Total Pageviews

Translate

Friday, March 17, 2023

The Japan Trip: The Third Day

The term third day was an inside joke. Back when we were planning for the trip, anything that couldn't fit into the itinerary, we'd brush it aside and say, "we'll do it on the third day." This is why the third day was jam-packed with all sorts of destinations, haha. 

Visiting Tsukiji Market.

The day began with a visit to Tsukiji Market (or Kamakura for Surianto as he went there alone). We were going to have breakfast there, so we went there early (as in punishing early, the recurring theme throughout the Japan trip) then walked from Ginza Station. Susan and friends instinctively joined the queue to buy tamago because the food has to be good if the queue is long. Eday and I walked a bit further and ended up having chirashi don. BL joined us later on.

When we met with the rest of the gang again, Gunawan dragged us to a mochi shop and insisted that we should try it out. The motive behind it was revealed immediately: Gunawan thought the mochi girl was kind of cute because she was shorter than him. He got even more mesmerized when they took a picture together. Parno grumbled when that happened, but much to anyone's surprise, he quickly seized the moment right after Gunawan's turn! 

"Bank of Japan."

After a visit to the fish market, we walked towards Tsukiji Station. We passed by and went into a big building nearby the station, thinking it was Bank of Japan because Parno said so. In retrospect, it was Tsukiji Hongwanji, an unusual Buddhist Temple in the heart of Tokyo. I thought it was a Shinto shrine. Anyway, people were praying, so we went off quietly.

Next stop was Akihabara. We parted ways with the ladies and did the boys stuff, such as drinking coffee at Excelsior Caffé and checking out action figures and book collections at Tamashii Nation, Radio Kaikan and Mandarake respectively. Oh yes, things from our childhood that we couldn't get back then, but we had the money and we were in the right place now! 

Playing Final Fight again!

But what I enjoyed the most there was playing Final Fight again. Nothing beats playing it at the arcade, the way it should be, with a joystick. It felt right to be able to do Cody's infinite combo again. And it was good to know I wasn't that rusty! I reached Rolento on my first try and the second attempt brought me to Abigail! Not bad for a person who hadn't played it for the past 20 years!

After having lunch at Akihabara, we went to Roppongi Hills for another Hard Rock moment. Yeah, t-shirt shopping time! At the same time, Eday was having a call there, so we had a drink at Hard Rock Cafe while waiting for him. Eday joined us and, upon seeing nobody else was on the premises, he hosted an impromptu event. It turned out to be an evening to remember, one that was so genuine, it got us teary. Well, almost all of us as Surianto was having dinner alone in Shibuya while waiting for us there.

Hachiko. You barely see it at the back!

From Hard Rock Cafe, we went to Shibuya because Gunawan would like to see the gambling dog, Pachinko. Eday warned him that unless he wanted to be beaten by the crowd at Shibuya crossing, he better got the name right. It's Hachiko, not Pachinko! Again we split off and together with a couple of us, I went to the Nintendo Tokyo. The iconic red t-shirt was sold out, though. 

At night, the weather had become pretty extreme, I'd say. I wanted to go to Uniqlo and got me something warm, but I never made it there throughout the trip, haha. We stopped by for a while at ABC-Mart instead because BL and HRR wanted to check out the shoes. They moved to another store while the rest of us regrouped. It was suggested that we better rushed to Shinjuku, so off we went. The whole thing was quite chaotic and it didn't help that Shibuya was so crowded. Little did we know that BL was left behind.

HRR, posing with Ryu in Shibuya.

By the time I saw the messages on the chat, we were already in the train. I texted BL back and we went to Don Quijote in Shinjuku. I bought a neck warmer that I eventually wore as a beanie as it was unbearably cold that night. It was freezing, so cold that I was more interested in another warm shelter rather than exploring Shinjuku. At first we went to Osakaya (BL managed to find us here) and had okonomiyaki for our dinner, then we went to Omoide Yokochō to drink sake. 

Our table was on the second floor, next to the staircase. We fitted ourselves in a place so tiny, so crammed, so Japanese and most importantly, so warm. The sake was warm, too, best enjoyed with edamame beans. So there we were, drinking sake and talking about any topics anyone could bring to the table. Now that the moments had passed, we also made fun of Parno for being such a crybaby, haha!

The night in Shinjuku.



Liburan Ke Jepang: Hari Ketiga

Istilah hari ketiga ini adalah sebuah lelucon tersendiri bagi kita yang ikut-serta dalam liburan kali ini. Sewaktu kita merencanakan liburan ini, semua tempat yang tidak berhasil disepakati, kita masukkan ke hari ketiga. Alhasil, hari ketiga jadi paling padat rutenya, haha. 

Pagi di Pasar Ikan Tsukiji.

Hari ketiga ini dimulai dengan kunjungan ke Pasar Tsukiji (atau Kamakura bagi Landak yang bepergian sendiri). Rencananya kita akan sarapan pagi di sana, jadi kita berangkat pagi-pagi (sebelum matahari terbit, seperti yang kita lakukan hampir setiap hari selama berada di Jepang) dan berjalan dari Stasiun Ginza ke pasar ikan. Susan dan kawan-kawan secara naluriah ikut antri untuk membeli tamago karena yang antriannya panjang harusnya enak. Eday dan saya berjalan lebih jauh lagi dan akhirnya memesan chirashi don. BL pun menyusul ke tempat yang sama.

