Total Pageviews

Translate

Friday, August 17, 2018

You Are What You Read

I remember those days when Ahok was still the governor of Jakarta. There was this feeling that my country was going to the right direction and I just needed to know the latest news about it. This then formed a habit to read the day-to-day progress through Kompas and a bit of Denny Siregar and Birgaldo Sinaga.

Kompas is a trusted media since the 60s, so the news is unlikely to be wrong or biased. Denny and Birgaldo were good writers, the former was a satirist and the latter always wrote the touching stories about his fight for Ahok. During the governor election, I read seword.com as well. It was good, but I couldn't help feeling that the news was skewed towards Ahok's favor. I mean, I knew Ahok was great, but he shouldn't be portrayed as an invincible man.

As we all know it, Ahok was eventually defeated and jailed. For a person who loves his country, to have a dream snuffed out like that was hard to swallow. I was dejected. I totally lost interest in doing what I did. This lasted for a while, until my visit to Endrico's house. He humorously talked about Jonru and I had a glance. The fake news was full of hatred and I couldn't bring myself to read any further. It was like, how on earth could someone write something like that? How did the person sleep at night?

As a reader, my question would be, who'd believe that? One had to be really blind or stupid to take this rubbish seriously. But much to my surprise, the followers/readers were not exactly little. That's when I realised that the social media hoax was really horrifying. If you hadn't traveled to other places before and sites such as Jonru's were your only source to outside world, you could end up believing it as the truth if you read it everyday. It's like brainwashing. Quite scary, actually.

And that was the one and only time I ever ventured out to read something that was against my conscience. These days, I browsed Katakita a couple of times per day. It had a very much pro-Jokowi content, alright, but at least I felt peaceful reading it. From time to time, I'd visit Humor Politik as well for good laugh. They did a good job in making fun of the current governor and all the political antics that happened recently in Indonesia. In a way, I think Indonesians are the grateful bunch. If we didn't get the anything good out of what was happening to us, at least we got something to laugh at.

While Indonesia may not be the most literate country (in fact, according to a Jakarta Post article dated 12-Mar-2016, Indonesia was the second least literate of 61 nations, besting only Botswana), but I tend to think that those who can read, love to read. That's good, except what we read is not always good. Oh yes, it can be very damning at times, so please be very selective!

Humor Politik. Liked!


Anda Adalah Apa Yang Anda Baca

Saya ingat hari-hari dimana Ahok masih menjabat sebagai gubernur di Jakarta. Saat itu ada perasaan bahwa Indonesia seperti menuju ke arah yang benar. Setiap hari, saya merasa ingin tahu tentang perkembangannya sehingga lambat-laun saya memiliki kebiasaan membaca berita di Kompas dan juga tulisan Denny Siregar dan Birgaldo Sinaga

Kompas adalah media yang terpercaya sejak tahun 60an, jadi beritanya bisa dijamin benar dan tidak bias. Denny dan Birgaldo adalah penulis yang bermutu. Tulisan Denny lucu dan bernada menyindir, sedangkan Birgaldo sering menulis tentang perjuangannya dalam membela Ahok. Menjelang pilkada, saya juga mulai membaca artikel di seword.com. Walaupun bagus, saya sering merasa kalau artikelnya dengan sengaja menggiring opini pembaca ke Ahok. Maksud saya, tidak salah bahwa Ahok itu orang hebat, tapi itu tidak lantas berarti dia sempurna. 

Sebagaimana yang kita ketahui, Ahok akhirnya kalah dan bahkan dipenjara. Rasanya seperti terbangun dari mimpi yang direnggut paksa dan ini susah untuk saya terima. Saya sangat kecewa dengan kenyataan yang ada dan kehilangan minat untuk melanjutkan rutinitas yang saya jabarkan di atas. Puasa berita ini berlangsung sampai kunjungan saya ke rumah Endrico. Ucapannya yang humoris tentang Jonru membuat saya tergelitik untuk mencari tahu, siapa orang ini sebenarnya. Ketika saya baca, saya sungguh terperangah. Tulisannya bukan saja berbentuk ujaran kebencian, tetapi juga tidak benar. Ada rasa sesak yang membuat saya berhenti membaca. Saya jadi bertanya-tanya dalam hati, bagaimana seseorang bisa menulis seperti ini dan tidur nyenyak di malam hari?

Dari sudut pandang pembaca, pertanyaan saya adalah, siapa yang akan percaya tulisan Jonru ini? Orang tersebutlah pastilah buta atau luar biasa bodohnya untuk mempercayai sampah seperti ini. Namun pengikut/pembaca artikel-artikel ini tidak sedikit jumlahnya. Saat itulah saya jadi sadar akan bahaya berita palsu di media sosial. Masalahnya adalah, jika anda tidak pernah melihat dunia luar dan satu-satunya sumber berita anda adalah tulisan-tulisan keji seperti ini, anda akhirnya akan percaya bila tiap hari melahap berita palsu yang disuguhkan di depan anda secara rutin. Ini seperti cuci otak. Cukup mengerikan, sebenarnya. 

Dan itu adalah sekali-kalinya saya pernah mencoba membaca sesuatu yang bertentangan dengan nurani saya. Sekarang, saya masuk ke halaman Katakita beberapa kali per hari. Tulisannya cenderung pro-Jokowi, tapi setidaknya saya merasa tenang saat membaca. Dari waktu ke waktu, saya juga mengunjungi Humor Politik. Orang-orang di balik Humor Politik ini sangat kreatif dalam membuat lawakan yang terjadi di panggung politik sehingga saya seringkali tertawa geli di MRT. Humor Politik ini mengingatkan saya lagi bahwa orang Indonesia adalah orang-orang yang bisa bersyukur. Jika kita tidak memperoleh hasil yang baik dari apa yang sedang terjadi pada kita (gaberner, misalnya), setidaknya kita mendapatkan bahan tertawaan. 

Meski Indonesia bukanlah bangsa yang paling rendah angka buta hurufnya (menurut artikel Jakarta Post tanggal 12-Mar-2016, dari 61 negara, Indonesia ada di urutan nomor dua dari bawah, hanya sedikit lebih baik dari Botswana), namun saya percaya bahwa yang bisa membaca, gemar membaca. Ini hal yang bagus, cuma apa yang kita baca tidak selalu bagus. Oh ya, tulisan yang ada bisa saja sangat menjerumuskan, jadi pilihlah dengan seksama!

Katakita. Liked! 

No comments:

Post a Comment