Total Pageviews

Translate

Monday, April 8, 2024

The China Trip: How It Began

Unlike the well-documented origin of Japan trip, apparently neither Gunawan nor I could remember why we ended up in China. I only remember presenting the four itineraries, the first one was the Laos-China trip (Yunnan), then two China-centric routes and the last one was the London itinerary. Laos was rejected and UK was considered as too much. The cost to Beijing and Shanghai was almost as good as London. Eventually Gunawan as the Captain agreed with the Xi'An route. 

The Captain thing was an in-joke, too. Parno was retrospectively referred to as Captain Japan. Hendra was Captain Thailand and of course Gunawan was Captain China. The Captain is basically a person full of wanderlust and we are there to make up the numbers and make it happen. It's like being the Captain's entourage and the members this time were the regulars of Robinson Travel such as Surianto, Taty and Cicilia. New additions were Andiyanto and Angela, Cicilia's daughter.


Captain China.

Since we already had the preparation templates based on the last Japan trip, we just had to repeat them with slight adjustments. At first I wanted to buy tickets on 12-Oct-2023, a historical date that marked the day we had Japan tickets in hand, but Gunawan said it'd be too early, since we'd only depart in April. So we bought the tickets in December instead, simulating the four months interval before the departure.

One day, I had lunch with Lawrence and he expressed a keen interest in joining us. Since he mingled well with my friends such as Parno and Harry, I thought he should be fine. Furthermore he can read and speak Chinese better than any of us. I asked our Captain and he approved, so for the first time ever in a long time, we had a crossover between two worlds: colleagues and high school friends. The last time such a trip happened was when we went to Tanjungpinang in 2015. 

Captain China and his entourage.

That could have ended then and there, but then Lawrence came and told me that his son Ezra wanted to join us, too. Things got interesting here. We now have two young adults joining us, the first time Robinson Travel ever had two generations traveling together. I'd say it went well. More to this later, in the next story. 

Just like the Japan trip, there was also something happening with the flight schedule. This round, the departure flight from Singapore to Xi'An was changed to a later date. That meant we would lose three days and our itinerary would be screwed, so we revised it to a day earlier instead. A lesson learnt here, expect a slower response if budget flight tickets were bought from agencies (trip.com in this case). Some of us who bought directly from Scoot managed to change the flight almost immediately, so it was nerve-wracking for those who waited!

Gunawan arrived in Singapore.

Needless to say, the tickets were sorted and the China visa for those who needed it was applied. We did make fun of Gunawan because his visa was the only one with a passport photo. Eday frightened him, saying that it was a counterfeit, haha.

But it wasn't going to be a problem. We were ready. I'd be relying on Wise and InstaRem this time. Alipay and WeChat Pay were installed (though it didn't seem to work in Singapore). Closer to the date, I even got Changi Pay installed (it's compatible with Alipay, but the steps didn't feel as practical). The countdown eventually began: a few more months to go, weeks, a single digit of days, then came the day when Captain China touched down in Singapore. We gathered on the following day at Changi Airport. So began our holiday...

Waiting for departure...



Liburan Ke Cina: Asal Mula Cerita

Berbeda dengan asal mula liburan ke Jepang yang terdokumentasi dengan baik, ternyata Gunawan dan saya sendiri tidak ingat kenapa kita bisa ke Cina. Saya hanya ingat dengan empat rute yang saya bikinkan: yang pertama adalah Laos-Cina (Yunnan), dua berikutnya fokus ke Cina, yang terakhir adalah jurusan ke London. Laos  ditolak dan Inggris pun dianggap terlalu berlebihan, sedangkan biaya ke Beijing dan Shanghai hampir setara dengan ke London. Akhirnya Gunawan sebagai Kapten memutuskan rute Xi'An, Chengdu dan Chongqing. 

