Total Pageviews

Translate

Saturday, April 5, 2025

The Budget Airline

This story was inspired by a moment I experienced at the end of the Seremban trip. I was inside the plane, waiting for it to depart from KLIA. As I browsed the shopping magazine, I saw a t-shirt with a tagline that caught my attention: Seek adventure. Now everyone can fly. Since 2001.

How it rang true. Before AirAsia, it was a different time. Flying was a luxury in the late 90s. There was a time when my friends and I had to take Lawit, a passenger ship that sailed for four days three nights from Pontianak to Jakarta. It was the cheapest option then. 

My first encounter with AirAsia wasn't exactly a pleasant one. I first heard of it in 2005 from Yani when we worked together at Kalbe Farma. She told me about the IDR 0 promo. As online booking was so new then, I didn't know how it worked. I kept clicking next and entered my credit card number unsuspectingly. Lo and behold, I actually paid the full price instead! So off I went to Bali by myself

Only God knows how many times I had taken AirAsia since then. The memorable ones, such as trip to Laos, usually departed from KL. The furthest route I took, from KL to Hangzhou, was the AirAsia X flight. The last one before COVID-19 was the flight from Pontianak to Bangkok, with an overnight stay at KLIA. The rather unusual one was the flight to Bandar Seri Begawan in 2009. I flew from Johor Bahru and transit in Kota Kinabalu. Managed to see the town before I resumed my flight to Brunei.

Looking back, it'd been 20 years since I boarded my first AirAsia flight. While budget airlines may seem common now, AirAsia was revolutionary back when all this started. It was a game changer, that flying was no longer out of reach. AirAsia enabled people like me to see the world. That's when I called the steward, telling him that I needed the t-shirt that had just inspired me...

Seek adventure!
Photo by Linda Emily





Maskapai Penerbangan Murah

Cerita ini terinspirasi dari apa yang saya lihat di penghujung liburan ke Seremban. Saat itu saya berada di dalam pesawat, menanti lepas landas di KLIA. Selagi saya membolak-balik majalah, tiba-tiba saya melihat kaos dengan tulisan yang menarik perhatian saya: Seek adventure. Now everyone can fly. Since 2001.

Betapa benarnya kalimat tersebut. Dunia sebelum AirAsia adalah masa yang berbeda. Bisa naik pesawat adalah sebuah kemewahan tersendiri di akhir tahun 90an. Saat itu, saya dan teman-teman harus naik Lawit, kapal yang mengarungi laut selama empat hari tiga malam, hanya untuk bepergian dari Pontianak ke Jakarta. Itu adalah pilihan paling murah di zaman itu. 

Interaksi saya yang pertama dengan AirAsia sangat berkesan, tapi kurang menyenangkan. Kala itu tahun 2005 dan saya mendengar nama maskapai ini dari Yani, saat kita sama-sama bekerja di Kalbe Farma. Waktu itu dia bercerita tentang promo Rp. 0. Karena sistem pembelian tiket secara online masih baru, saya tidak paham cara kerjanya. Saya isi setiap bagian yang kosong, termasuk data kartu kredit, lalu klik next sampai usai. Siapa sangka tiket terbeli sesuai dengan harga yang tertera? Akhirnya saya pun ke Bali seorang diri.  

Sejak itu, entah berapa sering sudah saya menaiki AirAsia. Yang berkesan, misalnya perjalanan ke Laos, biasanya lewat KL. Rute saya yang terjauh, dari KL ke Hangzhou, dilayani oleh AirAsia X. Penerbangan saya yang terakhir sebelum COVID-19 melanda adalah rute Pontianak ke Bangkok, plus satu malam menginap di KLIA. Yang sedikit berbeda adalah petualangan Bandar Seri Begawan di tahun 2009. Saya terbang dari Johor Bahru dan transit dulu di Kota Kinabalu. Setelah berjalan-jalan sejenak, barulah saya lanjut ke Brunei.

20 tahun sudah berlalu sejak saya pertama kali menaiki pesawat AirAsia. Penerbangan murah mungkin terlihat lumrah sekarang, tapi AirAsia sangatlah revolusioner sewaktu semua ini bermula. AirAsia mengubah situasi pada saat itu dan memungkinkan orang-orang seperti saya untuk melihat dunia. Tersentak dari lamunan saat pramugara lewat di samping, saya pun memanggil dan berkata padanya bahwa saya perlu kaos yang baru saja membuat saya terinspirasi...

No comments:

Post a Comment