Total Pageviews

Translate

Saturday, December 7, 2024

A Different Exposure

My daughter graduated from her primary school recently. As she moved on to the next phase, we went through quite a fair bit of processes and eventually my wife shared that she felt I was barely involved in a lot of things. And anything about education, in general. That got me thinking for a while: what gives? 

And I immediately thought of the time when I wrote about why people are different. I remember the moment when I got into secondary school. It was quite a straightforward decision I made after checking with my friend Rudy. Years later, long after I completed my education in my hometown Pontianak, here I am, speaking English and doing just fine in Singapore. 

Now that I really thought of it, indeed it was a different kind of exposure. A rather unusual one, if compared with what most of my peers had gone through. It turned out well for me, but at the same time, I ended up having a very different view in life. 

I failed to see why the secondary school registration was a big deal. I also had this mindset that, if I could do it with only education from a small town that didn't speak English at all, I couldn't see how my daughter who studied here in Singapore could fare any worse. I don't think I'm stubborn, but I am just not convinced that I should worry a lot about her education. She definitely has it better than me. 

The question now is more of how she responds to and appreciates the education she has here. In this case, my role model as a Dad is Lawrence. Oh yes, the same Lawrence who visited Pontianak and went to China with me. I think he did great with his kids. And he told me back in December 2020 that he always encouraged the kids to dig deeper and think. Now that they all grew up, they look all right, cheerful and they love their father dearly. 

Lawrence's experience makes sense to me. I can certainly relate with that. If my daughter Linda is anything like me, then encouragement is the way to go. She just needs to love what she's doing and she'll excel. Throughout the first twelve years of her life, I already tried my best to give her the happiest childhood I could provide. I allow her to fail and learn from her mistakes, too. I guess the next step is to help her learning and loving what matters for her in the next phase of her life...

Father and daughter.



Pengalaman Yang Berbeda

Putri saya baru-baru ini lulus SD. Dia naik ke jenjang berikutnya dan kita pun ikut sibuk dengan proses pendaftaran sekolahnya. Suatu hari, istri saya berkomentar bahwa saya hampir tidak terlibat apa-apa dalam hal ini dan juga perihal edukasi secara umum. Saya jadi tertegun dan berpikir: kenapa begini, ya? Apa yang salah? 

Dan saya lekas teringat dengan tulisan saya tentang kenapa setiap orang berbeda. Saya juga terkenang dengan saat saya masuk SMP. Kala itu saya cuma bertanya pada Rudy, apakah kita daftar ke Petrus. Bertahun-tahun setelah saya menyelesaikan pendidikan di Pontianak, di sinilah saya berada, berbicara dalam bahasa Inggris dan baik-baik saja di Singapura. 

Kalau saya pikirkan kembali, sepertinya pengalaman saya ini berbeda. Proses yang saya lalui ini boleh dikatakan tidak lumrah pula apabila dibandingkan dengan apa yang rata-rata dialami oleh teman dan kenalan saya. Walau baik hasilnya untuk saya, di saat bersamaan, saya jadi memiliki pandangan yang berbeda. 

Alhasil saya tidak paham kenapa pendaftaran SMP perlu dikerjakan dua orang tua. Saya juga memiliki pola pikir bahwa bila saya yang hanya berbekal pendidikan dari kota kecil yang tidak berbahasa Inggris pun bisa bersaing di Singapura, maka tidak ada alasan kenapa putri saya yang lahir dan sekolah di sini bisa lebih buruk hasilnya. Saya rasa saya tidak keras kepala, tapi saya tidak yakin saya harus sedemikian khawatirnya dengan pendidikan anak saya. Dia jelas memiliki pendidikan yang lebih baik dari saya. 

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana dia menyikapi pendidikan yang ada. Dalam hal ini, teladan saya sebagai seorang ayah adalah Lawrence. Ya, Lawrence yang sama, yang pernah ke Pontianak dan ke Cina bersama saya. Suatu ketika di bulan Desember 2020, dia bercerita bahwa dia selalu mendorong anak-anaknya untuk berpikir dan memahami tentang manfaat pendidikan bagi diri mereka. Sekarang mereka sudah dewasa dan mereka terlihat baik, gembira dan menyayangi ayahnya. 

Pengalaman Lawrence ini masuk akal bagi saya dan saya bisa merasakan relevansinya. Jika Linda memiliki karakter yang sama seperti saya, maka dukungan adalah apa yang dia butuhkan. Dia hanya perlu menyukai apa yang dia kerjakan dan dia akan berhasil di bidangnya. Selama 12 tahun pertama dalam hidupnya, saya sudah sedaya upaya memberikan masa kecil yang gembira untuknya. Saya juga mengawasi dan memberikannya kesempatan untuk berbuat salah dan belajar dari kegagalannya. Saya kira langkah berikutnya adalah membantunya belajar dan mencintai apa yang penting baginya di fase selanjutnya... 

No comments:

Post a Comment