Total Pageviews

Translate

Sunday, August 26, 2018

The Reminiscences

Of all the chores that have to be done by the head of a household, there are two that I avoid like the plaque. The first and foremost are electrical matters. The high voltage and sparks scare the hell out of me that it makes more sense to pay an electrician to do such a thing instead.

The second one is woodwork. Unlike my friend Eday who takes it as a hobby (oh yes, you should look at his upcoming book, it's brilliant), I dislike the carpentry work. To me, it is physically demanding, too much work and the result isn't satisfying. I won't be doing it unless I'm left with no choice.

And that exact situation happened last week. I was just about to begin my Sunday morning when the door hinge of the mirrored cabinet in the bathroom gave way as I opened the door. It was unbelievable. I was like, "what a bloody way to start my day." As I was desperately trying to figure out how to fix the hinge, my wife stepped in. She built a temporary foundation by stacking up boxes to support the heavy door, then she convinced me to go to shower and went to church first.

But of course no amount of prayers could fix the door miraculously. I thought it was quite urgent and it seemed like something that I could DIY. Furthermore, the bathroom cabinet right below the basin had rusty hinges. I had ignored this problem for quite a while, so it was about time that I fixed them as well. I went to IKEA, got myself an electric screwdriver and replaced all the hinges.

Once done, I took a step back and looked at the result. It got me laughing. The heavy door of the mirrored cabinet was slanted. The other cabinet had a gap between doors. Then I called my wife and, while we were admiring the masterpiece that failed spectacularly, I told her that it wouldn't be like this if Dad was here. She nodded in agreement. Dad is never a professional carpenter, but his work is always neat and precise.

I called Mum that night and we laughed about how none of her sons manages to posses the very skill her husband is good at. Then I also spoke with Dad. He gave me some pointers on how to fix this, but as he carried on speaking, his voice faded away. I was deep in thoughts, marvelling at how a series of unfortunate events could turn out to be so memorable. It led to me to a good memory about my Dad. Such a simple memory, but yet so beautiful.

And it got me thinking that it must be good to be remembered for a good reason. Just like how I know my Dad will always be in my heart, I hope my daughters will remember me, too, one day. For many things that I could have done wrong, I do wish that I'm a good father and doing this right...

Me and Dad and a birthday that wasn't mine. We just took a picture there, haha.
PS: Just realized that we seldom took pictures together and this was like the only one I could find.



Kenangan

Dari semua hal yang harus diurus oleh seorang kepala rumah tangga, ada dua hal yang sebisa mungkin selalu saya hindari. Yang pertama adalah masalah listrik. Tegangan tinggi dan percikan bunga api senantiasa membuat nyali saya ciut sehingga lebih masuk akal bagi saya untuk membayar tukang listrik untuk mengerjakannya. 

Hal kedua adalah pekerjaan tukang kayu. Berbeda dengan teman saya Eday yang memiliki hobi di bidang ini (oh ya, anda harus lihat buku barunya yang mengulas tentang segala sesuatu yang ia kerjakan dalam mempercantik tempat tinggalnya), saya tidak menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan memasang, memperbaiki dan membongkar perabotan rumah. Bagi saya, ini adalah pekerjaan kasar yang melelahkan dan kalau dikerjakan sendiri, hasilnya belum tentu memuaskan. Saya cenderung akan mengabaikannya kalau tidak terpaksa. 

Dan seburuk itulah situasinya minggu lalu. Saya baru saja akan memulai aktivitas saya di hari Minggu ketika engsel pintu lemari kaca di kamar mandi saya copot saat saya buka pintunya. Saya sungguh tertegun dan tidak percaya bahwa saya bisa semalang ini. Bukankah ini seharusnya hari Minggu yang cerah? Kenapa jadi begini? Ketika saya mengutak-atik engsel tersebut dengan gusar, istri saya pun datang menghampiri. Dia menumpukkan beberapa kotak untuk menyangga pintu lemari yang agak berat itu, kemudian meyakinkan saya untuk mandi dan ke gereja dulu. 

Akan tetapi tentu saja engsel yang rusak itu tidak akan kembali seperti sediakala hanya dengan doa di gereja. Setelah pulang, saya kembali melihat seberapa parah kerusakan pintu tersebut, kemudian terbayang oleh saya bahwa sepertinya ini adalah sesuatu yang bisa saya kerjakan sendiri. Lagipula lemari yang menyangga wastafel toilet pun sudah berkarat engsel pintunya. Setelah sekian lama saya abaikan, mungkin sudah saatnya ini diperbaiki juga. Akhirnya saya pergi ke IKEA untuk membeli obeng listrik dan memperbaiki semua engsel tersebut. 

Setelah selesai, saya mundur sedikit ke belakang untuk melihat hasil kerja saya secara keseluruhan. Dan saya jadi tertawa geli. Pintu kaca itu miring, sedangkan lemari di bawah wastafel itu kini memiliki celah di antara dua pintu. Kemudian saya memanggil istri saya dan di kala kita mengagumi hasil kerja saya yang gagal total, saya berujar padanya bahwa ini tidak akan terjadi kalau ayah saya yang mengerjakannya. Istri saya mengangguk setuju. Meski ayah saya tidak pernah berprofesi sebagai tukang kayu, tapi hasil kerjanya selalu rapi. 

Saya lantas menelepon Ibu untuk bercerita dan kita tertawa karena tidak ada satu pun dari dua anaknya yang mewarisi keterampilan suaminya. Lalu saya juga berbicara dengan Ayah. Dia memberikan petunjuk tentang bagaimana saya bisa memperbaiki lemari-lemari tersebut, namun petunjuknya hilang begitu saja, masuk dari telinga kiri dan keluar lagi dari telinga kanan. Saya larut dalam pikiran saya, takjub dengan rangkaian kejadian tidak menyenangkan yang akhirnya menjadi berkesan dan membuat saya teringat dengan kenangan tentang ayah saya. Ya, sebuah kenangan yang sederhana, tapi membuat saya bahagia dan tersenyum ketika teringat dengan beliau. 

Hal ini membuat saya berpikir bahwa pasti senang rasanya bila diingat dan dikenang karena alasan yang baik. Sebagaimana saya diingatkan kembali tentang ayah saya pada hari ini, saya juga berharap bahwa putri-putri saya akan tersenyum saat terkenang akan ayah mereka suatu hari nanti. Dari begitu banyak hal yang mungkin saya lakukan secara keliru dalam hidup ini, saya sungguh berharap bahwa saya melakukan tanggung jawab sebagai seorang ayah dengan benar... 

No comments:

Post a Comment