These are two books about Ahok, the person who is loved and hated by many. They are written by two different people in very different writing styles. Denny is known for his satire while Birgaldo tells stories as it is from his unique experience. Both books are mostly the compilations of what they'd posted on social media before, those that we read as we followed what happened in Jakarta for easily the past one year or longer than that.
I like Denny's style. He is smart and sometimes he will sugarcoat his thoughts with sarcasm that makes us laugh. The man is honest and brave enough to speak his mind. Birgaldo is a fighter who has put up a good fight to defend his ideology. His stories are often poignant and I surely loved the one he told after witnessing how Ahok's stepsister cared for her brother from a different race. When love crosses boundaries such as skin colors and religions, it is an inspiring story worth telling.
As I stay in Singapore, I got both books with a little help from my friend, but they arrived at different times and what a difference that would make! I read Denny's book in December 2016, at the height of Ahok's case, when the tension was all time high, when we were on fire. On the other hand, as I just received it the night before, I only got a chance to finish now, long after Ahok lost the election. Does it still really matter?
After the election, we were arguing about the answer of that question. A friend of mine said Ahok was a fool for doing what he's been doing. Despite the good that he had done, the poor people were easily swayed and they eventually deserted him. Another would say, why bother doing all this? The Chinese population is only 5%, so what changes did Ahok expect to bring? He should have minded his own business and made money instead.
Whatever we said, it didn't change the outcome. To me, personally, that wasn't even the point. I'm concerned that the little hope that we watched for the past two years is about to be extinguished. That is bitter to swallow, alright. But perhaps Ahok isn't meant to be the agent of change that we always hope for. May be he is just a shooting star, that he is around for a while just to show us the impossible can actually be done. He set a lot of examples that inspire many. He achieved many for us to see, from getting one million support that was championed by Teman Ahok, the transparent government, the obvious improvement, the clean campaign, the bravery he has for always attending the court hearing and now, even in his defeat, he is still a phenomenon that wins supports from all over Indonesia. If not for him, the flower power would never have happened and it's unlikely to happen genuinely anymore.
May be that's all there is for a man called Ahok. If he's not destined for another role in this republic, then it's for us to carry the torch and move on. And among us, there'll always be Denny, Birgaldo and many others who'll play their parts...
From the left: Birgaldo and Denny |
- Tentang Ahok
Dua buku ini adalah tulisan tentang Ahok, sosok yang dicintai dan dibenci orang banyak. Buku-buku ini ditulis oleh dua orang berbeda dan dengan gaya yang berbeda pula. Denny dengan gaya satirnya yang termashyur, sedangkan Birgaldo dikenal sebagai penulis yang apa adanya, yang menulis berdasarkan pengamatannya di lapangan. Tulisan-tulisan mereka di media sosial dirangkum dan akhirnya dibukukan.
Gaya Denny enak dibaca. Seorang yang jujur dan berani mengungkapkan pemikirannya, Denny seringkali membuat pembaca tertawa lewat sindiran-sindirannya yang tajam. Birgaldo adalah seorang veteran yang telah berdiri tegak di jalan untuk membela apa yang benar menurut nuraninya. Cerita-ceritanya menyentuh dan saya menyukai apa yang dia ceritakan tentang Ahok dan kakak angkatnya. Jika ada kisah kasih sayang yang menembus batas warna kulit dan agama, itu adalah kisah inspirasional yang pantas untuk diceritakan.
Karena saya tinggal di Singapura, maka saya hanya bisa mendapatkan buku-buku ini lewat teman yang berdomisili di Jakarta. Dan sesuatu yang unik, yang tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya, pun terjadi. Saya membaca karya Denny Desember lalu, di saat panasnya kasus penistaan agama yang menimpa Ahok. Akan halnya tulisan Birgaldo, buku ini baru saya terima dan selesai saya baca kemarin malam, lama setelah Ahok kalah di Pilkada. Rasanya seperti menerawang kembali untuk melihat sebuah harapan yang sirna. Apakah masih ada gunanya?
Setelah Pilkada, saya dan teman-teman berargumentasi tentang pertanyaan tersebut. Seorang teman berkata bahwa Ahok sungguh bodoh karena membela orang miskin. Setelah apa yang dia lakukan, tetap saja orang miskin terbujuk-rayu oleh pihak lain dan meninggalkannya. Yang lain pun berujar, populasi Tionghoa di Indonesia cuma lima persen, jadi bisa apa seorang Ahok? Seharusnya dia berbisnis dan cukup mencari uang saja.
Apa pun yang kita diskusikan, semua itu tidak mengubah kenyataan bahwa Ahok kalah di Pilkada. Bagi saya secara pribadi, pahit rasanya untuk menerima bahwa secercah harapan yang saya rasakan selama dua tahun ini akan dipadamkan begitu saja. Akan tetapi, seperti kata Ahok, kekuasaan itu Tuhan yang berikan dan Dia pula yang akan mengambilnya, jadi mungkin saja perannya memang hanya sampai di sini. Ahok bagaikan sebuah komet, yang beredar hanya sebentar untuk menunjukkan pada kita, bahwa yang rasanya tidak mungkin itu sebenarnya bisa dikerjakan. Dia mencapai begitu banyak untuk kita teladani, mulai dari dukungan satu juta KTP, pemerintahan yang transparan, peningkatan kualitas kerja, sarana dan lingkungan, kampanye yang bersih dan dibiayai oleh rakyat, ketaatan dan keberaniannya dalam menjalani persidangan dan sekarang, bahkan setelah kalah pun ia adalah fenomena yang memenangkan banyak dukungan dari seluruh Indonesia. Tidak pernah sebelumnya ada gerakan bunga yang spontan untuk seorang gubernur dan rasanya tidak akan ada lagi yang seperti ini.
Mungkin hanya itulah peran seorang Ahok: sebatas memberikan inspirasi dan teladan. Jika ia tidak lagi menjabat di Republik ini, tanggung jawab kita adalah melanjutkan apa yang sudah ia kerjakan. Di antara kita akan ada orang-orang seperti Denny dan Birgaldo yang akan memainkan perannya dalam mengawal bersama...
No comments:
Post a Comment