seharusnya saya bawa serta ketika saya mengambil koleksi CD saya tahun lalu. 

Kerja sama saya dan Ardian yang terakhir di period tersebut adalah Christmas Day. Saat itu kampus menyelenggarakan acara Natal dan jika kita ingin ikut serta, kita harus memiliki sesuatu yang bertema Natal. Oleh karena itu, kita bergegas menulis satu lagu yang sesuai. Setelah itu, kita pun tampil di depan penonton untuk pertama dan sekali-kalinya. Kita memainkan semua lagu yang kita tulis karena penonton cukup antusias. 

Saya pindah ke Jakarta setelah lulus dari STMIK. Beberapa tahun kemudian, Ardian datang ke Jakarta karena dia turut serta dalam liburan ke Bali bersama Endrico, Jimmy dan saya. Kedatangannya bertepatan dengan saat saya uji coba software rekaman yang direkomendasikan oleh teman saya, Andy William. Saya meyakinkan Ardian bahwa rekaman kaset yang dilakukan dulu tidak praktis untuk digandakan dan juga tidak bagus kualitasnya, jadi sebaiknya kita rekam ulang secara digital. Saya sudah mempunyai sebuah mikropon, jadi saya pun mencarikan gitar untuknya. Dalam satu sesi, kita tidak hanya merekam ulang lagu-lagu kita, tetapi juga menulis lagu baru, sebuah instrumental yang diberi nama Strauss' Lullaby. Sayang sekali hasil rekamannya memiliki suara mendenging yang tidak bisa dihilangkan. 

Semenjak itu, kita tidak pernah lagi berkesempatan untuk merekam lagu-lagu pertama kita itu, namun kita masih sempat menulis satu lagu terakhir di tahun 2007. Saat itu saya sedang memproduksi  Pheng iu III yang disutradarai oleh Andy William. Saya pun berpikir, alangkah baiknya jika film ini mempunyai lagu sendiri. Karena saya memang berencana untuk pulang ke Pontianak, apalagi yang lebih cocok selain berkumpul bersama rekan saya ini untuk menulis lagu? Hasilnya adalah sebuah lagu bertajuk Friends Forever. Ardian menggunakan teknik petikan gitar lagi dan kali ini dia membutuhkan pemain gitar lain untuk mengiringi permainannya, jadi kita pun mengundang teman lama kita, Budi Hendra, untuk turut bergabung. Kita juga merekam versi coba-coba bersama Parno sebagai penyanyinya. Hasil rekaman terakhir, harus diakui, tidaklah memuaskan karena temponya tidak konsisten. Lagu ini pun akhirnya dipakai untuk cuplikan Pheng iu III, sebuah film terbaik yang tidak pernah kita selesaikan. 

Jadi, apakah kita berhasil menulis lagu-lagu terbaik? Kita bukanlah penulis lagu profesional, tapi kalau boleh saya mengakui, saya menyukai hampir semua lagu yang kita tulis. Anda harus menilainya sendiri, tapi saya rasa karya-karya ini tidaklah terlalu buruk bagi pemula. Yang lebih penting lagi, saya menikmati saat-saat penulisan lagu. Ardian adalah rekan yang hebat dan saya mengagumi bakatnya. Saya juga senantiasa tersenyum saat terkenang masa-masa ini karena kita berhasil mewujudkannya. Coba bayangkan, lagu-lagu yang anda dengarkan ini, muncul begitu saja karena kita berhasil menuangkan inspirasi menjadi sesuatu yang nyata. Menakjubkan!


Friends Forever dan Pheng iu III.

No comments:

Post a Comment