Total Pageviews

Translate

Sunday, December 8, 2019

The Divorce

Indonesian netizens were once again busy with a much-publicized divorce of a controversial public figure recently. It was even compared with what Ahok went through in 2018. I remember that when I heard of Ahok's case, the first thing that came to my mind was the divorce of John Lennon and Cynthia. It just happened to be that way, but as you read on, it would be clearer why. 

More often than not, divorce is viewed as so wrong, taboo and negative that it has become a norm to condemn at least one party in the broken marriage, even without hearing the facts. To make it worse, most of the time, one gets to hear only the one-sided story, not the full picture. To think that it takes at least two people to break up a marriage. 

On the other hand, we probably don't want to listen the story, too. It's kind of awkward, really. Screenshots of a wife cheating on her husband were shown to me before and, after a short glance, I couldn't bring myself to read all of them. It was a very uncomfortable experience. It's like I was very much aware this was a private matter that I shouldn't get involved with. 

The more important thing is, yes, divorce is awful, but should a person be judged by it? Does it mean that, because of it, all the good a person had done were wiped off and suddenly he or she became a lesser person than they used to be? These questions were exactly why I immediately remembered John Lennon when I heard of Ahok's case.

By any definition, John was a flawed character. He was anything but a saint. But his divorce happened so long ago, it became a chapter I read about his life. What I remember about him the most are the songs he wrote and that's what counts. He was primarily a musician and that's how he's supposed to be remembered. 

Same goes for Ahok, though unlike John, his divorce was still fresh in mind. It actually hit me hard when I read about it on the news. Those who admired him were understandably disappointed. Those who hated him were having a field day. They got busy condemning him as a failure, some even went as far as saying, "he couldn't even take care of his family, how are we going to trust him to govern Jakarta?" 

Remembering John gave me a perspective to survive the bad news about my hero. Regardless what the reason behind it was, the divorce was something personal and it should stay that way. To me, the memories about Ahok would always be about what he had done for Jakarta. The positive changes he made and his exemplary leadership, those are his legacies. That's how he's supposed to be remembered, too.

Nobody in a right mind would have wanted a divorce, but when it happened, we just had to suck it up and live with it. Life is not a Disney Princess movie and it doesn't always end happily ever after. But it's not right when a divorce blinds us from the truth. Remember the person at his best, not what he failed to do. Divorce is never a problem and shouldn't stop us from appreciating what's good in others...

With "John Lennon" nearby the Cavern, Liverpool.
Photo by Evelyn Nuryani. 


Tentang Perceraian

Baru-baru ini netizen Indonesia dihebohkan oleh perceraian seorang tokoh agama yang kontroversial. Kasusnya bahkan dibandingkan dengan apa yang Ahok alami di tahun 2018. Saya jadi ingat kisah setahun yang lalu, ketika saya mendengar tentang perceraian Ahok. Saat itu, yang langsung muncul di benak saya adalah perceraian John Lennon dan Cynthia. Untuk memahami kenapa begitu, teruslah membaca. 

Seringkali yang namanya perceraian itu dipandang sebagai suatu kesalahan besar yang tabu dan negatif. Kita jadi sibuk mencela setidaknya satu pihak yang bercerai, meskipun kita belum tentu tahu apa sebenarnya penyebab perceraian itu. Kalau pun tahu, biasanya kita hanya mendengar cerita sepihak, bukan keseluruhan, padahal butuh dua orang atau lebih untuk membubarkan sebuah pernikahan. 

Di sisi lain, mungkin kita pun tidak mau mendengarkan kisah di balik perceraian tersebut. Rasanya sangat canggung. Suatu ketika saya pernah disodori screenshot percakapan seorang istri yang berselingkuh dan setelah saya lihat sekilas, saya langsung berhenti karena merasa bahwa sebaiknya saya tidak tahu. Lewat pengalaman yang tidak menyenangkan ini saya sadar bahwa ini adalah masalah pribadi yang sangat sensitif dan sebisa mungkin saya tidak ingin terlibat. 

Ya, perceraian adalah perkara yang emosional dan tidak mengenakkan, tapi yang lebih penting lagi, apakah seseorang lantas dihakimi karena bercerai? Karena seseorang bercerai, lantas kebaikan dan jasanya sirna begitu saja dan dia pun dicap sebagai orang yang buruk? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mengingatkan saya kembali pada John Lennon saat saya mendengar tentang kasus Ahok.

Dilihat dari sudut pandang mana pun, John adalah karakter yang tidak luput dari banyak kesalahan. Dia jelas bukan orang suci, tapi dia sangat manusiawi. Akan tetapi perceraiannya telah lama terjadi dan menjadi bagian dari kisah hidupnya yang saya baca. Apa yang senantiasa saya ingat tentang John adalah lagu-lagu yang ditulisnya dan inilah yang paling penting. John adalah seorang musisi dan dari karya-karyanyalah dia sepatutnya dikenang. 

Sama halnya dengan Ahok pula, meskipun perceraiannya baru terjadi setahun yang lalu. Jujur saya katakan bahwa berita tersebut membuat saya gundah. Semua yang mengaguminya pastilah merasa tidak percaya bahwa hal ini bisa terjadi. Mereka yang membencinya pun bagaikan mendapat kesempatan untuk menghujatnya. Mereka sibuk mencela, bahkan sampai mengatakan, "dia bahkan tidak bisa mengurus keluarga, bagaimana mungkin bisa mengurus Jakarta?"

Mengenang apa yang dialami John memberikan saya perspektif untuk menyikapi berita buruk tentang Ahok. Apa pun alasan di balik perceraiannya, itu adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan kita harus membiarkannya untuk tetap seperti itu. Bagi saya, jasa Ahok adalah apa yang telah dia lakukan untuk Jakarta. Perubahan positif dan teladan yang ia berikan adalah peninggalannya bagi kita. Sepak-terjang inilah yang seharusnya kita kenang. 

Tidak ada orang waras yang ingin bercerai setelah menikah bilamana bukan dikarenakan oleh hal-hal tertentu yang tidak terelakkan lagi, jadi kalau perceraian terjadi, kita sebagai orang luar hanya bisa menerima. Ini adalah kehidupan nyata, bukan film kartun Disney, jadi tidak selalu berakhir dengan kebahagiaan selama-lamanya. Kendati begitu, tidaklah tepat bila perceraian tersebut lantas membuat kita menilai rendah seseorang. Kenanglah orang pada saat ia berjasa, bukan saat ia gagal melakukan sesuatu dalam hidupnya...


No comments:

Post a Comment