Total Pageviews

Translate

Saturday, May 27, 2017

Our Favorite Author

If you ever read the story of our Paris trip, I did mention that the original destination was supposed to be Dublin. When I planned it, I thought of going to Ireland (the basic idea was either to depart from or arrive at John Lennon airport because I'd like to get the passport stamp) and, while we were there, I was hoping that with a little luck and effort, we could meet our favourite author.

Her name, if you still remember, is Sinéad Moriarty. How did we get to know her again? Well, years ago, we were at the National Library in Singapore, browsing around, when my then-girlfriend picked up a novel titled In My Sister's Shoes. To think that it could be any other book but no, she took that one instead. Pure luck? May be, but we fell in love with Moriarty since then.

After reading that book, I did a little bit of research and realized that this was actually her fourth book. The first three were a trilogy about a married woman who tried very hard to get pregnant, then decided to go for adoption and eventually had another baby of her own. Very funny. In fact, these were ones of the few with a lighter mood and, with the exception of In My Sister's Shoes, I have been collecting every single book written by her from that moment on.

The thing with Sinéad Moriarty is, she is very good in making people care about the characters she wrote and she's pretty generous in her effort. Those supporting characters were well developed and there were also times when she actually had several main characters in one novel. This made a rich story but yet didn't feel like overcrowded. Brilliant, indeed. When I read her books, it was as if I couldn't stop before I finished it. The only other time I had the similar feeling was when I read Harry Potter.

Moriarty also did a good job in depicting illnesses like cancers, autism or anorexia, real things in life that we may hear before, but never really understand. Such topics, wrapped in a family drama that came with all sorts of other problems in life, ie. money, sex and so forth, resulted in very engaging stories that one surely could relate with. Personally, I love reading it once in a while (or rather once a year, whenever there's a new release from Sinéad Moriarty) because it's a good reminder that I've been blessed with a good wife and two lovely kids. Yeah, sometimes we are so busy that we forget to appreciate what we actually have.

Her latest novel, The Good Mother, was rather heavy and sad. It had its good moments, but as I went along with it, I knew something awful was inevitable. I'm not exactly the toughest man ever, so this book, admittedly, got me teary quite a fair bit. If you also have problems holding back your tears, you've been warned! The ending was beautiful, though. I would say this is one of her best ones, but then again, most of them are pretty enjoyable. 

Except Pieces of My Heart, perhaps. The story was alright but the ending, if I remember correctly, was rather a cliffhanger. Quite a disappointment, really. 

A personal favourite? That must be the novel from last year, the one called The Way We Were. It was very unique, unlike any other subjects she touched before. It was actually about a husband who was presumed dead and came back three years later only to find that his family had moved on. A very delicate situation! Definitely worth reading it!

Anyway, if you are keen on reading, you may want to add her books into your catalogue, too. And, if this is ever read by Moriarty one day, I'd just like to say, "keep writing because we'll be waiting! You got at least two fans from Indonesia, a place far, far away from Ireland!"

Our collection...




Penulis Favorit Kami

Jika anda pernah membaca cerita saya tentang perjalanan ke Paris, tempat yang ingin saya kunjungi sebenarnya Dublin, bukan Paris. Ketika saya membuat rencana perjalanan, saya berpikir bahwa kita bisa ke Irlandia (untuk mendapatkan cap paspor di bandara John Lennon, intinya kita harus terbang dari luar ke Liverpool atau sebaliknya) dan kalau beruntung, mungkin kita bisa bertemu dengan penulis favorit kami.   

Namanya adalah Sinéad Moriarty. Bagaimana kita bisa sampai membaca karyanya? Bertahun-tahun silam, kita berada di Perpustakaan Nasional Singapura dan pacar saya mengambil sebuah buku berjudul In My Sister's Shoes dari rak buku. Kebetulan? Mungkin saja. Tapi sejak saat itu kita jadi menyukai karangan Moriarty. 

Setelah membaca buku tersebut, saya melakukan sedikit riset dan menyadari bahwa buku yang kami baca adalah judul ke-4 yang ditulisnya. Tiga buku pertama adalah sebuah trilogi tentang seorang istri yang berusaha untuk hamil, kemudian mencoba untuk adopsi dan akhirnya memiliki bayi sendiri. Lucu ceritanya, boleh dikatakan yang paling bernuansa komedi bila dibandingkan dengan judul-judul lainnya. Saya mulai membeli bukunya sejak saat itu dan selain In My Sister's Shoes, saya punya semuanya.

Hebatnya Moriarty dalam menulis adalah kemampuannya dalam membuat pembaca peduli dengan karakter-karakter yang ditulisnya. Dia bahkan memberikan peran dan latar belakang untuk para pemeran pembantu. Di beberapa bukunya, dia memiliki lebih dari satu pemeran utama sehingga unik ceritanya. Hal ini membuat ceritanya padat, tapi tidak berkesan ramai. Ketika saya membaca bukunya, seringkali saya tidak bisa berhenti sampai saya selesai membaca. Ini perasaan serupa yang saya alami saat membaca Harry Potter.

Moriarty juga luar biasa dalam mendeskripsikan penyakit seperti kanker, autisme atau anorexia, hal-hal nyata yang mungkin pernah kita dengar, tapi tidak begitu kita mengerti. Topik-topik seperti ini dikemas dalam drama keluarga yang disertai berbagai masalah seperti uang, sex dan lain-lain sehingga ceritanya terasa seperti sesuatu yang bisa kita terima dengan mudah. Secara pribadi, saya suka membaca cerita seperti ini karena secara tidak langsung saya diingatkan kembali bahwa saya memiliki seorang istri dan dua putri yang baik. Ya, kadang kita mungkin terlalu sibuk sehingga lupa menghargai apa yang kita miliki.  

Karangan terbarunya, The Good Mother, agak berat dan sedih. Walau awalnya terasa riang, namun saat saya terus membaca, saya tahu bahwa sesuatu yang buruk tidak akan terelakkan. Saya bukan tipe pria tangguh, jadi buku ini membuat saya terbawa cerita dan turut bersedih dengan apa yang terjadi. Jika anda tidak sanggup menahan air mata yang berlinang karena perasaan sedih, anda harus siapkan tisu! Akhir dari ceritanya sangat menyentuh. Saya rasa ini adalah salah satu tulisan terbaiknya, namun rata-rata tulisannya memang enak dibaca. Satu-satunya pengecualian adalah Pieces of My Heart. Ceritanya lumayan, tapi akhir ceritanya agak menggantung dan mengecewakan.  

Favorit saya adalah buku yang diterbitkan tahun lalu, The Way We Were. Ide ceritanya sungguh berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Novel yang satu ini bercerita tentang suami yang dikabarkan meninggal di Afrika. Ketika ia kembali tiga tahun kemudian, ia menyadari bahwa keluarganya telah menerima fakta bahwa dia meninggal dan menyesuaikan diri tanpa kehadirannya. Situasi yang luar biasa dan menarik untuk dibaca!

Singkat kata, jika anda suka membaca, anda mungkin ingin menambahkan buku karangannya dalam koleksi anda. Dan jika tulisan ini dibaca oleh Moriarty, saya hanya ingin berkata, "tetaplah menulis karena kami akan menunggu! Anda memiliki dua penggemar dari Indonesia, sebuah negeri yang jauh dari Irlandia! 

No comments:

Post a Comment