Total Pageviews

Translate

Thursday, November 30, 2017

Monas Di Tiga Zaman Gubernur Jakarta

Monas (Monumen Nasional) adalah salah satu landmark di Jakarta dan bisa juga disebut icon. Karena keberadaannya sebagai icon inilah saya beberapa kali ke Monas. Setiap kali tamu atau kerabat dari luar negeri berkunjung ke Jakarta, pasti saya bawa ke Monas.

Di bawah cawan Monas itu ada diorama-diorama perjuangan indonesia dari zaman kerajaan sampai merdeka. Lumayan menarik karena diorama itu menggambarkan cerita sejarah yang kita pelajari saat di sekolah. Kalau kita naik ke atas, dari api Monas bisa kita lihat pemandangan ring satu Jakarta, mulai dari Istana Presiden sampai Walikota.

Yang ingin saya tulis adalah perbedaan Monas di era tiga gubernur berbedà, yaitu Fauzi Bowo, Jokowi-Ahok-Djarot dan Bapak Anies:

Zaman Bapak Fauzi Bowo
Setelah tinggal di Jakarta sekitar sembilan tahun, saya baru berkesempatan ke Monas karena istri saya mengajak saya pergi. Pertama datang, kesan saya adalah, "wow, lapangannya besar, ya?" Dari gerbang ke tugu Monas, kita harus berjalan kaki. Sekeliling kita semrawut karena banyak yang berjualan. Tukang foto keliling, tukang sewa sepeda dan penjual kaki lima berjajar sampai di depan pintu karcis. Oh ya, kalau mau masuk ke cawannya, pengunjung harus membeli tiket seharga Rp. 5.000 dan pintuk masuknya terletak di seberang Monas, sekitar 20 meter dari tugu. Dari situ kita bisa masuk melewati terowongan. Untuk naik ke atas, tiket senilai Rp15.000, tapi karena lift hanya satu dan lambat, kita bisa antri selama 3 jam. Sangat jauh dengan menara 101 di Taipei yang memiliki lift tercepat di dunia (1km per menit, sangat cepat). Harap maklum.

Zaman Jokowi-Ahok-Djarot
untuk masuk Monas, kita melewati Lenggang Jakarta. Kelihatan perubahan yang sangat jauh dimana penjual makan, toko cinderamata dan lain-lain diatur dengan rapi. Makanan wajib dibeli dengan menggunakan Jakarta One, tapi ada pedagang nakal juga tidak mau menggunakan kartu.

Setelah melewati Lenggang Jakarta, kita bisa jalan kaki ke tugu atau naik mobil wisata ke depan tugu dengan menunjukan kartu Jakarta One. Pemandangan berubah jauh: sangat rapi, aspal mulus dan bebas dari pedagang, jadi tidak malu 'lah membawa tamu ke Monas. Oh ya, di zaman ini kegiatan di Monas dibatasi.

Zaman Bapak Anies Baswedan
Zaman Bapak Anies ini, kebetulan saya belum berkesempatan ke Monas, tetapi telah diberitakan bahwa Monas dibebaskan sebagai ajang kegiatan. Biasanya, kalau sudah bebas begitu, pedagang kembali tidak tertib. Mudah-mudahan Monas tetap terjaga kerapiannya di zaman Bapak Anies.


No comments:

Post a Comment