Total Pageviews

Translate

Tuesday, January 10, 2017

Friendship In Our Thirties: Chapter 5 - Family

I've spent four chapters talking about friendship in our thirties. I do realize, however, that most of us are pretty much family men or women these days. If it feels like something is missing thus far, then this must be the missing link you are looking for. Save the best for last, as the saying goes.

I once gave a thought about striking a balance between family and friendship, only to eventually realize that it's never meant to be balanced, anyway. I mean, you don't go marrying somebody and having kids without being responsible, right? Priority-wise, family always comes first.

When it comes to family, we give our best and sacrifices are often made without asking anything in return (ah, that power of love. Exquisite!), but not to the extent that you lose freedom and become unhappy about it, I believe. What good is having a family if one finds it hard to cherish it? Imagine a family life where one gives in too much he or she is simply enslaved by it. What's the fun in it? It'll be difficult to subscribe to such an idea, then. Something must have gone wrong along the way. There's not much equation left between family and friends, alright, but it sounds horrid, not to mention irrational, if one is demanded to entirely sever the friendship ties or whatever connection that you have before marriage. I'd say one gets to be a spouse and parent and still can be who they are: a son or daughter and, of course, a friend to others.

As part of social relationships, friendship is what keeps us sane between our roles and responsibilities. In a way, it also offers some perspectives. This is important, at least to me (because I can be a selfish bastard sometimes) and perhaps to you, too, if you are wired in a similar way as me. The thing is, being a family man myself, as I go through the motion of daily activities, there'll be times when I slip unconsciously into the mindset of taking wife and and kids for granted, that they'll always understand, no matter what. While it's easy to say such perception is incorrect, unfortunately it is also very much our human nature and it tends to happen if one is very much engrossed in his or her own family circle. Only when you step out of that circle then you'll look at it from another point of view.

The interaction with friends enables us to do so, ie. it  takes you out from the daily routines as well as mundane tasks and it gets you thinking. During the last trip to Karawang, for example, as happy as I was when I hit the road together with my friends, I was also glad that I have a place I call home (note: house is a building where you stay, home is where family is). I remember again how beautiful my wife and kids are, how I'm blessed to have them around. When my wife sent me the pictures of my daughters, how I wish I was there to hug and kiss them goodnight like I always do. The last night at the cafe, together with the long conversation that I had with my friends, it got me thinking if I had provided enough for my family (I asked this to my wife eventually and much to my relief, she said yes).

The thing is, sometimes we don't know what we got until we lose it. How scary is that? There are things that you don't want to lose, those that'll cost you dearly, therefore a correct perspective comes handy. We just need to stop and see where we stand sometimes. That's where friendship helps. You give and it gives back, so much more that the result may surprise you sometimes. While there may be no proper proportions for both family and friends in life, they can be lined up side by side. The joy and the effort of working on our family and friendship are what make us as a whole. Remember when I said it's the journey that counts, not the destination? That's what makes life beautiful. I mean, who wants to live a monotonous life? Certainly not me! I love growing old with my family and, at the same time, knowing I'm not alone out there!

So with that, I'm closing this last chapter and I'll sign off here. If these five chapters, in any way, provoke you to think and look at your relationships again, then it's already an achievement by itself. If I'm still around in our mid forties, I'll write some stuff again to shake the status quo, haha. Love you all. See you again ten years later!

I have three girls in my family. 
One is old enough to be my wife, two are young enough to be my daughters. 
They are all lovely...


Persahabatan Di Usia 30an: Keluarga

Saya sudah menyelesaikan empat bagian untuk berbicara panjang-lebar tentang persahabatan di usia 30an. Kendati begitu, saya juga menyadari bahwa banyak di antara kita yang sudah berumah tangga. Jika anda merasa ada yang hilang dalam pembahasan sebelumnya, mungkin inilah bagian yang anda cari-cari. Seperti kata pepatah, simpan yang terbaik untuk bagian terakhir! 

Saya dulu pernah berpikir untuk menyeimbangkan hubungan keluarga dan persahabatan, namun saya lantas menyadari bahwa tidak ada yang perlu diseimbangkan di sini. Anda tentunya tidak menikah dan memiliki anak dan lari dari tanggung jawab, bukan? Oleh karena itu sudah jelas bahwa secara prioritas, keluarga harus didahulukan. 

