Total Pageviews

Translate

Friday, March 16, 2018

Wonderful Indonesia: East Java

I had a glimpse of East Java many years ago in 2004. I remember it was kind of dry and it got me thinking that the paddy fields in West Java was greener. I remember rawon, easily my favorite stew since I first had it in Jember. I remember towns such as Blitar, Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo and many more as I crisscrossed East Java during my road trip from Jakarta to Bali back then. I remember the majestic Bromo, the only place in East Java that we meant to visit. It didn't disappoint. We were there just for a while, but the view was memorable.

It was only nine years later that I had a proper visit to East Java. Endrico and I planned a trip to Surabaya in 2013 to visit our old friend Jimmy. Setia was keen, so he tagged along. Then, much to our surprise, Alfan expressed his interest to join, too. We flew separately to our destination. Endrico went the night before. Setia and I flew together from Singapore. We were not only on the same flight with my colleague Mega, but also sat next to her. Alfan was the last to arrive. Due to heavy rain, the plane he took actually made a detour to Bali and landed there instead! After a few hours of unexpected transit, he eventually reached Surabaya and met us in Novotel later that night.

Setia and Alfan, posing in front of Rawon Setan.
Photo by Endrico Richard.

We wasted no time in exploring the city. We had Rawon Setan and visited Tunjungan Plaza on the same night. The famous cuisine was overrated, I'm afraid, but it was good to have rawon again. As for the mall, it was quite an old fashioned one, a typical shopping centre in Indonesia. We also asked the cab driver to drive through Dolly, the famous red light district, strictly for sightseeing purpose. It was like a shanty town, very rundown and quite scary.

The next morning, we checked out from Novotel and went with Jimmy to Malang, a town roughly about two hours ride from Surabaya. Things were a bit of a blur from here onwards. Frankly speaking, I had no idea where Malang ended and Batu began. These two towns were like Siamese Twins! We were checking into Harris Hotel in Malang when we arrived and the next thing I knew, we were somewhere in Batu. I vaguely recalled the apple farm that we failed to visit, either we were too late or it wasn't open on that day. Then there was Selecta, a flower garden with cool weather. Not bad for a short visit. From there, we headed to Batu Night Spectacular, a local funfair. Suddenly we were kids again, playing games such as bumper cars, go-kart and laser tag. The night was closed with Bakso President, a local delicacy with an interesting location: it was actually next to an active railway, a reminder that every meal could be your last meal!

Go-kart time in Batu.
Photo owned by Endrico Richard.

On the following day, we headed back to Surabaya. Apart from stopping by a bee farm, we also had an impromptu visit to Taman Safari Indonesia 2. It was here that we had an unforgettable moment: while we were on the way out from this animal theme park, Jimmy told us a legendary story that was unsurpassed even by the man himself since then: when he was in Kuching, he ever jumped into a crocodile pond just to win a bet! That was very Jimmy and it definitely sounded like something that he'd do, so there wasn't any doubt about it.

We reached Surabaya in the afternoon and visited House of Sampoerna before Jimmy dropped us at Mercure. The museum was a grand testament that hard work could be rewarding sometimes. It was very encouraging to see how the founder of the cigarette empire actually started things on his bike. That very night, we went to Surabaya Town Square, a giant shopping mall that adopted a semi open concept. Kind of cool and it was filled up with youngsters!

Setia and the animals from Taman Safari Indonesia 2.
Photo by Endrico Richard.

We flew back home on the next day. Jimmy sent us back to airport, but as our flight was in the afternoon, we still got enough time to run some errands. I remember buying Ayam Goreng Pemuda for my wife, then we visited some housing estates while Jimmy was briefing us about investment. He was very enthusiastic about money making and had only little or no time at all for anything sentimental, so we heard a lot about stock trading and property business from him.

Overall, East Java is a great place to be. Surabaya is a good place to start, it is almost as big as Jakarta, but not as jammed. From here, one can go to nearby towns such as Malang, Batu or even Bromo. There is also a popular domestic theme park called Jatim Park. I've heard a lot of good reviews about it. Food-wise, with cuisines such as rawon (a localised beef stew), bakso Malang (meatball noodles soup) and ayam penyet (smashed fried chicken), you certainly can't go wrong!

When Jimmy explained about the investment.
Photo by Endrico Richard.


Indonesia Yang Menakjubkan: Jawa Timur

Di tahun 2004, saya berkesempatan untuk melihat Jawa Timur untuk pertama kalinya. Saat itu saya sempat berpikir dalam hati bahwa daerahnya lebih kering bila dibandingkan dengan Jawa Barat yang hijau sawahnya. Saya ingat dengan rawon yang segera menjadi makanan favorit saya sejak saya menyantapnya di Jember. Saya ingat dengan kota-kota seperti Blitar, Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo dan masih banyak lagi saat saya melintasi Jawa Timur dalam perjalanan darat dari Jakarta ke Bali. Saya juga ingat dengan Bromo yang menakjubkan, satu-satunya tempat yang memang ingin kita kunjungi dalam perjalanan pulang dari Bali ke Jakarta. Kita mampir hanya sebentar saja di sana, tetapi Bromo tidak akan terlupakan sepanjang masa. 

