Total Pageviews

Translate

Friday, August 3, 2018

The Snacks

I'm never a big fan of snacks, but yet they're not quite something that I can do without. The relationship is rather enigmatic. I don't mind munching if the snacks are available, but usually I won't go all the way just to buy them. I'd love to believe that, but still this is not quite true. There's at least one that I'd go the extra mile just for the sentimental reason. Here's the story about snacks that are worth considering.

Roti gem.

I was a kid then. I can't remember when or where. I don't even know the name until many years later, when I saw it at Carrefour in Jakarta. It's called roti gem in Bahasa Indonesia. God knows what they call it in English. It was this tiny little biscuit with a solid sugar frosting on top of it. When I first had it, I was smitten. It was like love at first sight. So beautiful, so sweet. By the way, I was referring to the top part of it, haha. As a little boy, I often ate only the sugary part and threw away the biscuit. As I grew older, I began to appreciate it as a whole. Apparently the biscuit is meant to negate the sugar level, otherwise it'll be too sweet. Brilliant, eh? For your information, roti gem normally comes in red, yellow, green and white, but don't get fooled by the colours, because they all taste the same. And just like any other good snack should be, I always have a hard time of stopping the moment I start eating roti gem. I finished a whole bucket recently, with a little help from my colleagues. 

Next, I'd like to introduce you something that is native to Indonesia. It's called emping, a cracker made of melinjo. If you might have heard of it before and suspected it as the cause of gout, I'm happy to inform you that according to Wikipedia, some scientists from Japan had checked it out and no, it had nothing to do with the disease. Having said that, we can now safely talk about emping itself. I didn't always love it due to its bitter aftertaste, but the art of making emping must have become more sophisticated than before. The taste is very much refined that it isn't felt bitter anymore. The sweet one is subconsciously encouraging whereas the spicy version will make you come back for more. Both are neither too thick nor too hard, making them very crunchy these days. Oh, there's a bland of version of it, too. If you are a big fan of Indonesian cuisines, you'll find emping served together with lontong, soto and many more.

Emping. 

Last one that I often had throughout the year was pineapple tarts. These bad boys are godsend. The skin is soft and it crumbles when you bite it, revealing the pineapple jam that is sweet enough for you to pick up some more. A bit of a history lesson here, back then, during Chinese New Year, pineapple tarts were bigger and shaped like a leaf. Nowadays, they are smaller in size, but that's the beauty of it. Each of them is, for lack of a better word, mouthful. Before I knew it, I could have gulped down many. This could be fatal, because sore throat might come afterwards, haha.

So there you go, my favorite snacks. Just in case you are wondering why these three were featured here, there were simple reasons for this. The first snack was literally for the sake of a sweet childhood memory. I loved it then, I love it now. The other two were the courtesy of a good friend of mine, Susan. She owned a snack shop and supplied me the good stuff from time to time, just when I needed them the most. Life has been good, but it gets better with an appropriate amount of snack time!

Pineapple tarts. 


Cemilan

Saya rasa saya tidak tergolong sebagai penggemar cemilan kelas berat, namun saya juga tidak bisa dikatakan tidak suka ngemil. Tabiat yang satu ini agak rumit, tapi mungkin bisa dijelaskan seperti ini: saya bisa duduk diam dan menikmati cemilan kalau kebetulan tersedia, tapi saya hampir tidak pernah membeli cemilan karena memang niat dan disengaja. Definisi ini hampir benar, kecuali untuk cemilan di foto di bawah ini. Kalau saya merindukan kenangan masa kecil, terkadang saya tergerak untuk membelinya. Berikut ini adalah cerita tentang cemilan-cemilan yang mungkin pantas anda pertimbangkan untuk dicoba.

Versi Singapura (kiri) dan versi Indonesia (kanan).

Saya tidak ingat persis di mana atau kapan tepatnya saya pertama kali mencicipinya. Saya bahkan tidak tahu apa namanya sampai bertahun-tahun kemudian, ketika saya melihatnya di Carrefour ITC Cempaka Mas. Menurut label yang ada di depan toples, namanya adalah roti gem. Cemilan ini berbentuk biskuit kecil dengan gula manis warna-warni di atasnya. Rasanya seperti cinta pada pandangan pertama. Begitu indah, begitu manis. Maksud saya bagian atasnya, haha. Ketika masih kanak-kanak, saya seringkali hanya memakan bagian yang bergula, lalu membuang biskuitnya. Ketika saya lebih dewasa, saya mulai mengerti kenapa cemilan ini disertai biskuit. Ternyata kalau dimakan bersamaan, rasa manisnya berkurang karena adanya biskuit. Orang pertama yang membuat roti gem pastilah luar biasa cerdasnya. Oh ya, gula di atas roti gem biasanya berwarna hijau, kuning, merah atau putih, namun apa pun warnanya, rasanya sebenarnya sama saja, hehe. Dan seperti halnya cemilan lainnya, saya senantiasa sulit berhenti kalau sudah mulai menikmatinya. Terakhir kali saya makan roti gem, saya menghabiskan satu toples berukuran sedang dengan sedikit bantuan dari rekan-rekan kerja saya. 

Berikutnya, saya ingin memperkenalkan anda sesuatu yang berasal dari Indonesia. Namanya emping melinjo. Anda mungkin pernah mendengar bahwa emping bisa menyebabkan asam urat, tapi saya baru lihat di Wikipedia bahwa ilmuwan Jepang membantah hal tersebut. Dengan demikian emping aman untuk dikonsumsi. Secara pribadi, saya tidak begitu menyukai emping dulu karena ada rasa pahit yang melekat di lidah. Kendati begitu, teknik membuat emping sepertinya sudah meningkat dan kian mahir. Rasa emping sudah berubah jauh bila dibandingkan dengan kualitas di tahun 80an. Yang manis terasa sangat mengundang dan yang pedas membuat anda terlena. Emping zaman sekarang tidak terlalu keras dan tebal sehingga terasa renyah saat dikunyah. Oh, yang versi tawar juga ada. Kalau anda adalah pencinta makanan Indonesia, anda pasti tahu bahwa emping juga disajikan dalam menu seperti soto, lontong dan lain-lain.

Emping dalam toples. 

Cemilan terakhir yang sering tersedia di rumah adalah nastar, anugerah luar biasa yang dikaruniakan pada umat manusia. Kulitnya begitu lembut dan langsung melebur ketika digigit, membuka jalan bagi anda untuk menikmati selai nenas yang terbungkus di dalamnya. Bertahun-tahun silam, di saat perayaan Tahun Baru Cina, nastar berukuran besar dan berbentuk daun. Hari ini, nastar jauh lebih kecil dan pas di mulut sehingga anda akan tanpa sadar mengambil dan mengambilnya lagi. Terkadang ini bisa fatal karena setelah itu, timbullah sakit tenggorokan, haha. 

Seandainya anda jadi bertanya-tanya, kenapa tiga cemilan ini menjadi favorit, saya memiliki beberapa alasan berikut ini. Yang pertama, ketika kita berbicara tentang roti gem, saya menyukainya dari sejak kecil. Akan halnya emping dan nastar, ini adalah buah kebaikan dari teman saya Susan. Keluarganya memiliki toko cemilan dan kirimannya senantiasa tiba di saat saya benar-benar membutuhkannya. Jadi jangan lupa, hubungi Susan untuk persediaan cemilan di musim dingin!

No comments:

Post a Comment