Total Pageviews

Translate

Tuesday, December 22, 2020

Age Of Calamity

I often said this and I'd say it again, "there are many great games out there, but there's only one legend." Yes, the Legend of Zelda stands out because of three things: a brilliant gameplay, a fascinating story and the music that is worthy of a legend. 

But even within the legend, there's one chapter that we're going to talk about for years to come: Breath of the Wild. The game was so good that it brought the word legend to an unprecedented level that we never knew it existed before. Breath of the Wild was a discovery of what happened 100 years ago, when heroes lost, but one last hope remained. It was masterfully done.

The Princess.

But even after Ganon was defeated, it didn't change the past and how we knew so little about it. This left us wanting more. This made Hyrule Warriors: Age of Calamity a rather curious spin-off. How on earth could someone make a game out of a legend where the Champions died during the Great Calamity?

Now, when I said spin-off, you needed to know that Age of Calamity wasn't part of the Legend of Zelda. The gameplay certainly didn't feel like one. It was a simple hack-and-slash game. What made it special was the fact that it was endorsed by Nintendo.

The Calamity.

This was important and it resulted in a story so well-crafted, but yet the legend remained intact. The key in making this possible was Terrako. The diminutive Guardian didn't exist in Breath of the Wild. From the moment I saw it appearing in what looked like a time travel scene, I had this strange feeling that it would somehow change the story. True enough, it did, in a good way! 

Spoiler alert: because of Terrako's existence, the Champions survived! The story did follow the history as we knew it closely, but during their final moments, the Champions got a little help from... the future. From here onwards, a new timeline began. 

The Champions.
From left: Daruk, Mipha, Link, Urbosa and Revali.

So, for the first time ever, we had a chance to see the four Champions in action. Yes, we might have seen a glimpse of Mipha, Daruk, Revali and Urbosa in Breath of the Wild, when Link regained his memories. But to actually see the Champions riding the Divine Beasts and play all of them alongside Princess Zelda? That was wild! No pun intended!

One thing I couldn't help feeling about Breath of the Wild was a tinge of sadness that came with it. I mean, there were deaths that Link had to live with, as his victory was 100 years too late. Age of Calamity was a redemption that fans like me needed, an outcome that should have happened. It was good to have a second chance, even if it was only an alternate timeline...

Fixing Terrako.



Age Of Calamity

Saya sering mengatakan hal ini dan akan saya katakan sekali lagi, "ada banyak game bagus dalam 30 tahun terakhir ini, tapi hanya ada satu yang legendaris." Ya, the Legend of Zelda memang berbeda karena tiga faktor berikut ini: cara bermainnya yang unik, ceritanya yang bagus dan musiknya yang pantas disandingkan dengan legendanya. 

Akan tetapi di dalam legenda yang kaya akan beragam cerita ini pun hanya ada satu yang akan dibicarakan bertahun-tahun kemudian: Breath of the Wild. Game ini luar biasa bagusnya sehingga mendefinisikan ulang kata legenda ke level yang tidak pernah kita sangka ada sebelumnya. Breath of the Wild adalah sebuah petualangan yang membawa menemukan kembali apa yang terjadi 100 tahun silam, ketika semua pahlawan telah gugur dan menyisakan satu harapan terakhir. Sungguh sebuah maha karya. 

Princess Zelda.

Sewaktu kita mengalahkan Canon dan menamatkan game ini, ada perasaan bahwa masa yang telah lampau dan tidak banyak kita ketahui ini tidaklah berubah. Kita jadi berandai dan ingin menggali lebih dalam lagi tentang legenda ini. Karena inilah Hyrule Warriors: Age of Calamity menjadi episode yang unik dari cerita ini. Bagaimana caranya membuat game dari sebuah legenda dimana para pahlawannya gugur dalam era Great Calamity?

Sebelum kita berbicara lebih lanjut, perlu saya jelaskan bahwa Age of Calamity bukanlah bagian dari the Legend of Zelda. Cara bermainnya terasa berbeda, lebih menyerupai game perang Sam Kok yang menebas puluhan musuh di sekeliling kita. Yang membuat game ini istimewa adalah dukungan penuh dari Nintendo.

Link melawan Ganon.

Ini penting artinya dan berkat masukan dari Nintendo, ceritanya sangatlah menarik, tapi tidak mengusik legenda Breath of the Wild. Hal ini menjadi mungkin karena hadirnya Terrako, robot kecil yang sebelumnya tidak dikisahkan dalam Breath of the Wild. Saat saya melihat Terrako di awal cerita yang menyerupai adegan perjalanan ke masa silam, saya merasa bahwa robot mungil ini akan mengubah alur cerita. 

Spider alert: karena keterlibatan Terrako, para pahlawan pun selamat! Alur cerita Age of Calamity berjalan sesuai dengan apa yang kita ketahui dari Breath of the Wild, tapi di saat-saat terakhir mereka, para pahlawan mendapat bantuan dari... masa depan. Semenjak itu, alur cerita baru pun bermula. 

Para pahlawan.
Dari kiri: Daruk, Mipha, Link, Urbosa dan Revali.

Alhasil, untuk pertama kali kita bisa melihat sepak-terjang para pahlawan Hyrule selain Link. Ya, sebelumnya kita sudah melihat kilasan balik tentang Mipha, Daruk, Revali and Urbosa lewat Breath of the Wild, tatkala Link memperoleh kembali ingatannya tentang masa lalu, tapi ini tentu saja tidak sebanding dengan melihat langsung para pahlawan ini menunggangi Divine Beasts dan bermain sebagai mereka dan bertarung di samping Princess Zelda! Sensasinya berbeda dan terasa luar biasa. 

Satu hal yang senantiasa menaungi Breath of the Wild adalah nuansa sedih di sepanjang cerita. Meskipun Link akhirnya berhasil menumpas Canon, teman-temannya telah tiada dan kemenangannya terasa terlambat 100 tahun. Age of Calamity bagaikan kesempatan untuk menebus kembali apa yang gagal dilakukan. Kemenangan dalam game ini adalah sebuah hasil akhir yang seharusnya terjadi. Senang rasanya bisa mendapatkan kesempatan kedua, meskipun hanya di alur waktu yang berbeda dan di luar legenda sesungguhnya...

No comments:

Post a Comment