Demi keluarga, kita memberikan yang terbaik dan banyak pengorbanan yang kita lakukan tanpa meminta pamrih apa pun. Ini yang namanya cinta tanpa syarat. Akan tetapi saya juga merasa bahwa ini tidak berarti kita kehilangan kebebasan dan menjadi tidak gembira karenanya. Apa bagusnya keluarga kalau anda harus berusaha mencari alasan untuk mencintainya? Bayangkan bila seseorang mengorbankan hidupnya dan menjadi terbelenggu. Apa yang bisa dinikmati dari kehidupan berkeluarga? Kalau memang begitu, rasanya susah untuk percaya bahwa berkeluarga adalah pilihan hidup yang baik. Pasti ada sesuatu yang salah di sini. Ya, saya setuju bahwa keluarga dan persahabatan mungkin tidak berimbang prioritasnya, tapi irasional rasanya kalau misalnya seseorang harus memutuskan tali persahabatan atau hubungan apa pun yang terjalin sebelum pernikahan. Saya percaya bahwa kita bisa menjadi pasangan dan orang tua dalam keluarga kita serta teman bagi orang lain. 

Sebagai bagian dari hubungan sosial, persahabatan adalah hal yang membuat kita tetap waras dalam menjalankan peran dan tanggung jawab kita. Di satu sisi, persahabatan juga memberikan kita sebuah sudut pandang. Ini penting, setidaknya bagi saya (karena saya terkadang memang egois) dan mungkin juga bagi anda. Dalam menjalani rutinitas keluarga kecil, terkadang saya bisa tanpa sadar berpikir bahwa istri dan anak-anak akan selalu mengerti saya. Ya, mudah rasanya menghakimi bahwa persepsi tersebut salah, namun manusia bisa saja terlena dan ini terjadi pada kita yang terbawa oleh rutinitas berkeluarga. Hanya pada saat anda melangkah keluar itulah anda berkesempatan untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda 

Interaksi bersama teman memberikan kita kesempatan tersebut dan kesempatan tersebut membuat kita berpikir. Dalam perjalanan ke Karawang, misalnya, walau saya gembira bisa bertualang bersama teman-teman, saya juga senang bahwa saya telah berumah tangga. Saya jadi ingat lagi, betapa saya telah diberkati dengan keberadaan istri dan anak-anak saya. Ketika istri saya mengirimkan foto dua putri saya, betapa saya ingin memeluk dan mengucapkan selamat malam pada mereka. Di malam hari saat kita berada di kafe dan berbincang bersama teman-teman, percakapan kita membuat saya berpikir apakah saya sudah berbuat cukup untuk keluarga saya (akhirnya saya tanyakan pada istri dan saya lega saat dia mengiyakan). 

Masalah dalam hidup ini adalah, terkadang kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai saat kita kehilangan apa yang kita miliki. Betapa mengerikan. Kita tentunya tidak ingin kehilangan sesuatu yang begitu berharga, jadi sudut pandang yang benar tentu perlu dan sangat bermanfaat. Kita hanya perlu berhenti dan melihat kembali. Di sinilah letak kegunaan persahabatan setelah berkeluarga. Anda memberi dan persahabatan itu memberikan kembali, terkadang hasilnya bahkan melebihi harapan anda. Ya, telah kita sepakati di atas bahwa kedudukan keluarga dan persahabatan tidak akan proporsional, tapi dua hal ini bisa berdampingan. Upaya dan suka cita dalam berkeluarga dan bersahabat membuat kita menjadi pribadi yang utuh. Ingat ketika saya berkata bahwa terkadang perjalanan lebih penting daripada tempat yang dituju? Itu yang membuat hidup menjadi lebih indah. Maksud saya, siapa yang ingin hidup monoton? Saya jelas tidak mau. Saya memilih untuk menghabiskan sisa hidup saya bersama keluarga dan pada saat yang sama, saya senang bahwa saya tidak sendirian di luar sana. 

Dengan paragraf di atas, saya tutup bagian ini dan juga topik persahabatan di usia 30an. Jika lima bagian ini membuat anda berpikir dan meninjau kembali hubungan anda, itu sudah prestasi tersendiri bagi saya. Jika saya masih hidup saat kita menjelang usia 45an, saya akan coba tulis lagi dari sudut pandang usia tersebut, haha! 




No comments:

Post a Comment