Total Pageviews

Translate

Friday, July 14, 2017

Menuju Pikiran Positif

"Pikiran positif tidak datang secara instan, namun latihan dan penerapan dalam hidup akan membuahkan." 

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menuju pikiran positif. Berikut ini ada beberapa pilihan yang bisa membantu kita. Mari kita bahas satu persatu.

Prinsip 90/10

Prinsip ini akan akan merubah pola hidup anda dalam bereaksi terhadap orang, keadaan atau masalah. Apa yang dimaksud dengan prinsip 90/10? Ini artinya 10% dari hidup anda terjadi karena apa yang langsung anda alami dan 90% dari hidup anda berikutnya ditentukan dari cara anda bereaksi. Di sini maksudnya adalah anda tidak dapat mengendalikan 10% yang akan terjadi pada diri anda. 

Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan hal ini akan mengacaukan rangkaian jadwal anda. Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini, tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat menentukan yang 90% ini. Bagaimana caranya? Dari cara reaksi anda. Anda tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol reaksi anda. Jangan membiarkan orang lain menipumu, karena itu kontrol cara anda bereaksi. Marilah kita lihat contoh di bawah ini:
Kondisi: Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja menyenggol cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda tersiram kotor. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi.

Reaksi anda: Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda. Anak anda akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri anda dan mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu pinggir di ujung meja. Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari ke kamar dan cepat-cepat ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak anda masih menangis sambil menghabiskan makan paginya. Akhirnya anak anda ketinggalan bis. Istri anda harus secepatnya pergi kerja. Anda buru-buru ke mobil dan mengantar anak anda ke sekolah. Karena anda sudah terlambat, anda melaju mobil dengan kecepatan 70 km/jam padahal batas kecepatan adalah 60 km/jam. Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp 600.000 karena melanggar lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah. Anak anda secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit. Setelah tiba di kantor dimana anda terlambat 20 menit, anda baru ingat kalau tas anda tertinggal di rumah. Hari kerja anda dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan semakin buruk. Pikiran anda terusik karena kondisi di rumah. Pada saat tiba di rumah, hubungan dengan istri dan anak anda masih bermasalah karena cara anda bereaksi pada pagi hari. 

Kenapa anda mengalami hari yang buruk?
  1. Apakah penyebabnya karena kejatuhan kopi?
  2. Apakah penyebabnya karena anak anda?
  3. Apakah penyebabnya karena polisi lalu lintas?
  4. Apakah anda penyebabnya?
Jawabannya adalah #4. Anda tidak dapat mengendalikan diri setelah apa yang terjadi pada cangkir kopi. Cara anda bereaksi dalam lima detik tersebut ternyata penyebab hari buruk anda. Berikut adalah contoh yang seharusnya terjadi.

Kondisi: Kopi tumpah menyiram baju anda. Begitu anak anda akan menangis, anda berkata lembut, “tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya.” Anda ambil handuk kecil dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan mengambil tas, secepatnya anda menuju jendela ruang depan dan melihat anak anda sedang naik bis sambil melambaikan tangan ke anda. Anda kemudian mengecup lembut pipi istri anda dan mengatakan, “Sampai jumpa makan malam nanti.” Anda datang ke kantor lima menit lebih cepat dan dengan muka cerah menyapa karyawan anda. Bos anda mengomentari semangat dan keceriaan anda di kantor. Apakah anda melihat perbedaan kedua kondisi tersebut?

Ada dua skenario berbeda, dimulai dengan kondisi yang sama, diakhiri dengan kondisi berbeda. Mengapa? Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi. Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari yang sudah terjadi. Tetapi yang 90% tergantung dari reaksi anda sendiri. Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang mengatakan hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing. Biarkan serangan tersebut mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan komentar buruk tersebut mempengaruhi anda.

Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka besar kemungkinan anda akan kehilangan teman, dipecat, stres dan lain-lain. Bagaimana reaksi anda jika seseorang menyebabkan anda terjebak macet dan terlambat masuk kantor? Apakah anda akan marah? Memukul stir mobil? Memaki-maki? Apakah tekanan darah anda akan naik cepat? Siapa yang peduli jika anda datang terlambat 10 detik? Kenapa anda biarkan kondisi tersebut merusak hari anda? Coba ingat prinsip 90/10 dan jangan khawatir, maka masalah anda akan cepat terselesaikan.

Kita coba lihat kondisi lainnya :
Tiba-tiba anda dipecat. Mengapa sampai tidak bisa tidur dan khawatir? Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang karena kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.

Pesawat terlambat. Kondisi ini merusak seluruh jadwal anda. Kenapa anda marah-marah kepada petugas tiket di bandara? Mereka tidak dapat mengendalikan terhadap apa yang terjadi. Kenapa harus stres? Kondisi ini justru akan memperburuk kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk mempelajari situasi, membaca buku yang anda bawa atau mengenali penumpang lain. 

Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas sehari-hari dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan hasilnya sangat menakjubkan. Sudah berjuta-juta orang menderita akibat tekanan stres, masalah berat, cobaan hidup dan sakit hati dan hal ini sebenarnya dapat diatasi jika kita mengerti cara menggunakan prinsip 90/10.

