Total Pageviews

Translate

Monday, January 28, 2019

Disneyland And Sea

You must have heard people saying that Disneyland is the happiest place on earth. That's some truth that I certainly can relate with. I'm a fan of Disney, a big fan since I was a kid. My childhood was filled with cartoons starring Mickey, Donald and friends (I didn't understand English then, but even if I could, the way Donald spoke was beyond understanding). When I started reading comics, my Dad subscribed for me the weekly Disney magazine called Donal Bebek. Years later, when I worked in Jakarta, I spent a lot of time at Gramedia book store, reading Paman Gober and Donal Bebek, the nostalgia edition (the compilation of what I read many years ago). The last one I read and re-read was the Life and Times of Scrooge McDuck, a very brilliant story about Uncle Scrooge by Don Rosa. I also watched the Disney films, from Lion King to Frozen, and listened to the soundtracks.

With such exposure, imagine how I felt when I stepped out of the train as it alighted at the station. The design and layout, the silly melodies that were so familiar, the good ol' childhood memories just came rushing back! It was so overwhelming that there were times I was actually wondering if the Disneyland visit meant more to me or my daughter, because I was so happy I felt like a kid again!

Linda and Papa.
Photo by Evelyn Nuryani.

It was an entirely new experience. I never enjoyed theme parks before and I had been a reluctant visitor to Dufan in Jakarta and Universal Studios in Singapore, thanks to the roller-coaster and all the rides that prevented me from standing firmly on the ground. The two, without doubt, paled in comparison to Disneyland. It was incredible, like walking into the cartoon world. Only with Disneyland you could aptly use the word magical.

By the way, the one mentioned above was Tokyo Disneyland, the first Disneyland I ever went to in 2014. We were staying nearby Tokyo Station, so we just had to take the Keiyō Line and we'd reach there roughly 20 minutes later. DisneySea was just next to Disneyland, but due to the sheer size of the Disney theme parks, we spent one day for each park. My daughter was not yet two years old at that time, so we tried only the slow-moving rides. They suited me well and I was happy to oblige, haha.

At DisneySea. 

I couldn't really tell what the difference between Disneyland and DisneySea was. I remember somebody, probably Wawa, telling me that DisneySea was more adult-oriented, therefore the rides were more challenging. I wouldn't know that because those I took were safe for toddlers, haha. I seem to recall seeing body of water everywhere, which probably explained why it was called DisneySea. There was one particular moment that I remember well, though. We were in Mysterious Island, a section of DisneySea, and I remember staring intently at the cliff and the lake. It was so detailed and really impressive. If you added that together with how dedicated the Japanese people were to their work, it made Disneyland and Sea felt authentically Disney.

I didn't go to Disneyland when I was in Paris (and I did regret this sometimes). The next time I visited Disneyland was four years later, when I organised the father-and-daughter trip and traveled together with Endrico and his daughter. We stayed at the Disney Hollywood Hotel, which made it easier for us to go the Disneyland on the following day. The one in Hong Kong was considerably small and when we were there, it didn't have the iconic Cinderella Castle. I learnt that it should have had a Sleeping Beauty Castle instead, but it was being upgraded at the moment (the new one, called Princesses Castle, will be opened in 2020). When we were there, we saw Mickey Mouse speaking Cantonese, a reminder that the world's most popular mouse was speaking Japanese in Tokyo (and Chinese in Shanghai). Only God and Endrico knew what Mickey was so excited about. The most memorable attraction we had there was Mickey's Philharmagic. We visited it twice, partly because it was raining and we needed shelter, haha.

The kids at Hong Kong Disneyland.
Photo by Endrico Richard. 

The last one I went so far, Shanghai Disneyland, was the only one without it's a small world, the most informative boat ride that would brainwash and get you singing its never-ending song. I thought the ride was a permanent fixture, but apparently it wasn't. The visit to Shanghai Disneyland also made me realize that certain areas are the same around the world. All three parks had Fantasyland for Disney Princesses and fairy tales, Adventureland (it was called Adventure Isle at Shanghai Disneyland) for Tarzan, Lion King and others, and Tomorrowland for acts like Buzz Lightyear, Michael Jackson's Captain EO, Tron, etc. The attractions comprised of Disney's original and other franchises owned by Disney, such as Marvel and Star Wars. Pirates of the Caribbean was the coolest ride and a must try, but my fondest memory was that time I spent at the cleanest toilet in China. It was playing Colors of the Wind when I was there, minding my own business peacefully.

