Total Pageviews

Translate

Tuesday, March 27, 2018

The Hard Rock Moments

This story began in one fine afternoon, when I was finding out the location of Hard Rock Cafe in the specific countries that I'd like to visit in late October this year. After that, out of curiosity, I browsed its outlets around Asia and realized that Hard Rock actually had one shop in Yangon. To think that I actually visited Myanmar last year and was at Myanmar Plaza before, the same location where Hard Rock Cafe was! If only I knew it then! I'd been kicking myself for not doing due diligence prior to my visit to Myanmar, haha.

A Hard Rock moment at Shwedagon Pagoda, Yangon, 2017.

Anyway, just to share a bit of the background here, I'm never a fashionable person. I only have few decent clothes that I wear year in, year out. They are alright, neither expensive nor branded, just nice to cover myself from being naked. But there was something about Hard Rock that attracted me and what I experienced that afternoon got me reminiscing again about the day I fell in love with Hard Rock.

There were times when I actually didn't care about Hard Rock. Back then in Jakarta, even during our visit to Bali or Malacca, I couldn't be bothered with it. Years later, when my Dad and I stepped out from Universal Studios in Osaka, there was an outlet right in front of us. We went in as my Dad said he'd like to get a gift for his friend, so I got one for my wife, too. Then, on our last day in Yokohama, I also saw another branch when I had a long walk in Minato Mirai, so I went to get one t-shirt, this time for my buddy Parno.

Before I was a Hard Rock fan. Bali, 2005. 

Few months after that, before attending the Bon Jovi concert, my friends and I had our dinner at Hard Rock Cafe Jakarta. While waiting for my fried rice, I remember staring at each and every memorabilia from my rock and roll heroes. For some strange reason, suddenly I had these particular lyrics from Don McLean's American Pie playing repeatedly in my head at that moment, "do you believe in a rock and roll? Can music save your mortal soul?"

The decoration on the wall, from clothes, musical instruments to verses such as we will rock you or love is all you need, was very inspiring. I just felt like I was in a right place where I belonged. That's when I was converted into a Hard Rock fan. Then it dawned on me how iconic the t-shirt was. It came with the logo and the city where the clothes were from. That alone was a great reminder and a piece of memory that was worth keeping!

A Hard Rock moment in Stonehenge, 2016.

I loved Hard Rock from that moment onwards. With the exception of Yangon (which I found very ironic), I never failed to shop at Hard Rock whenever it was available in the city I visited. I got some for myself, just like the nice leather jacket that kept me warm in freezing London weather, but others, interestingly, were for others. There were times that I thought it'd look good on either my wife or friends, so I got it for them instead. The one below was an example. When we visited Sentosa during the Walking Tour that I organized, I saw this and immediately remember a guitarist friend of mine. He would definitely rock it and true enough, he got the look!

Along with the ancient art of sending postcards, the Hard Rock mini adventure had been the highlight of my trips. Since that fateful night in Jakarta, I had been finding my way to Hard Rock Cafe Kuala Lumpur, London, Paris, Singapore and Hong Kong. I'm not entirely sure if this can be categorized as a hobby but if it is ever one, it has been fun, though is unlikely to be completed, haha. Next stop? I don't know, may be Shanghai and Fukuoka? We shall see!

Hardy and his great Hard Rock moment, 2017. 

Kenangan Bersama Hard Rock

Cerita ini bermula di suatu sore, ketika saya mencari tahu tentang lokasi Hard Rock Cafe di negara-negara yang ingin saya kunjungi akhir tahun ini. Setelah itu, saya iseng melihat-lihat lokasi lainnya di Asia dan saat itu pula saya menyadari bahwa ada Hard Rock Cafe di Yangon. Saya tidak tahu sebelumnya, padahal saya sempat mengunjungi Myanmar tahun lalu dan bertemu dengan mantan rekan kerja di Myanmar Plaza, tempat dimana Hard Rock Cafe berada! Rasanya konyol sekali, begitu dekat tapi tidak kesampaian, haha.