Teknik Mengubah Kalimat Berkesan Buruk Menjadi Berkesan Baik

Salah satu teknik yang tidak kalah pentingnya untuk bisa berpikir positif adalah dengan memulai mengubah kalimat-kalimat kita yang berkesan buruk menjadi berkesan baik. Dalam mengajar, saya selalu mengatakan kepada murid-murid saya jika kalimat yang sudah baik, jangan merusaknya dengan menambahkan kalimat lain yang dimulai dengan kata tapi. Sebaliknya, jika kalimat tersebut tidak berkesan baik, maka cepat-cepatlah menambahkan kata tapi dan diikuti kalimat yang akan membuat kalimat semula menjadi berkesan baik. 

Contoh: pertama kali saya mengajar, saya banyak menjumpai kalimat-kalimat yang saya kurang suka dari sebagian murid-murid saya. Saya menyuruh mereka menerapkan teknik ini. Sering kali saat saat menerangkan sesuatu, mereka kadang mengatakan, “kedengarannya mudah tapi sulit sekali mengerjakannya,” atau “saya bisa tapi capek, musti banyak latihan dulu,” dan lain sebagainya. Saya selalu memotong kalimat mereka sebelum mereka melanjutkan dengan kata tapi sehingga mereka hanya mengucapkan, “kedengarannya mudah,” dan saya langsung jawab, “memang mudah saat kita mau belajar.” Begitu juga saat mereka mengatakan, “saya bisa,” maka saya akan menjawab dengan cepat, “saya tahu kalian bisa dan mari kita tekuni lagi dengan banyak latihan bersama.” 

Sama juga halnya dengan saat mereka mengucapkan kalimat yang berkesan buruk, saya selalu menyambungnya dengan kata tapi. Misalnya beberapa murid saya suka mengatakan, “banyak sekali dan sulit sekali,”  dan saya akan melanjutkan kalimat mereka, “tapi semuanya bisa dipelajari dan diselesaikan. Yuk, kita selesaikan satu persatu.” Jika mereka berujar, “aduh, banyak sekali masalah dalam hidup aku,” saya juga akan melanjutkan kalimat tersebut, “tapi kamu masih hidup dan ada waktu untuk menyelesaikannya.” Alternatif lainya, bisa saja saya lanjutkan dengan kalimat, “tapi aku anggap masalah itu sebagai tantangan dalam hidupku untuk lebih hebat lagi.”

Selanjutnya ada juga cara mengubah kata-kata yang berkesan buruk menjadi berkesan baik. Contoh: buah setengah matang vs. buah setengah mentah, atau wah, sudah berhasil 30% vs aduh, masih 70% lagi. Kita bisa lihat makna dari kalimat-kalimat tersebut sebenarnya sama saja, namun kita juga bisa tahu mana yang berkesan baik. Tentu saja buah setengah matang dan wah, sudah berhasil 30% adalah kalimat yang berkesan baik.

Yang tidak kalah pentingnya adalah cara mengubah penempatan kalimat. Secara sederhana kalimat-kalimat tersebut hanya kita ubah penempatannya tapi itu sangat mengubah maknanya. Ini sangat penting bagi kita untuk memulai berpikir positif. Berikut contoh-contohnya: Kamu cantik tapi pelit menjadi kamu pelit tapi cantik, guruku baik tapi kejam menjadi guruku kejam tapi baik, mama menyayangiku tapi cerewet menjadi mamaku cerewet tapi menyayangiku, dan seterusnya.

Saya melihat teknik-teknik ini sangat ampuh mengubah cara pandang kita saat kita selalu mempraktekkannya. Ini sudah terbukti dengan beberapa cara pandang murid saya. Mereka lebih positif dalam berkata-kata sekarang.

Teknik Membingkai Ulang

Ada juga teknik yang dinamakan membingkai ulang dengan mengubah sudut pandang sehingga semuanya menjadi positif. Kita akan lihat kisah nyata berikut ini:

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki empat anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan dan kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapi, bersih dan teratur. Suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu. 

Akan tetapi ada satu masalah, ibu yang bersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak ini akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia tersenyum dan berkata kepada sang ibu:
“Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan.” 
Ibu itu kemudian menutup matanya.
“Bayangkan rumah ibu yang rapi dan karpet ibu yang bersih, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?”
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.
Virginia melanjutkan, “itu artinya tidak ada seorang pun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi.
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.
“Sekarang lihat kembali karpet itu. Ibu melihat jejak sepatu dan kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu.”
Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tersebut.
“Sekarang bukalah mata ibu.” 
Ibu itu membuka matanya. 
“Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?”
Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Aku tahu maksud anda,” ujar sang ibu, “Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif.”

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu di sana, ia tahu, keluarga yang dikasihinya ada di rumah.

Catatan: Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder dan John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming). Teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita ‘membingkai ulang’ sudut pandang kita, sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang. Saya BERSYUKUR:
  1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku, bukan dengan orang lain.
  2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.
  3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan.
  4. Untuk tagihan pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi.
  5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman.
  6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan.
  7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras.
  8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat.
  9. Untuk bunyi alarm keras jam lima pagi yang membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun dan masih hidup.
  10. Untuk setiap permasalahan hidup yang saya hadapi, karena itu artinya Tuhan sedang membentuk dan menempa saya untuk menjadi lebih baik.

Saya bersyukur karena... (silahkan dijawab)

1 comment:

  1. Bagus contoh sequintable nya nanti ku buat gambar nanti ku post di insta buat penonton muda

    ReplyDelete