Total Pageviews

Translate

Sunday, July 9, 2017

Cara Mendengarkan Dengan Baik

"Kita diciptakan dua telinga dan satu mulut, artinya kita harus lebih banyak mendengarkan daripada berbicara"

Salah satu cara belajar yang efektif adalah dengan mendengarkan orang lain dan mengambil hikmah yang positif dan melupakan hal yang negatif. Kita akan bahas dahulu tipe-tipe dalam mendengarkan. Saya membaginya menjadi 4 tipe yaitu:
  1. Hanya mendengar dalam arti kita tidak mencerna apa yang kita dengar ataupun kita tidak sengaja mendengarnya. Sebagai contoh, bajaj lewat di saat kita lagi berbincang dengan keluarga, maka kita hanya mendengar suara bajaj yang lewat tersebut.
  2. Sekedar mendengarkan, artinya kita dengan sengaja dan sadar mendengarkan apa yang disampaikan tanpa mau peduli dengan hal yang tersirat atau hal yang lebih penting yang mau diungkapkan tapi tidak diucapkan secara langsung. Kadang kita akan gampang lupa terhadap apa yang disampaikan. Contoh: kita mendengarkan pembicaraan antara teman-teman yang sedang ngobrol.
  3. Mendengarkan dengan seksama, yaitu berarti kita memberikan fokus dan perhatian dengan sengaja dan sadar mendengarkan apa yang disampaikan. Setelah itu kita mencoba merenungkannya. Contoh: kita mengikuti seminar, mengikuti pengajaran. 
  4. Mendengarkan dengan hati, yaitu mendengarkan sekaligus ikut turut merasakan situasi yang disampaikan sehingga kita tahu apa yang ingin disampaikan walaupun tidak diberitahukan secara langsung. Kita akan lebih peka dengan apa yang harus atau tidak perlu kita lakukan karena terkadang kita cukup menjadi pendengar saja. Contoh: mendengarkan teman curhat, kadang kita terlalu cepat memberikan reaksi kepada teman yang curhat dengan memberikan saran ini itu sebelum mereka selesai bercerita. Ini karena kita tidak mendengarkan dengan hati. 

Jika kita mendengarkan dengan hati, kita akan tahu apa yang mau disampaikan. Kita juga mengerti bahwa terkadang, meski kita hanya diam dan ikut turut dalam situasi mereka, mereka sudah merasa tenang karena kita mendengarkan dengan hati. Contoh lain adalah saat dalam keluarga, suami sebagai lelaki yang berpikiran logis akan cepat sekali memberikan tanggapan terhadap istri yang sedang curhat, namun kenyataannya banyak sekali istri yang hanya perlu didengarkan dan mereka ingin para suami untik ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Ya, memang terkadang pendapat juga dibutuhkan, namun intinya adalah dengarkan dulu secara utuh, baru berikan tanggapan, terutama dengan sikap dan tindakan terlebih dahulu, baru bahasa lisan dengan memberikan pendapat sebagai solusi pilihan.


Banyak mendengarkan bisa memberikan jauh lebih banyak manfaat bagi diri kita dibandingkan banyak berbicara. Telinga saja diciptakan dua, lebih banyak dibandingkan mulut yang hanya diciptakan satu. Itu berarti kita seharusnya memang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Namun sayangnya tidak semua orang mau mendengarkan dengan baik.

Berikut ini ada 10 tips untuk mendengarkan dengan baik:
  1. Pusatkan perhatian anda pada orang yang sedang berbicara dan dengarkan apa yang dia katakan. Jangan biarkan pikiran anda melayang ke tempat lain. Hanya dengan cara seperti itu anda bisa belajar menjadi pendengar yg baik.
  2. Pandanglah mata lawan bicara anda dengan wajar. Ini memberikan kesan bahwa anda memperhatikan apa yang diucapkannya dengan sungguh-sungguh.
  3. Berikan respon yang bersahabat. Respon kecil yang mungkin tampak sepele bisa membuat dia merasa dihargai. Sekali-kali anda bisa mengangguk, menggelengkan kepala, tersenyum, tertawa atau memberikan komentar-komentar pendek seperti, "oh, ya? Hebat! Luar biasa!" 
  4. Berikanlah kesempatan lawan bicara anda untuk menyelesaikan apa yang ingin diutarakannya. Hindari kebiasaan memotong pembicaraan orang lain. Selain tidak sopan, kebiasaan itu bisa membuat dia merasa kesal dan tersinggung.
  5. Bila anda merasa bosan atau tidak berminat dengan topik pembicaraannya, alihkan dengan perlahan-lahan. Jangan sesekali mengubah topik pembicaraan secara mendadak seperti pengemudi yang belok tanpa menyalakan tanda lampu terlebih dahulu.
  6. Buatlah lawan bicara anda bergairah untuk terus berbicara. Bila anda berhasil memancing gairah orang yang semula kurang antusias, maka anda telah berhasil merebut hatinya. Namun dalam hal ini ada pengecualian, yakni bila lawan bicara anda adalah tipe orang yang suka memonopoli pembicaraan. Orang seperti ini biasanya akan selalu bergairah untuk terus berbicara meskipun anda sudah tampak terkantuk-kantuk.
  7. Kendalikan diri anda untuk tidak tergoda ingin mengalahkan lawan bicara anda. Anda bisa memadamkan gairah orang lain hanya dengan menunjukkan bahwa anda lebih oke daripada dia. Biarkan dia merasa bangga dengan prestasi atau pengalamannya meskipun anda punya prestasi atau pengalaman yang lebih hebat darinya.
  8. Dalam kasus-kasus khusus, belajarlah untuk meringkas apa yang diuraikan oleh teman anda sebelum anda memberikan komentar atau nasehat. Bersikaplah seperti seorang dokter yang mendiagnosa dulu penyakit pasiennya dengan teliti sebelum menyimpulkan apa penyakitnya dan memberi resep obat. Bayangkan bila ada orang yang menceramahi anda panjang lebar, padahal tidak ada hubungannya dengan apa yang anda ungkapkan.
  9. Belajarlah peka terhadap motif orang lain. Mungkin dia sedang mencurahkan isi hatinya tanpa keinginan untuk dinasehati, apalagi disalahkan. Jadi anda cukup berperan sebagai pendengar saja. Mungkin dia sedang menceritakan pengalaman agar anda memujinya. Pujilah dengan spontan dan tulus. Mungkin juga dia sedang mengajak anda masuk dalam komunikasi yang lebih akrab dan terbuka. Kalau anda mau, mulailah melakukan komunikasi dua arah.
  10. Belajarlah mendengarkan dengan tulus. Semua kiat tersebut di atas tidak akan membuat anda menjadi pendengar yang baik bila anda tidak melakukannnya dengan tulus. Anda tidak akan menjadi pendengar yang baik bila anda terbiasa berpura-pura menjadi pendengar yg baik.
Kadang kita cukup duduk diam dan dengarkan.
Photo by Ignasia Susan

No comments:

Post a Comment