Jabatan Kapten ini juga merupakan lelucon di antara teman-teman SMA. Meski tidak pernah dipanggil Kapten selama di Jepang, Parno adalah yang pertama. Selanjutnya ada Hendra yang merupakan Kapten Thailand dan tentu saja Gunawan adalah Kapten Cina. Kapten ini pada dasarnya orang yang memiliki impian jalan-jalan dan kita menjadi peserta yang turut mewujudkan impiannya. Anggota reguler kali ini adalah Surianto, Taty dan Cicilia. Yang baru bergabung adalah Andiyanto dan Angela, putri Cicilia. 

Kapten Cina. 

Karena kita sudah ada referensi persiapan berdasarkan perjalanan ke Jepang, kita hanya perlu mengulang langkah yang sama dengan sedikit penyesuaian. Awalnya saya ingin membeli tiket pada tanggal 12 Oktober 2023, hari bersejarah yang menandakan kita memiliki tiket dan siap berangkat, namun Gunawan berpendapat bahwa masih terlalu awal mengingat kita baru akan berangkat di bulan April. Akhirnya kita membeli tiket di bulan Desember, mengikuti interval empat bulan sebelum hari keberangkatan. 

Pada suatu hari, saya makan siang dengan Lawrence dan dia menyatakan keinginannya untuk turut serta. Karena dia bisa berteman dengan teman-teman SMA seperti Parno dan Harry, saya rasa harusnya tidak masalah. Lagipula dia bisa membaca dan berbicara dalam bahasa Cina. Saya pun bertanya pada Kapten dan mendapatkan persetujuan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dua dunia yang berbeda pun bertemu lagi: dunia kolega dan teman-teman SMA. Peristiwa serupa terjadi terakhir kali di tahun 2015, saat kita ke Tanjungpinang

Kapten Cina dan rombongannya.

Dan susunan peserta hendaknya berhenti sampai di situ, sampai Lawrence bertanya beberapa minggu kemudian, apakah anaknya yang bernama Ezra bisa turut serta. Kini kita memiliki dua muda-mudi dalam rombongan. Robinson Travel membawa dua generasi berlibur bersama dan sampai sejauh ini, semua berjalan lancar. 

Seperti halnya liburan ke Jepang, perjalanan kali ini juga dilanda masalah perubahan jadwal penerbangan. Jam terbang dari Singapura ke Xi'An tiba-tiba diundur dua atau tiga hari. Ini berarti jadwal kita di Xi'An jadi berantakan. Oleh karena itu, kita majukan liburan menjadi sehari lebih awal. Sebuah pelajaran bagi kita semua di sini, respon dari agen yang membelikan tiket (kita pakai trip.com) lebih lambat dari maskapainya. Teman-teman yang membeli langsung dari Scoot bisa segera mengganti jadwal penerbangan mereka sehingga kita yang menanti pun menjadi deg-degan. 

Gunawan tiba di Singapura. 

Urusan tiket kita bereskan dan visa Cina pun segera dimohon oleh mereka yang membutuhkan. Gunawan sempat dibikin tegang karena visanya adalah satu-satunya yang memiliki foto. Eday lekas menakuti-nakuti Gunawan dan berkata bahwa visanya pasti palsu, haha. 

Namun semua itu bukan masalah. Kita sudah siap sekarang. Saya akan mengandalkan Wise dan InstaRem kali ini. Alipay dan WeChat Pay pun disiapkan meski tidak bisa dipakai di Singapura. Mendekati hari-H, saya juga menyiapkan Changi Pay yang bisa digunakan di kios berlogo Alipay (setelah dicoba, cara penggunaannya ternyata tidaklah sepraktis Alipay). Lantas kita pun menghitung mundur: bulan berganti minggu, sampai akhirnya tersisa kurang dari sepuluh hari lagi. Kemudian tibalah Kapten Cina di Singapura. Kita berkumpul di Bandara Changi pada keesokan harinya dan liburan pun dimulai... 

Menanti penerbangan ke Xi'An...


No comments:

Post a Comment