I skipped the fireworks at Shanghai Disneyland as it was scheduled quite late in the evening. Hong Kong Disneyland had no such show, hence the only time I ever watch it was in Tokyo. It was a brilliant closure for a complete Disney experience and it became the benchmark for the future Disneylands that I would visit. With such a high standard maintained by Tokyo Disneyland, the other two felt like they could be any other theme parks featuring Disney characters. Not as good, but still the happiest places on earth! 

At Shanghai Disneyland.


Disneyland Dan DisneySea 

Anda pasti pernah mendengar orang lain berkata bahwa Disneyland adalah tempat paling gembira di dunia. Fakta ini masuk akal untuk saya, terutama karena saya adalah seorang penggemar Disney dari sejak kecil. Masa kanak-kanak saya diisi dengan kartun yang dibintangi oleh Miki, Donal dan kawan-kawan (saya tidak mengerti bahasa Inggris saat itu, tapi seandainya saya bisa pun tidak akan berguna karena ucapan Donal Bebek susah dimengerti). Ketika saya mulai membaca komik, saya pun berlangganan komik Donal Bebek yang terbit setiap minggu. Bertahun-tahun kemudian, ketika saya bekerja di Jakarta, saya sering menghabiskan waktu di Gramedia untuk membaca Paman Gober dan Donal Bebek edisi nostalgia secara gratis. Album terakhir yang saya baca dan baca ulang adalah Kisah Hidup Paman Gober, cerita biografi Paman Gober yang ditulis oleh Don Rosa. Saya juga menonton banyak film Disney, mulai dari Lion King sampai Frozen, dan mendengarkan lagu-lagunya. 

Dengan pengaruh Disney yang begitu kental dari sejak kecil, anda bisa bayangkan apa yang saya rasakan begitu saya melangkah keluar dari kereta yang merapat di Stasiun Disney. Tata ruangnya, nada-nada riang yang saya pernah dengar sebelumnya, semua kenangan masa kecil itu bagaikan muncul kembali di benak saya. Perasaan tersebut begitu menggugah sehingga saya jadi sempat berpikir, bagi siapa kunjungan ke Disneyland itu lebih berarti, saya atau anak saya, sebab saya begitu bahagia seperti seorang bocah!

Linda di dekat Rumah Gufi, Disneyland Tokyo, 2014.
Foto oleh Evelyn Nuryani.

Harus saya akui bahwa itu adalah sebuah pengalaman baru. Saya tidak menyukai taman rekreasi seperti ini sebelumnya dan saya adalah seorang yang enggan berkunjung ke Dufan dan Universal Studios di Singapura karena saya tidak berminat dengan roller-coaster dan wahana lain yang membuat saya tidak berpijak dengan mantap di permukaan bumi. Akan tetapi Dufan dan Universal Studios tidak bisa dibandingkan dengan Disneyland. Tempat ini sungguh menakjubkan karena kita seolah-olah melangkah masuk ke dunia kartun. Hanya Disneyland yang bisa mewujudkan impian masa kecil menjadi kenyataan. 

Oh ya, tempat yang saya maksudkan di atas adalah Disneyland Tokyo, Taman Disney pertama yang saya kunjungi di tahun 2014.  Saat itu kita tinggal di dekat Stasiun Tokyo, jadi kita bisa mengambil jalur kereta Keiyō dan sampai di Disneyland 20 menit kemudian. DisneySea terletak di samping Disneyland, tapi karena luasnya dua taman bermain ini, kita menghabiskan satu hari untuk satu taman. Putri saya belum berumur dua tahun pada saat itu, jadi kita hanya mencoba wahana yang bergerak dengan pelan. Saya jelas tidak keberatan dan dengan senang hati berpartisipasi, haha.

Linda, lagi santai di DisneySea.
Foto oleh Evelyn Nuryani.