Oh ya, sebagai latar belakang cerita, perlu saya beritahukan bahwa saya bukanlah orang yang sangat peduli dengan merek dan model. Lemari pakaian saya hanya berisi sedikit baju-baju yang saya pakai secara bergantian setiap hari sampai usang. Pakaian ini tidak mahal dan tidak pula berasal dari perancang ternama, namun cukup layak untuk dikenakan. Akan tetapi ada sesuatu yang menarik dengan Hard Rock sehingga apa yang saya alami sore itu mengingatkan saya kembali pada saat-saat pertama saya menyukainya.

Nuryani dan saat gembira bersama Hard Rock (serta Troll dan Linda).

Dulu saya tidak peduli dengan yang namanya Hard Rock. Sewaktu saya kerja di Jakarta dan juga saat saya berlibur ke Bali atau Melaka, saya melintasinya begitu saja. Beberapa tahun kemudian, barulah kisah Hard Rock dimulai. Ketika saya dan ayah saya keluar dari Universal Studios di Osaka, ada satu toko Hard Rock tepat di depan kita. Ayah saya ingin membelikan hadiah untuk temannya, jadi saya pun turut masuk dan membelikan satu untuk istri saya juga. Kemudian, di hari terakhir kita di Yokohama, saya juga melihat Hard Rock saat sedang berjalan-jalan di Minato Mirai, jadi saya pun mampir dan membeli sebuah kaos, kali ini untuk teman saya Parno.

Beberapa bulan setelah kunjungan ke Jepang, sebelum saya dan teman-teman menghadiri konser Bon Jovi, kita makan malam di Hard Rock Cafe Jakarta. Saat menunggu nasi goreng yang saya pesan, saya terpana menatap barang-barang peninggalan para pahlawan rock and roll yang saya kagumi. Di saat yang sama, saya seakan mendengar lirik lagu American Pie dari Don McLean dinyanyikan berulang kali dalam benak saya, "do you believe in a rock and roll? Can music save your mortal soul?"

Dekorasi di dinding, mulai dari pakaian, alat musik sampai beraneka lirik seperti we will rock you atau love is all you need, benar-benar sangat menginspirasi, membuat saya merasa bahwa di sinilah saya seharusnya berada. Di saat itu pula saya menjadi seorang penggemar Hard Rock. Saya lantas menyadari bahwa kaosnya sangat khas karena logonya disertai dengan nama kota tempatnya berasal. Ini adalah sebuah suvenir musik yang unik!

Parno berpose di depan Hard Rock Cafe Sentosa, Singapura, 2015. 

Semenjak itu, saya menyukai Hard Rock. Terkecuali Yangon (dan seperti yang anda baca di atas, kisahnya sangat ironis), saya senantiasa mengunjungi Hard Rock di setiap kota yang memiliki cabangnya. Terkadang saya membeli sesuatu untuk saya sendiri, misalnya jaket kulit yang hangat dan cocok untuk cuaca dingin di London. Namun ada kalanya saya menghadiahkannya untuk istri atau teman saya. Yang di bawah ini, misalnya. Sewaktu di Hong Kong, saat saya melihat-lihat koleksi Hard Rock, terpikirkan oleh saya bahwa kaos naga ini sepertinya akan terlihat bagus bila dipakai oleh Harry. Seminggu kemudian, hasilnya... tidak mengecewakan dan dapat jempol, haha. 

Sama halnya dengan kartu pos, petualangan mencari Hard Rock Cafe kini menjadi bagian dari liburan saya. Sejak santap malam di Hard Rock Cafe Jakarta, saya sudah menjelajahi Kuala Lumpur, London, Paris, Singapura dan Hong Kong khusus untuk mencari Hard Rock Cafe. Saya tidak sepenuhnya yakin apakah ini bisa disebut hobi, tapi jikalau bisa, hobi yang satu ini cukup menyenangkan, walau mungkin tidak akan bisa terselesaikan karena Hard Rock Cafe ada di seluruh penjuru dunia, hehe. Tujuan berikutnya? Mungkin Shanghai dan Fukuoka

Harry tampil meyakinkan dengan naga biru Hard Rock. 


No comments:

Post a Comment