Total Pageviews

Translate

Monday, October 26, 2020

The Curious Skill Of Walking Away

I think it's safe to say that I'd been doing IT troubleshooting for the past two decades. From college, Kalbe days, till now. I could tell you that there was an inexplicable fun in solving problems. Of course some days could be so miserable that I had to questioned myself, how on earth did I end up with this job again? Life as an IT man was pretty unpredictable that there was never a boring moment. That's what kept me going, I reckon.

Along the way, I learnt many things. Some weren't technical at all, including the one that I'd like to share with you today. This particular skill was rather unique and I couldn't say if I had mastered it properly, because it was a rather contradicting one. In order to understand why I said so, allow me to take one big round to explain.

You see, oftentimes, when I was so engrossed in troubleshooting, there was this lingering feeling that I was so close to solving it. Perhaps it got to do with my ego and, unfortunately, ego was a double-edged sword. As I pushed myself to carry on trying, I either made it or was misled even further from the truth.

This is where the skill of walking away became useful. I first stumbled upon this in college, when I got a problem with the html coding. I didn't really recall how or why I decided to walk away, especially from something as important as a dissertation for college degree, but it must be really bad that I really couldn't go any further. 

Much to my surprise, new ideas came rushing in not long after I stopped trying. I then realized that I had taken a wrong turn that the harder I tried, the worse it got. By walking away and letting go, albeit reluctantly, I accidentally gave myself a chance to look at things from a different angle.

I couldn't speak for others, but prior to this event, I often heard that giving up was so shameful that it was not even an option. Nobody told me that I could walk away for a while. Furthermore, this act of walking away was not the same as giving up. It was more like losing a battle, but you'd eventually return and win the war. 

Later on in life, I also learnt that the same skill was also useful in responding to others. To be specific, some emails could be downright rude and they pissed you off. Replying them immediately while you were angry might have a disastrous impact. You were not in the right mind and your judgement was clouded, therefore it was wiser for you to walk away. Just go and take a leak or something. You'd be surprised how this actually gave you time to process the unpleasant information and react to it in a better way. 

By now, hopefully you got the idea that walking away was not necessarily a negative or wrong thing to do. Doing so might actually provide you the solution you had been looking for. But like I said earlier, it wasn't a skill that came naturally, at least not for me. My biggest challenge was, sometimes I didn't always know when to stop. That, perhaps, is another skill that I've yet to learn, haha.

Do I stop or carry on?
Photo by Nicholas Tham.




Keahlian Dalam Berhenti Sejenak Dari Masalah

Kalau saya lihat kembali, rasanya tidak salah untuk berkata bahwa saya sudah bergelut di bidang IT troubleshooting selama dua dekade. Ya, mulai dari kuliah, waktu di Kalbe, sampai hari ini. Apa yang saya kerjakan ini memberikan kesenangan tersendiri. Tentu saja ada juga hari-hari yang begitu buruknya sehingga saya jadi bertanya sendiri, kenapa saya memilih profesi ini. Akan tetapi hidup seorang IT tidak pernah membosankan, terutama karena ada saja aneka masalah yang bermunculan setiap hari. Saya kira tantangan inilah yang membuat saya suka dengan pekerjaan saya. 

Selama 20 tahun ini, saya belajar banyak hal. Tidak semua bersifat teknis, termasuk juga apa yang hendak saya bagikan ini. Keahlian ini agak unik dan saya sendiri tidak begitu menguasainya. Untuk memahami kenapa saya berkata demikian, mari simak penjelasan berikut ini.

Yang namanya troubleshooting itu sangat menyita perhatian dan senantiasa ada kesan kalau masalah yang dihadapi sepertinya akan segera teratasi. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan ego yang tak ubahnya seperti pedang yang tajam di dua belah sisinya. Semakin saya memaksakan diri untuk tetap mencoba, bisa jadi peluang saya untuk berhasil menjadi semakin besar. Di satu sisi, kalau saya salah langkah dari sejak awal, yang terjadi justru saya kian terjerumus lebih dalam lagi.  

Di situasi seperti inilah keahlian untuk berhenti sejenak dari masalah itu berguna. Saya pertama kali menyadari hal ini ketika saya menghadapi masalah dalam pemrograman html di semester terakhir kuliah. Saya tidak ingat lagi kenapa saya memutuskan untuk berhenti, terutama saat mengerjakan hal sepenting skripsi. Mungkin saja saat itu saya sudah benar-benar merasa buntu.  

Ketika saya melangkah pergi dari komputer, mendadak ide-ide baru bermunculan. Saya tertegun, lalu menyadari bahwa saya sudah keliru dari sejak awal, sehingga semakin dikerjakan, semakin salah pula jadinya. Ketika saya berhenti sejenak, secara tidak sengaja saya memberikan kesempatan bagi saya sendiri untuk melihat kembali apa yang saya kerjakan dari sudut pandang yang berbeda. 

Saya tidak tahu apakah anda sering mendengar tentang hal ini, tapi sedari kecil, saya sering mendengar bahwa menyerah itu adalah perbuatan yang memalukan. Menyerah itu bukan pilihan. Akan tetapi tidak pernah ada yang memberitahukan kepada saya bahwa sebenarnya saya bisa berhenti sejenak. Lebih penting lagi, berhenti sejenak itu tidak sama dengan menyerah. Mungkin lebih cenderung menyerupai kekalahan dari suatu pertarungan, tapi akhirnya kita akan kembali dan memenangkan pertempuran. 

Ketika usia saya kian bertambah, saya mengamati bahwa keahlian yang sama juga bisa dipergunakan saat kita hendak merespon pendapat orang lain. Lebih spesifik lagi, yang namanya email kantor itu kadang ada yang kasar isinya dan mengesalkan pula. kalau kita jawab langsung saat emosi kita terpicu, bisa saja timbul kesalahpahaman yang sebenarnya bisa dielakkan. Di saat seperti ini, lebih baik kita menjauh sebentar. Mungkin ke toilet dan kencing saja dulu, haha. Dalam waktu singkat, anda akan merasa lebih tenang dan bisa mencerna informasi dengan lebih rasional. Alhasil, anda pun bisa menyikapinya dengan lebih baik. 

Sampai sejauh ini, saya harap anda mengerti bahwa berhenti sejenak dari masalah yang sedang anda hadapi bukanlah sesuatu yang negatif. Justru sebaliknya, mungkin saja anda menemukan solusi yang tadinya anda cari-cari. Namun seperti yang saya jelaskan sebelumnya, keahlian ini bukanlah sesuatu yang terasa alami bagi saya. Tantangan terbesar saya adalah, terkadang saya tidak tahu kapan saya harus berhenti. Mungkin saja ini adalah sesuatu yang masih harus saya telaah dan pelajari, haha. 

No comments:

Post a Comment