Total Pageviews

Translate

Monday, October 9, 2017

The Nice Surprises

First of all, let's have a disclaimer that I'm not under duress and forced to write something nice here, haha. It's just something that I'd been quietly observing this and I actually found it amusing. You know how we, as human beings, tend to take things for granted after a while? In my case, I'd known my other half for easily one third of my life, long before I called her my wife. Funny that just when I thought I already knew her well, she continued to surprise me still.

Evelyn Nuryani is the personification of everything good in my world. From the first few encounters that we had, I immediately learnt that she's smart, kind, humble, and caring. On top of that, she's beautiful, of course, or else I wouldn't be bothered to pursue any further, haha. As I got to know her better, I noticed that, just like me, she's also into writing and traveling. Her writing about her adventure in New Zealand was published in a magazine before. Let's see if she'll release it here one day.

At the Gateway of India, when she was traveling the region.

But there were nice surprises that I figured out only recently. The privilege of being married, perhaps. The first one was nasi goreng cekur. I first had it in Bandung when we had a morning walk in Dago and the breakfast sent us to hospital, haha. It was not the fault of the Sundanese style of fried rice that we got food poisoning, but it was more of the poor standard of food hygiene. Anyway, after learning that I actually liked it, she surprised me one day by serving it on our dining table. I had no idea if she just learnt it or she could do it all this while, but being a big fan of fried rice, I was delighted. This one was like a least known type of fried rice and here was my wife, the expert in cooking it. God does show mercy to a fried rice lover, doesn't He?

Another thing that I'm grateful for is her effort in taking the best pictures of our lovely children. I complained from time to time as it could be quite annoying that we suddenly stopped for a while just because she thought the particular spot would make a great photo for the kids, but by the end of the day, that was just me and I was actually glad that she did it. When I looked back, I realized that she did a good job in preserving those beautiful moments. The kids will be thankful for what their mother did when they grow up one day.

Linda in her photo session with Mum.

Next, there were her newfound hobbies that I found intriguing. She was into making necklace and other accessories made of beads. It was self-taught, with Linda sometimes joining her Mum, dragging me along to hold the other end of the string. The results often found buyers via Carousell. Apart from that, she also picked up balloon craft where she would shaped it into something else, the most complicated one being a troll so far. She must have been quite good that she was asked to help out by the community centre, prior to the mid-autumn festival!

Proud of her, really. To think that she used to be a career woman that traveled around the region, but had been taking a backseat to become a full time mother and housewife since few years ago. It was a sacrifice to do so, fully knowing that it was a 24 hours job that came with no tea break but a disrupted sleeping hours. Only God knows how she could adjust.

She's been a great wife and a very dedicated Mum, but she doesn't stop there. You know the saying, when life gives you lemons... well, she'll make the best out of that fruit, may be ice lemon tea for the hot weather or may be something else. I don't know. If there's anything I learn from this experience, I know I'll be amused and smiling again...

The accessories.

Kejutan Yang Menyenangkan

Pertama-tama, saya perlu menyatakan bahwa saya tidak dalam keadaan tertekan oleh pihak mana pun sehingga terpaksa menulis sesuatu yang baik di sini, haha. Justru sebaliknya, ini adalah sesuatu yang saya amati secara diam-diam dan saya sungguh salut dengan apa yang saya lihat. Anda tentunya tahu bahwa sebagai manusia, terkadang kita cenderung terima bersih dan menganggap segala sesuatu yang terjadi itu sudah sepantasnya begitu. Dalam hal ini, saya sudah mengenal pasangannya selama satu pertiga dari hidup saya, jauh sebelum saya memanggilnya dengan sebutan istri. Akan tetapi, ketika saya merasa sudah begitu mengenalnya, dia masih saja memberikan kejutan-kejutan terbaik buat saya.

Evelyn Nuryani adalah perwujudan dari segala hal yang baik dalam hidup saya. Dari beberapa pertemuan pertama kita, saya segera melihat bahwa dia ini pintar, baik, sederhana dan perhatian. Tidak hanya itu, dia juga cantik, makanya terus saya kejar, haha. Ketika saya kian mengenalnya, saya jadi tahu bahwa seperti saya, dia pun senang menulis dan jalan-jalan. Tulisan tentang petualangannya ke New Zealand bahkan pernah dimuat di majalah Femina. Suatu hari nanti mungkin kita akan membacanya di sini juga.

Nasi goreng cekur.

Meski saya tahu kelebihannya, namun tetap saja ada beberapa hal menarik yang saya temukan hanya setelah kita menikah. Yang pertama adalah nasi goreng cekur. Saya pertama mencobanya ketika kita berjalan pagi di Dago, Bandung, dan sarapan pagi itu membuat kita berdua berakhir di rumah sakit, haha. Kendati begitu, ini bukan salah nasi goreng khas Sunda yang kita santap, melainkan karena kualitas makanan yang kurang bersih.

Setelah menyadari bahwa saya menikmati masakan ini, suatu hari saya tiba-tiba menemukan nasi goreng cekur tersaji di meja makan. Saya tidak apakah dia baru mempelajarinya atau memang bisa sedari dulu, tapi sebagai penggemar nasi goreng, saya gembira karena bisa mencicipinya lagi. Nasi goreng cekur ini bagaikan menu langka bagi orang yang berasal dari Pontianak dan istri saya ternyata ahlinya. Tuhan sungguh bermurah hati bagi pencinta nasi goreng!

Hal lain yang saya syukuri adalah upayanya dalam memotret anak-anak. Terkadang saya mengeluh sebab perjalanan kami sering mendadak terhenti hanya karena dia menemukan tempat yang cocok bagi anak-anak untuk berfoto, namun saya sadari itu adalah respon sesaat. Pada akhirnya saya senang dia melakukannya, sebab berkat tindakannya, kenangan masa kecil anak-anak jadi tersimpan dengan baik. Suatu hari nanti, anak-anak akan berterima kasih atas apa yang telah dikerjakan oleh ibunya.

Balon untuk festival kue bulan.

Selanjutnya, ada beberapa hobi baru yang saya rasa menarik. Belakangan ini, istri saya sering membuat kalung dan aksesoris dari bahan mote dan manik. Dia belajar sendiri, kadang ditemani oleh Linda yang juga berminat, namun sering menyeret saya untuk turut serta dan memegangi ujung benang untuknya. Hasil buatannya ini kadang menemukan pembeli di Carousell. Selain itu, dia juga menekuni seni merangkai balon, dimana balon-balon dibentuk menjadi boneka anjing atau, yang paling rumit sampai sejauh ini, boneka troll. Sepertinya dia cukup berbakat karena dia bahkan dimintai bantuannya untuk persiapan festival kue bulan baru-baru ini.

Terus-terang saya bangga padanya, terutama bila saya ingat kembali bahwa dia dulunya adalah seorang wanita karir yang sering dinas ke mancanegara, namun memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sejak beberapa tahun silam. Saya rasa ini adalah sebuah pengorbanan karena ibu rumah tangga itu pekerjaan yang selain tanpa jedah juga seringkali terganggu tidurnya. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana dia bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan yang drastis ini.

Singkat kata, dia adalah seorang istri dan ibu yang luar biasa, tapi dia tidak berhenti sampai di situ. Anda tahu pepatah, ketika hidup memberikannya lemon, mungkin istri saya akan membuat es teh lemon atau sesuatu yang lain. Saya tidak tahu, tapi jika ada yang saya pelajari dari pengalaman ini, saya yakin saya akan kagum dan tersenyum lagi karenanya...

No comments:

Post a Comment