Total Pageviews

Translate

Sunday, June 19, 2022

Happy Birthday, Sir Paul

I never thought of writing this, but the birthday greetings were just everywhere on the news and the social media. They were coming from his fellow ex-Beatle Ringo Starr, whoever that managed the Beatles' account on Facebook and many others, including those fans around world that admired him so much. It was so awe-inspiring that it got me reminiscing about how this 80-year-old man came and changed my life, too. 

I knew his songs long before I knew the man. Stuff like Yesterday, Hey Jude and Let It Be were the obvious choices that were played constantly when karaoke was first introduced in Pontianak. Even as a kid, I could tell that those cover versions were good music. I just didn't know how good yet.

Then finally came those days when I saw the Beatles for the first time ever. It was during the pre-internet era, so there was no way you could just search it on YouTube. It didn't even exist at that time! I just happened to catch the Beatles at the right time and I was hooked instantly. They were four of them and one stood out, obviously a left-handed like me. It was a revelation! So left-handed people could be someone cool, too!

I soon discovered that he was the man responsible for songs I heard during my childhood. How brilliant. When I was upset, he comforted me by singing, "take a sad song and make it better." When I was broken-hearted, he said, "there will be an answer. Let it be." All those wise words from someone you idolized so much, plus listening to them for years, became a maturity process that molded my personality. 

His life story was something that I could relate, too. I liked the fact that he was just a kid from Liverpool inspired by Elvis, the same way that I was just a kid from Pontianak inspired by the Beatles. The similarity we had just made things... possible. We pursued our dreams and made them come true along the way. Yet we were worlds apart, until it dawned on me that I could actually see him in Japan by attending his concert. The rest was history. While I knew this all along, I walked out from the stadium that night, wholeheartedly believing that things would definitely happen if you were passionate enough to make them come true.

It didn't end there, of course. The thing with Sir Paul was, he was so funny, confident, positive, humble and easy-going that he inspired me to be more like him. It was easy for the naysayers to criticise that he could behave that way because he had all the riches in the world, but we all knew he had paid his dues before, during and after the Beatles. He did what he liked and he surely had some fun doing that. The way I looked at it, that was one great way to live your life. Do what you like and have some fun doing it because why not?

I remember those days, back in high school, it was kinda frowned upon that a teenager could be so in awe of old men in their 50s. It was so uncool. In the world of Bon Jovi and Guns N' Roses, why on earth would I idolize the Beatles? But 30 years down the road, I could tell that I was lucky to know them. Otherwise my life would had been so different that it was unimaginable. So for the man who had been so inspiring and relatable, happy 80th birthday, Sir Paul. 

A photo by Yani, taken at the Beatles Story museum in Liverpool, 2016.



Selamat Ulang Tahun, Sir Paul

Awalnya saya tidak pernah berpikir untuk menulis artikel berikut ini, namun dua hari ini selalu saya temukan ucapan selamat ulang tahun baik di berita maupun media sosial. Ada yang datang dari Ringo Starr, teman satu grupnya dulu, ada pula yang dipos oleh admin akun grup the Beatles di Facebook dan masih banyak lagi berasal dari para penggemarnya. Semua ini begitu menggugah sehingga saya jadi terkenang dengan "perkenalan" saya dengan pria yang kini berumur 80 tahun ini. 

Saya tahu lagu-lagu jauhnya sebelum saya tahu siapa penciptanya. Lagu seperti Yesterday, Hey Jude dan Let It Be bagaikan pilihan wajib saat karaoke pertama kali muncul di Pontianak. Bahkan seorang bocah seperti saya pun bisa merasakan bahwa lagu-lagu ini enak musiknya. 

Beberapa tahun kemudian tibalah hari di mana saya melihat the Beatles untuk pertama kalinya. Semua ini terjadi sebelum internet muncul, jadi waktu itu masih belum ada YouTube. Saya kebetulan berada di depan TV saat dokumenternya diputar di RCTI dan saya langsung terpikat. Ada empat anggotanya dan yang satu jelas terlihat kidal seperti saya. Rasanya seperti melihat sebuah kesaksian! Ternyata orang kidal pun bisa populer! 

Tidak lama setelah itu, saya lantas menyadari bahwa pria kidal ini adalah orang yang menulis lagu-lagu yang sering saya dengar dulu. Betapa jenius karyanya. Ketika saya sedang gundah, dia menenangkan saya lewat nyanyian, "take a sad song and make it better." Ketika saya patah hati, dia berkata, "there will be an answer. Let it be." Semua kata-kata bijak dari orang yang saya kagumi itu berkumandang selama bertahun-tahun, menjadi proses pendewasaan yang membentuk kepribadian saya yang anda kenal sekarang. 

Kisah hidupnya pun merupakan sesuatu yang ada kemiripannya dengan apa yang saya lewati. Saya senang dengan fakta bahwa dia hanyalah seorang remaja dari kota kecil Liverpool yang terinspirasi oleh Elvis, sama halnya dengan saya yang berasal dari kota kecil Pontianak dan terinspirasi oleh the Beatles. Kemiripan ini membuat banyak hal terasa mungkin sehingga saya pun mengejar impian saya dan mewujudkannya. Saya dan Paul adalah dua orang dari kota kecil yang begitu berjauhan, sampai akhirnya saya sadari bahwa saya bisa melihatnya secara langsung dengan menghadiri konsernya di Jepang. Di malam setelah konser usai, selagi saya berjalan menjauh dari stadion, saya jadi percaya sepenuh hati bahwa jika anda bersungguh-sungguh dan telaten dalam menggapai apa yang anda mau, sesuatu yang baik niscaya akan terjadi. 

Namun cerita kita tentu tidak berhenti begitu saja. Satu hal yang selalu mengagumkan dari Sir Paul adalah karakternya yang lucu, percaya diri, positif, rendah hati dan riang. Saya senantiasa tergerak untuk bersikap serupa. Mudah bagi orang yang tidak percaya untuk mencibir bahwa dia bisa begitu karena kaya, tapi kita sama-sama tahu bahwa dia sudah membayar semua itu dengan kerja kerasnya sebelum, sewaktu dan setelah the Beatles bubar. Dia mengerjakan apa yang dia suka dan dia gembira karena apa yang dikerjakannya. Kalau saya lihat, ini adalah cara yang baik dalam menjalani hidup ini. Kerjakan apa yang anda suka dan bergembira karenanya, sebab kenapa tidak? 

Saya jadi teringat pula dengan masa SMA. Agak tidak lazim bagi remaja saat itu untuk mengagumi pria-pria yang sudah berumur 50an. Di dunia yang dikuasai oleh Bon Jovi dan Guns N' Roses, kenapa bisa-bisanya saya menyukai the Beatles? Akan tetapi, setelah 30 tahun berlalu, saya bisa katakan dengan yakin bahwa saya beruntung telah mengenal mereka. Kalau tidak, hidup saya pasti begitu berbeda dan sulit dibayangkan seperti apa. Jadi, untuk pria yang telah begitu menginspirasi selama ini, selamat ulang tahun ke-80, Sir Paul! 

No comments:

Post a Comment