Total Pageviews

Translate

Sunday, January 8, 2017

Friendship In Our Thirties: Chapter 3 - Friendship And Money

I've been wanting to write about this since I saw an astounding quote on Facebook (it's a shame that I never saved it, because I can't find it anymore now). It basically talks about how we don't know who our friends are until money is involved. Coincidently, a friend of us also forwarded me a Kompasiana article that said how a friend of the writer decided not to go to reunion because he is poor.

Tell me, do you ever wonder why we wore a uniform back in our school days? When I gave it a thought, the idea behind it was, perhaps, to ensure the equality. Rich or poor, we were all treated the same. It worked to certain extent. I mean, even though were were only kids, we clearly recognized those who came from privileged family. Yet it was a simpler time, when we befriended one another simply because of who we were, not because what our parents had.

As we grow up, our fortunes change as well. God blesses us if we change for the better, but not everybody can handle the changes in an appropriate manner and this cuts both ways. That's when the social gap becomes apparent.

I've seen at least one that came from a well-to-do family and still stays as humble as he used to be. What an amazing person, really. There are also others who made it now, who were baptized by fire and came out as stronger characters than ever, but never lose their humility. Kudos to them all.

The rather problematic ones are those who were poor, who worked as hard as others, but changed once they are financially successful. This type of people would brag about how extravagant the lives they are living now, ie. how much they spend for hard liquor and so forth. For the love of God, do we really need to hear that? Are we supposed to be impressed? I don't think so. Glorifying such achievement is plain stupid. If one is really great, the other would have sincerely speak about this person instead.

One thing that I love to say jokingly (and I believe this is an original quote from me, haha) is one should learn how to spend first so that they get used to it when they become rich. Looking back, the saying must have been derived from my observation on some of those Mainland Chinese, who are rich and yet still behave like villagers. And, oh, remember when I said travelling is a humbling experience? It is, because that's when we learn that the world is so big and we're not really as important as we think we are. This is especially applicable to those newly annointed rich assholes that live in the remote areas.

Then there are those who are less fortunate or rather, who think of themselves as less fortunate. It's silly to judge oneself based on financial net worth. If you start calling your old friends as "bosses" and you really mean it, then it's you yourself that create the gap and you only got yourself to blame. Bear in mind that as long as we have reasons to smile and laugh, we are as rich as anybody else. I fail to see why we ever feel intimated by how financially successful some friends have become. We should have been glad and learn from them instead.

Now, if the situation above is not delicate enough, it can get much worse when borrowing money is involved. This is easily one of the most awkward situations ever in a friendship. The potential lender can only assume how sincere the borrower is, ie. it must be such a desperate situation that one would decide to borrow money, because if this friend is any decent, it must be difficult for him to inform his friend that he needs some financial help.

Still some said, if you agree to lend, it's a big chance you won't see your money back. Hell, you may even lose the friendship for whatever reason it is. Some said you pay for what he needs it for, ie. if he needs money for hospital, you help to pay the bill instead of giving the money just like that. Nonetheless, it's easier said than done, because by doing so, it's like crossing the privacy boundaries. Some said, you put it in black and white for all fairness, an interesting idea that is worth considering.

I can't really say if there's really one absolutely right way to do this, but I noted down one interesting thing for both borrower and lender: remember that the money could have been used for his or her own family, but the lender chooses to help the borrower instead, therefore the borrower should be responsible for the act of kindness he or she has received.

To summarize, we were friends in the first place because of who we were. What we become and the attributes that come with it should not hinder the friendship. If we want to stay friends, then just recall again why we were friends once upon a time in our lives.

One last thing, money is a good servant, but a terrible master. If prestige and wealth is important to you, then work hard for it, but don't ever get yourself something that you can barely afford, especially when it's only for your indulgence.

The poor and the rich, friendship and money, side by side


Persahabatan Di Usia 30an: Teman Dan Uang

Saya ingin menulis tentang ini sejak saya melihat kutipan kalimat di Facebook (sayang sekali saya tidak pernah menyimpannya dan saya tidak bisa menemukannya lagi sekarang). Inti dari kutipan tersebut berbicara tentang bagaimana kita tidak benar-benar mengenal teman-teman kita sampai uang terlibat dalam persahabatan. Secara kebetulan, seorang teman juga mengirimkan saya artikel Kompasiana tentang mereka yang tidak mau menghadiri reuni karena merasa minder dengan kondisi ekonomi mereka yang kurang mampu. 

Pernahkah anda bertanya, kenapa kita mengenakan seragam sewaktu sekolah? Ketika saya renungkan, saya rasa ide dari seragam adalah untuk memastikan persamaan antara murid-murid. Kaya atau miskin, semuanya memakai seragam yang sama dan diperlakukan setara pula. Upaya ini cukup berhasil, namun meski kita masih kanak-kanak, itu tidak lantas berarti bahwa kita tidak bisa mengenali mereka yang datang dari keluarga berada. Akan tetapi masa tersebut adalah masa yang lebih sederhana karena sebagai kanak-kanak, kita berteman apa adanya, bukan karena apa yang dimiliki oleh orang tua teman kita. Setelah kita dewasa, peruntungan kita berubah pula. Ada yang diberkati dengan sukses berlimpah, namun tidak semua bisa menyikapi perubahan itu dengan bijak. Dari sinilah kesenjangan sosial menjadi nyata. 