Saya tidak tahu apa sebenarnya beda Disneyland dan DisneySea. Saya ingat bahwa seseorang, mungkin Wawa, memberitahukan kepada saya bahwa DisneySea lebih cocok untuk orang dewasa karena wahananya lebih menantang, namun saya tidak akan pernah tahu itu sebab apa yang saya coba adalah wahana yang aman untuk balita. Saya ingat bahwa ada danau dan kanal air, jadi mungkin karena itulah namanya DisneySea. Kendati begitu, ada satu kenangan yang saya ingat betul. Saat itu saya sedang berada di Mysterious Island, salah satu bagian di DisneySea, dan saya memperhatikan tebing dan danau buatan di sekitar saya. Detilnya sungguh luar biasa mengesankan. Hal ini dan juga antusiasme orang Jepang dalam melaksanakan pekerjaannya membuat Disneyland dan DisneySea benar-benar terasa otentik. 

Saya tidak pergi ke Disneyland sewaktu berada di Paris (dan terkadang ada rasa sesal karena tidak berkunjung ke sana). Kali berikutnya saya ke Disneyland adalah empat tahun kemudian, ketika saya mengadakan liburan ayah dan anak. Bersama-sama dengan Endrico dan putrinya, kita menginap di Disney Hollywood Hotel sehingga mudah bagi kita untuk pergi ke Disneyland pada keesokan harinya. Taman Disney di Hong Kong ini terasa lebih kecil dan tidak memiliki Istana Cinderella yang terkenal. Menurut apa yang saya baca, Disneyland Hong Kong seharusnya memiliki Istana Putri Tidur, namun sedang direnovasi pada saat kita ke sana (istana yang baru, Istana Para Putri, akan dibuka di tahun 2020). Saya melihat Miki Tikus berbicara dalam bahasa Kanton di Hong Kong, satu hal yang mengingatkan saya bahwa tikus paling populer di dunia ini berbicara bahasa Jepang di Jepang (dan Mandarin di Cina). Hanya Tuhan dan Endrico yang tahu apa yang dibicarakan Miki dengan penuh semangat. Atraksi yang paling mengesankan selama kita di sana adalah Mickey's Philharmagic. Kita bahkan mampir dua kali, tapi karena hari sedang hujan dan kita butuh tempat berteduh, haha.

Bersama Endrico dalam perjalanan menuju Disneyland Hong Kong.
Foto oleh Rachel Valerie Richard. 

Taman Disney terakhir yang saya kunjungi sejauh ini adalah Disneyland Shanghai. Saya agak terkejut saat menyadari bahwa Disneyland yang satu ini tidak memiliki it's a small world, wahana perahu yang membawa anda berlayar mengelilingi dunia sambil ditemani oleh lagunya yang diulang-ulang. Saya kira atraksi ini selalu ada di Disneyland, namun tidak begitu rupanya. Kunjungan ke Disneyland Shanghai juga membuat saya sadar bahwa beberapa bagian Disneyland selalu sama di mana-mana. Tiga Disneyland yang saya kunjungi memiliki Fantasyland yang bertema Putri Disney dan dunia dongeng, Adventureland untuk Tarzan dan lain-lain serta Tomorrowland untuk tokoh-tokoh seperti Buzz Lightyear, Captain EO yang diperankan oleh Michael Jackson, Tron dan sebagainya. Pirates of the Caribbean adalah wahana paling bagus di situ, tapi yang saya ingat betul justru toilet paling bersih di Cina. Tidak setiap hari saya bisa menikmati toilet sebersih itu sambil diiringi dengan lagu Colors of the Wind dari Pocahontas.

Saya tidak menonton pertunjukan kembang api di Disneyland Shanghai karena jadwalnya yang cukup malam. Disneyland Hong Kong tidak memiliki pertunjukan serupa, jadi sekali-kalinya saya menonton pertunjukan tersebut adalah di Tokyo. Atraksi kembang api itu adalah penutup untuk pengalaman Disney yang luar biasa, yang akhirnya menjadi standar bagi saya untuk menilai Disneyland Hong Kong dan Shanghai. Dengan standar Disneyland Tokyo yang begitu tinggi, dua Disneyland lainnya terasa lebih mirip seperti taman rekreasi yang kebetulan bertema Disney. Walaupun tidak begitu bagus, namun tetap saja tempat-tempat paling gembira di dunia! Jangan lewatkan! Kalau anda harus memilih, pilihlah Disneyland!

Menuju ke atraksi Pirates di Disneyland Shanghai.
Foto oleh Evelyn Nuryani.

No comments:

Post a Comment