Total Pageviews

Translate

Wednesday, March 21, 2018

The Gory And The Dead

I'm never a fan of anything gory or lifeless. I find it... unsettling. It's just unfortunate that in the age of social media, such photos are readily available. When I scroll down the news feed on Facebook, sometimes I get the shock of my life thanks to the pictures of poor dogs that were tortured or a bloody person lying half dead. I normally hide such posts so that I don't have to see them again next time. If only I can unsee what I just saw, too!

Recently, a woman from my hometown just passed away. She was young, beautiful and so full of life, but she collapsed and died just like that. Her death became a hot topic in our Pontianak community. In one of the chat groups, suddenly someone let out a picture of the dead body. She was half covered, revealing a blue face with a rather otherworldly expression. The photo could have been taken shortly after she died. It freaked me out and I deleted the photo immediately.

I believe the person who shared the story didn't mean any harm. Sending the picture to go along with the story was, understandably, a spontaneous act. Nevertheless, when it comes to sensitive matters like this, perhaps it's wiser to ask again, is it ethical to do so? I mean, the photo was far from flattering. What was the point, then? If we were to mourn, one way to pay our respect was by not sharing such unglamorous pictures.

If there is a very pressing need to share, for example the urge to vend out the grievance inside one's heart, it certainly can be done in a more sophisticated and presentable way. I remember a photo focusing on the hand of my friend holding her father's hand, which still had a catheter connected to it. The photo came with a simple but poignant caption. It was a powerful image that told us quite a story. I surely could relate with that.

I understand that not everybody can do that, but do note that it's only right to share something decent as a form of respect. A close up picture of a dead man or woman is definitely not something that is to be distributed easily as a public consumption. In a world where a camera phone is within our reach and the world is just one click away, perhaps what we need is to hold back and exercise caution. I reckon that it'll be a better idea to post a picture of him or her smiling while we recall the good things about them and the legacy they leave behind. I'm sure that's how they want to be remembered...

A happier moment in life that is worth remembering, though one of the friends is no longer here today...


Yang Seram Dan Yang Telah Meninggal

Saya tidak pernah menyukai foto-foto yang seram atau makhluk hidup tergeletak tak bernyawa. Secara pribadi saya merasa bahwa foto-foto tersebut sangat mengganggu secara visual. Sayang sekali, di era sosial media seperti sekarang ini, gambar seperti ini justru mudah ditemukan. Ketika saya sedang iseng melihat berita di Facebook, terkadang saya dikejutkan oleh foto-foto seperti anjing yang nyaris mati dianiaya atau orang yang berbaring di kubangan darah dalam kondisi penuh luka. Biasanya saya akan memilih untuk menyembunyikan berita tersebut sehingga tidak lagi muncul di akun saya, namun apa yang baru saja saya lihat ini akan terngiang-ngiang untuk beberapa waktu sebelum saya bisa melupakannya.

Baru-baru ini, seorang wanita meninggal di kampung halaman saya. Dia masih muda, cantik dan penuh semangat hidup, jadi tidak ada yang pernah menyangka bahwa dia akan pingsan dan meninggal begitu saja. Wafatnya wanita ini pun menjadi perbincangan hangat di komunitas orang Pontianak. Tiba-tiba saja, di salah satu grup, ada yang menampilkan foto jasadnya. Badan sang wanita tertutup kain putih, namun mukanya yang membiru masih terlihat dan raut wajahnya susah untuk dijelaskan. Sepertinya foto ini diambil sesaat setelah ia meninggal. Saya kaget saat melihat foto tersebut dan segera saya hapus saat itu juga. 

Saya percaya bahwa orang yang membagikan cerita ini tidak bermaksud buruk. Mungkin karena terlalu antusias bercerita, ia pun spontan mengirimkan foto ini sebagai ilustrasi terkini. Akan tetapi, ketika kita sedang berbicara tentang hal sensitif seperti ini, mungkin ada baiknya kita bertanya lagi, apakah etis untuk berbuat seperti ini? Maksud saya, foto yang dibagikan itu rasanya bukan foto yang ingin kita ingat tentang orang yang meninggal ini, jadi untuk apa? Jika kita ingin berduka, salah satu cara yang bisa kita lakukan sebagai penghormatan terakhir adalah dengan tidak menyebarkan gambar yang menyedihkan dan tidak manusiawi ini.

Jikalau ada perasaan untuk berbagi, misalnya karena ingin mengungkapkan rasa sedih di hati, masih ada cara yang lebih halus dan layak. Saya ingat dengan sebuah foto yang fokus pada tangan teman saya yang menggenggam erat tangan ayahnya yang masih terpasang kateter. Foto itu pun disertai keterangan singkat yang menyentuh. Sebuah gambar bisu, tetapi bercerita banyak tentang pedihnya hati orang yang ditinggal. Saya bisa turut merasakannya dalam sekali pandang.

Saya paham bahwa tidak semua orang bisa menghasilkan foto seperti itu, namun setidaknya tampilkanlah sesuatu yang pantas sebagai wujud dari rasa hormat. Gambar jarak dekat dari orang yang meninggal rasanya bukanlah konsumsi publik, jadi sebaiknya tidak disebarkan. Di dunia di mana telepon genggam berkamera senantiasa terjangkau dan berita bisa mencapai dunia luar dalam sekali unggah, mungkin ada baiknya kita menahan diri dan berpikir ulang sejenak. Akan lebih berkesan jika kita mengirimkan gambar terbaik orang tersebut sambil mengenang hal-hal terbaik darinya. Saya yakin bahwa mereka lebih memilih untuk diingat seperti ini...

No comments:

Post a Comment