Ketika kita bergabung lagi dengan yang lain, Gunawan menggiring kita ke toko mochi dan bersikeras bahwa kita harus mencobanya. Motifnya segera terkuak: Gunawan ternyata terpukau oleh gadis penjual mochi karena dia lebih pendek dari Gunawan. Dia bahkan kian terpincut ketika sang gadis bersedia untuk foto bersama. Parno mengomeli Gunawan yang mau-maunya foto berdua, tapi tidak sangka dia sendiri pun langsung menyerobot dan minta difoto juga!

Di "Bank Jepang."

Setelah kunjungan ke pasar ikan, kita berjalan ke Stasiun Tsukiji. Kita melewati gedung yang megah dan luas lapangannya, lalu masuk ke dalam untuk melihat-lihat. Sempat kita kira bahwa ini adalah Bank Jepang karena Parno bergumam dengan yakin. Ternyata gedung ini adalah Tsukiji Hongwanji, Wihara Budha yang tidak lazim arsitekturnya. Saya sendiri mengira bahwa ini adalah Kuil Shinto. Banyak yang sedang sembahyang di sana, jadi kita pun menyelinap pergi dalam hening.

Pemberhentian berikutnya adalah Akihabara. Kita berpisah dengan teman-teman wanita dan mengerjakan hal-hal maskulin seperti minum kopi di Excelsior Caffé dan melihat-lihat koleksi mainan dan buku di Tamashii Nation, Radio Kaikan dan Mandarake. Oh ya, ada begitu banyak pernak-pernik dari masa kecil kita di sana, dan sekarang kita memiliki uang dan berada di tempat yang tepat untuk membelinya.

Playing Final Fight again!

Yang paling saya nikmati selama berada di Akihabara adalah bermain Final Fight lagi. Tidak ada yang mengalahkan serunya bermain game ini di dingdong. Sudah paling benar caranya karena menggunakan joystick. Dengan demikian, saya bisa melakukan kombo yang dikenal dengan sebutan tinju balik di Pontianak. Dan ternyata saya masih luwes dalam mengeksekusi gerakan ini. Saya mencapai Rolento di kali pertama dan kalah melawan Abigail di kali kedua. Lumayan bagus untuk seseorang yang sudah tidak bermain Final Fight di dingdong selama 20 tahun!

Setelah menyantap ramen sebagai makan siang di Akihabara, kita pergi ke Roppongi Hills. Saatnya membeli kaos Hard Rock lagi! Sambil menunggu Eday yang ada rapat kantor, kita minum sejenak di Hard Rock Cafe. Tidak berapa lama kemudian dia datang dan setelah melihat ruangan kafe yang hanya diisi oleh kita, Eday lantas menggelar panggung dadakan. Siapa sangka kesempatan tersebut menjadi peristiwa yang akan kita kenang selalu? Begitu mengharukan, sampai-sampai tidak sedikit yang meneteskan air mata. Ya, hampir semua, kecuali Landak yang makan sendirian di Shibuya sambil menanti kita ke sana.

Bersama Hachiko yang nyaris tidak kelihatan di belakang.

Dari Hard Rock Cafe, kita beranjak ke Shibuya karena Gunawan ingin melihat anjing penjudi, Pachinko. Eday mengingatkannya lagi, kalau dia tidak mau dihajar massa yang berlalu-lalang di penyeberangan Shibuya, sebaiknya dia tidak salah nama. Anjing itu bernama Hachiko, bukan Pachinko! Setelah itu kita berpencar lagi. Saya dan beberapa teman pergi ke Nintendo Tokyo. Sayang kaos merahnya sedang terjual habis pada saat kita ke sana. 

Semakin malam, semakin ekstrim pula cuacanya. Saya ingin ke Uniqlo untuk membeli pakaian yang hangat, tapi tidak pernah tercapai sepanjang liburan, haha. Dari Parco, kira berhenti sebentar di ABC-Mart karena BL dan HRR ingin melihat sepatu. Mereka lantas berpindah ke toko berikutnya sementara kita berkumpul lagi dengan yang lain. Sewaktu diskusi diputuskan bahwa kita sebaiknya bergegas ke Shinjuku. Ramainya Shibuya membuat koordinasi terasa kacau dan tergesa-gesa. Tidak kita sadari bahwa BL masih tertinggal di Shibuya. 

HRR berpose dengan Ryu di Shibuya.

Ketika saya melihat grup WA lagi, kita sudah berada di dalam kereta. Saya kabarkan pada BL tentang tujuan kita ke Don Quijote di Shinjuku. Di sana saya membeli penghangat leher yang akhirnya saya pakai sebagai kupluk karena dinginnya malam itu sungguh menyengat. Begitu dinginnya angin malam sehingga saya lebih berminat dengan tempat hangat di dalam gedung daripada menjelajahi Shinjuku. Awalnya kita mampir ke Osakaya (BL berhasil menemukan kita di sini) dan menyantap okonomiyaki, lalu kita ke Omoide Yokochō untuk minum sake.  

Meja kita ada di lantai dua, tepat di samping tangga. Kita duduk berdempetan di tempat yang sempit khas Jepang, tapi yang lebih penting itu hangat tempatnya. Sakenya pun hangat dan enak dinikmati bersama kacang edamame. Di sana kita melewati malam di Tokyo, menenggak sake dan berbicara tentang topik apa saja yang terlontar. Karena momennya sudah berlalu, kita juga bercanda dengan Parno, bertanya kenapa dia cengeng, haha! 

Malam di Shinjuku.

No comments:

Post a Comment