Saya baru mendapat kesempatan untuk berkunjung lagi ke Jawa Timur sembilan tahun kemudian. Kali ini kita berencana mengunjungi Surabaya, Malang dan Batu, tiga kota yang belum pernah saya singgahi sebelumnya. Endrico dan saya memiliki seorang teman lama bernama Jimmy dan kita memang berniat untuk bertemu lagi dengannya setelah sekian lama. Setia juga tertarik untuk ikut berlibur, jadi dia pun turut serta. Yang lebih mengejutkan lagi, Alfan juga berminat. Akhirnya kita pun berangkat secara terpisah. Endrico terbang di malam sebelumnya dari Jakarta. Saya dan Setia berangkat dari Singapura dan secara kebetulan duduk bersebelahan dengan Mega, kolega saya yang berasal dari Surabaya. Alfan tiba paling akhir dan menyusul ke Novotel. Ternyata pesawat yang ia tumpangi malah mendarat di Bali karena cuaca buruk di Surabaya dan baru bertolak lagi beberapa jam kemudian! 

Naik kuda untuk pertama kalinya di Bromo.

Setelah berkumpul di hotel, kita pun keluar untuk berjalan-jalan. Di malam itu kita menikmati Rawon Setan dan berjalan kaki dari sana ke Tunjungan Plaza setelah makan malam. Kalau ditanya soal rasa, saya kira Rawon Setan tidaklah seistimewa yang saya bayangkan. Tunjungan Plaza juga mirip pusat perbelanjaan lama yang bisa dijumpai di berbagai tempat di Indonesia. Yang sedikit berbeda adalah kunjungan ke Dolly, daerah pelacuran yang terkenal di Surabaya. Saat itu kita meminta supir taksi melintasi kawasan tersebut supaya kita tahu seperti apa yang namanya Dolly itu. Ternyata tempatnya sangat kumuh dan agak seram. 

Di pagi berikutnya, kita berangkat bersama Jimmy ke kota Malang yang berjarak kira-kira dua jam perjalananan dari Surabaya. Jujur saya katakan, saya tidak begitu mengerti apa beda Malang dan Batu. Kedua kota ini bersebelahan dan susah dibedakan. Setibanya di tujuan, kita langsung ke Hotel Harris di Malang dan beberapa saat kemudian, kita sudah berada di suatu tempat di Batu! Samar-samar saya ingat dengan kebun apel yang gagal kita kunjungi, mungkin karena tidak buka di hari tersebut. Setelah itu ada Selecta, taman bunga dengan cuaca sejuk dan nyaman, sangat cocok untuk kunjungan satu atau dua jam. Dari sana, kita bertolak ke Batu Night Spectacular, semacam pasar malam lokal. Di malam itu kita bermain lagi dengan kegembiraan seorang bocah dan bertualang dari satu wahana ke  wahana lain, mulai dari bom bom car, go-kart sampai tembak-tembakan. Malam tersebut akhirnya ditutup dengan Bakso President, tempat makan unik yang berlokasi persis di samping rel kereta api yang masih aktif. Kalau tidak hati-hati, bakso Malang ini bisa menjadi santapan terakhir anda!

Sebelum acara tembak-tembakan.
Foto milik Endrico Richard.

Keesokan harinya, kita kembali ke Surabaya. Kita sempat berhenti sejenak di peternakan lebah dan juga mampir secara mendadak ke Taman Safari Indonesia 2. Saat kita keluar dari sana, Jimmy pun bercerita tentang sebuah pengalaman yang tidak tertandingi oleh siapa pun: sewaktu di Kuching, dia pernah melompat ke kandang buaya untuk memenangkan taruhan. Kalau anda kenal Jimmy, tindakan ini terdengar persis seperti sesuatu yang berani ia lakukan, jadi tidak ada alasan untuk meragukannya! 

Kita tiba di Surabaya saat hari menjelang sore dan Jimmy pun mengantar kita ke Mercure setelah kunjungan ke House of Sampoerna. Museum rokok ini adalah bukti nyata bahwa kerja keras kadang bisa membuahkan hasil yang tidak terduga. Ada perasaan tergugah saat melihat bahwa bisnis raksasa ini awalnya dimulai oleh pemiliknya yang bersepeda ke sana kemari. Di malam harinya, kita pun keluar lagi, kali ini kita mengunjungi Surabaya Town Square, sebuah pusat perbelanjaan modern dengan konsep gedung terbuka. Tempat ini penuh dengan anak-anak muda! 

Alfan, Jimmy and Setia di peternakan lebah.

Kita pulang di hari berikutnya. Jimmy menyempatkan diri untuk mengantar kita ke bandara, namun karena penerbangan kita cukup siang, kita masih ada waktu untuk mengerjakan hal lainnya. Setelah membeli Ayam Goreng Pemuda yang terkenal di Surabaya, selanjutnya kita pun mengunjungi perumahan yang sedang dibangun. Sepanjang perjalanan, Jimmy bercerita panjang-lebar tentang investasi, mulai dari jual-beli saham sampai bisnis properti, jadi kita pun belajar banyak darinya.

Secara keseluruhan, Jawa Timur adalah tempat yang menarik untuk didatangi. Surabaya cocok sebagai titik awal perjalanan. Kotanya hampir sebesar Jakarta, tapi tidak terlalu macet. Dari Surabaya, kita bisa bepergian ke kota-kota lainnya seperti Malang, Batu atau bahkan Bromo. Di sana juga terdapat wahana rekreasi populer yang bernama Jatim Park. Dari apa yang saya dengar, ini tempat yang sangat bagus untuk liburan keluarga. Dari segi makanan, Jawa Timur menawarkan rawon, bakso Malang dan ayam penyet, jadi dijamin tidak mengecewakan! 

Jimmy berpose di Selecta.
Foto oleh Endrico Richard. 

No comments:

Post a Comment