Saya sudah melihat setidaknya satu contoh dari mereka yang berasal dari keluarga berada dan sampai sekarang teman yang satu ini tetap tampil apa adanya dan tidak membanggakan kekayaan orang tuanya. Saya salut padanya. Ada pula mereka yang telah sukses secara materi sekarang setelah berjuang keras dalam hidupnya. Karakter mereka ditempa sedemikian rupa dan kekayaan tidak merubah sifat mereka yang dasarnya sederhana. Orang-orang seperti ini juga luar biasa. 

Yang agak bermasalah adalah mereka yang dulunya susah dan sukses sekarang, tapi berubah pula sifatnya begitu mereka menjadi kaya. Tipe orang-orang seperti ini suka membanggakan gaya hidup mereka sekarang lewat cara-cara yang sebenarnya tidak penting, misalnya berapa banyak uang yang telah mereka habiskan untuk minuman keras. Yang benar saja, apa kita perlu merasa terkesan saat mendengar cerita seperti itu? Saya kira tidak. Membanggakan hal seperti itu adalah konyol. Orang hebat akan secara tulus dibicarakan oleh orang lain tanpa propaganda tidak bermutu seperti ini. 

Satu hal yang saya suka ucapkan dengan nada bercanda (dan saya percaya kutipan ini asli dari saya sendiri, haha) adalah orang harus membiasakan diri dalam menghabiskan uang sebelum mereka menghasilkan banyak uang. Kalau saya lihat kembali, kutipan ini berasal dari hasil pengamatan saya tentang kelakuan orang-orang dari Cina Daratan yang kaya tapi masih bersikap kampungan. Ingat ketika saya mengatakan bahwa berkelana adalah sebuah pengalaman yang bersahaja? Ini benar adanya, sebab dari sinilah kita belajar bahwa dunia ini begitu luas dan diri kita ini tidaklah sepenting yang kita sangka selama ini. 

Kemudian ada lagi mereka yang masih kurang beruntung atau merasa bahwa mereka kurang beruntung. Saya heran kenapa harus menghakimi diri sendiri dengan taraf kekayaan. Jika anda mulai memanggil teman dengan sebutan bos dan anda serius dengan ucapan anda itu, saya rasa anda telah menciptakan kesenjangan yang sebenarnya tidak perlu. Selama kita bisa tersenyum dan tertawa, kita sama kayanya dengan orang lain. Saya tidak pernah benar-benar memahami kenapa kita harus merasa rendah diri di hadapan mereka yang lebih sukses secara finansial. Seharusnya kita bangga dengan teman-teman tersebut dan belajar dari mereka. 

Suasana di atas bisa menjadi lebih buruk lagi ketika pinjam-meminjam uang terjadi. Ini adalah masalah yang pelik dalam persahabatan. Yang meminjamkan uang hanya bisa berasumsi bahwa peminjam itu tulus dalam arti teman/peminjam itu pastilah dalam kesulitan. Kalau tidak begitu, rasanya seorang teman tidak akan memberanikan diri untuk membuka mulut dan meminjam uang.

Beberapa teman berpendapat, jika anda setuju untuk meminjamkan uang, kemungkinan besar anda tidak akan mendapatkan uang anda kembali. Anda bahkan mungkin kehilangan teman karena hal ini. Yang lain berkata bahwa sebaiknya kita bantu membayar apa yang sebetulnya perlu dibayar. Artinya kalau dia butuh biaya untuk rumah sakit, anda bisa membantu dia membayar biaya rumah sakit tersebut dan bukannya memberikan uang begitu saja. Pendapat lainnya mengatakan semua ini harus dituangkan dalam bentuk perjanjian utang-piutang. Ini ide yang patut dipertimbangkan. 

Saya rasa tidak ada solusi yang benar-benar cocok untuk masalah ini, tapi ada satu hal kecil yang saya catat dari diskusi di atas: untuk mereka yang meminjam, ingatlah bahwa uang yang dipinjamkan itu harusnya dipakai untuk kebutuhan keluarga teman yang bersedia meminjamkan, jadi peminjam seharusnya bertanggung jawab atas perbuatan baik yang telah diterima. 

Kesimpulannya, kita pertama-tama menjadi teman karena kita cocok dalam persahabatan. Apa pun posisi kita sekarang dan apa pun atribut yang datang bersama posisi tersebut hendaknya tidak menghalangi persahabatan kita. Jika kita ingin tetap menjadi teman, kita perlu mengingat kembali, kenapa dulunya kita bisa menjadi teman.

Satu hal terakhir, kita sering dengar bahwa uang adalah pelayan yang baik, tapi atasan yang buruk. Jika gengsi dan kekayaan adalah sesuatu yang penting untuk anda, bekerja keraslah untuk mencapainya. Jangan pernah memaksakan diri untuk membeli sesuatu yang sebenarnya jauh dari kemampuan anda untuk membayarnya, terutama jika itu hanya untuk kesenangan yang fana...


No comments:

Post a Comment