Total Pageviews

Translate

Friday, January 6, 2017

Friendship In Our Thirties: Chapter 2 - Travelling Here, Travelling There

Chapter 1 was rather heavy, but I do hope you picked up a thing or two that could be useful to you. Now, let's switch to a lighter topic, something that I really enjoy: travelling.

Why travelling? Well, as much as I hate (or scared of, to be precise) flying, travelling is fun. It brings us to places unknown to us before and it opens our horizons that makes us realize we came from a small town and that the world is a big place with so much to learn. Ain't that very much a humbling experience? Splendid!

Looking back now while writing this, I just realized that I've been fortunate enough to start travelling by myself since our high school days (circa June '96) all the way to our twenties and thirties. I've had voyages, road trips and long haul flights. I've travelled together with high school friends, housemates, colleagues, my best man, parents, my wife and daughters. If I had to rank them, business trip is the worst, I never like it at all due to its nature (business trip means working) and not much of a holiday. Family trip is, of course, endearing. What about travelling with a bunch of high school friends, then?

It's worth doing it for an apparent reason, if you asked me. I tend to think that in life, we are many things to others: a parent, a child, a spouse, a supervisor or a subordinate and so forth. Each come with its own set of responsibilities. Only when you travel with high school friends, whom knew you since God knows how long, that you can put down all the attributes, free from all those roles and just be the person you are. The result is a different kind of relax and joy. It's rejuvenating, really, and it gives you perspectives afterwards. Now, should you ever have a guilty feeling for doing this, I wish to tell you that this is not being selfish. Hey, we're only human, aren't we? As much as we try very hard for others, it's alright to live our lives the way we want it, too.

I remember back in the school days, when I travelled to Jakarta and Temajoh. I was so poor that the trips were literally funded by whatever pocket money that I managed to save. I don't even think if budget trip is a correct choice of phrase to describe it, but they were so memorable that they live on. We still talk about those trips these days. It's a pity that we don't have any photos to preserve the memories.

I remember the trips I had during my twenties. Definitely better than school days as we already started working and making money, haha. Life had less to worry about back then. Those trips were filled with laughter, so full of life and it was there and then I realized it is the journey with friends that counts, regardless where the destination is. I hope you can feel it, too, by looking at the picture that I shared here.

I remember the trips I have in my thirties. Many of us have families now, but for the fact that we made time and we made it happen, the last trip to Karawang does feel good, doesn't it? Does it mean that we're neglecting our families for doing so? I believe the answer is no, but I'll save that for the last chapter.

Eventually, if friendship is a a lifelong journey, shouldn't we live a life well-travelled to celebrate it? You may want to think about it. Cheers!

When all things are said and done, all you have are memories, hence create the good ones!


Persahabatan Di Usia 30an: Berkelana Ke Sana Kemari

Bagian pertama mungkin agak berat, tapi saya berharap anda bisa memetik inti yang ingin disampaikan. Sekarang mari kita berpindah ke topik yang lebih ringan dan menjadi favorit saya: berlibur!

Kenapa kita harus berlibur dan berjalan-jalan? Meski saya tidak menyukai perjalanan udara (lebih tepatnya takut), berlibur itu menyenangkan. Perjalanan kita membawa kita ke tempat yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya dan membuka wawasan kita sehingga kita sadar bahwa kita ini berasal dari kota kecil dan dunia ini adalah tempat yang luas untuk menimba pengetahuan. Tidakkah itu sebuah pengalaman yang bersahaja? Luar biasa! 

Ketika saya menulis artikel ini dan melihat kembali, saya menyadari bahwa saya sudah cukup beruntung karena telah bertualang sendiri sejak SMU (dari tahun 1996) sampai dengan usia 20an dan 30an. Saya telah berlibur bersama teman SMU, teman serumah, rekan kerja, pendamping pengantin pria, orang tua dan juga istri dan anak-anak. Jika saya harus mengurutkan semua ini, perjalanan bisnis adalah yang terburuk karena judulnya saja kerja, jadi tidak nikmat seperti liburan. Liburan keluarga tentu saja menyenangkan. Namun bagaimana halnya dengan berlibur bersama teman-teman SMU? 

Menurut saya, berlibur bersama teman-teman SMU adalah hal yang sangat layak dilakukan. Saya kadang berpikir bahwa di dalam hidup ini, kita memainkan berbagai peran untuk orang lain: kita adalah orang tua, anak, pasangan hidup, atasan atau bawahan seseorang di kantor dan masih banyak lagi. Ketika anda berkelana bersama teman-teman SMU yang mengenal anda dengan baik, anda bisa menanggalkan segala atribut dan bebas dari segala peran dalam hidup anda dan tampil apa adanya. Hasilnya adalah suka-cita dan suasana santai yang sungguh berbeda. Rasanya bukan saja seperti kembali muda, tapi juga memberikan sudut pandang tersendiri bagi anda. Jika anda merasa bersalah saat berlibur bersama teman-teman, saya ingin berkata pada anda bahwa ini bukanlah perbuatan yang egois. Kita hanya manusia biasa, bukan? Sepanjang hidup kita dihabiskan untuk orang lain karena peran-peran kita di atas, jadi tidak ada salahnya jika kita ingin menikmati hidup seperti yang kita mau pula. 

Saya ingat saat sekolah, sewaktu saya berlibur ke Jakarta dan Temajoh. Saya begitu miskin pada saat itu sehingga semua perjalanan itu dibiayai uang jajan yang berhasil saya tabung. Saya rasa istilah budget trip pun tidak cocok untuk mendeskripsikan tipe perjalanan ini, tapi liburan ini teramat sangat berkesan sehingga abadi selamanya sebagai kenangan. Hingga hari ini pun kita masih berbicara tentang liburan-liburan ini. Satu hal yang saya sayangkan adalah kita tidak memiliki satu pun foto pada saat liburan. 

Saya ingat liburan pada usia 20an. Liburan kali ini jelas lebih mewah bila dibandingkan saat sekolah karena kita sudah mulai bekerja dan menerima gaji, haha. Di usia 20an, hidup tidak memliki begitu banyak beban yang perlu dikhawatirkan. Liburan-liburan pada masa ini dipenuhi canda dan tawa, begitu hidup, serta membuat saya menyadari bahwa seringkali perjalanan bersama teman itu yang penting, bukan tempat tujuannya. Saya harap anda bisa merasakannya dari gambar yang saya bagikan di atas. 

Saya ingat liburan pada usia 30an. Banyak di antara kita yang sudah berkeluarga, tapi fakta bahwa kita masih menyempatkan waktu untuk berlibur bersama membuat liburan itu berkesan. Perjalanan terakhir ke Karawang terasa heboh, bukan? Apakah itu berarti kita mengabaikan keluarga? Saya percaya jawabannya adalah tidak, namun alasannya akan saya paparkan nanti di bagian terakhir. 

Pada akhirnya, jika hidup adalah sebuah perjalanan, kenapa kita tidak memilih untuk hidup yang penuh dengan jalan-jalan? Coba anda dipikirkan! 


No comments:

Post a Comment