Total Pageviews

Translate

Friday, November 8, 2019

Untuk Adik-Adik Di STMIK Pontianak

Tulisan berikut ini terinspirasi dari foto-foto kunjungan siswa-siswi yang baru-baru ini dipos oleh Pak Sandy. Para remaja ini terlihat masih begitu muda sehingga saya jadi ikut membayangkan masa depan seperti apa yang membentang di hadapan mereka. Saya teringat bahwa dua dekade yang lalu, saya juga pernah berada di posisi yang sama, duduk di bangku mendengarkan kuliah dari Pak Sandy di STMIK Pontianak, tapi di gedung lama di samping Harum Manis.

Oh ya, beberapa bulan silam, saya sempat mampir ke kampus. Ada rasa senang di hati saat bertamu dan melihat perkembangan tempat dimana saya kuliah dulu. Jauh lebih bagus gedung dan fasilitasnya sekarang. Kalau saya ingat kembali, 20 tahun yang lalu adalah zaman yang sungguh berbeda. Hmm, mungkin saya bisa bercerita sedikit, seperti apa perbedaannya. 

Saya memasuki jenjang kuliah di tahun 1998, tepat di saat internet baru bermula di Pontianak. Dulu internet hanya bisa dipakai di tempat yang namanya warung internet dan proses registrasi satu email address di Hotmail membutuhkan waktu satu jam lamanya karena lambatnya koneksi internet. Yang namanya telepon genggam pada saat itu merupakan barang mewah yang cuma bisa dipakai untuk menelepon dan mengirim SMS. Era internet di handphone baru mulai setelah iPhone diluncurkan pada tahun 2007, sembilan tahun setelah setelah saya mengenal internet. 

Tahun ajaran pertama, 1998-1999.

Sebagai contoh lainnya, jaringan komputer itu bagaikan sesuatu yang abstrak. Dipelajari di kampus, tapi tidak jelas seperti apa bentuknya. Semuanya baru menjadi jelas setelah saya mendapat kesempatan untuk berkecimpung dan melihat langsung. Saat itu laboratorium komputer masih menggunakan Novell dan Windows 3.1. Sewaktu dua mahasiswa tingkat akhir melakukan upgrade ke Windows 2000 dan Linux Red Hat sebagai bagian dari skripsi, saya dan Pak Gat yang pada saat itu bekerja sebagai asisten lab pun turut dilibatkan. Itulah pertama kalinya saya mengerti, seperti apa jaringan komputer itu.

Bayangkan kehidupan kalian sekarang yang baru lahir setelah internet ada. Tumbuh besar dan terbiasa pula dengan yang namanya teknologi dalam genggaman tangan (tapi kalian mungkin tidak tahu apa yang namanya disket, haha). Kalian bukan saja memiliki kesempatan, tapi juga jauh lebih siap karena sudah terbiasa dengan kehidupan berinternet. Bagi kalian, internet ini bukan lagi barang mewah, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari. 

Saya tidak tahu bagaimana pola pikir anak muda sekarang, namun sebagai seseorang yang berasal dari Pontianak, saya ingin berbagi sedikit pengalaman dengan harapan agar kalian menjadi lebih tahu dan tidak lagi membuat kekeliruan yang sama. Dulu saya tidak memiliki gambaran seperti apa masa depan saya nanti, terlebih lagi karena saya tidak punya uang. Adalah tante saya, yang saat itu bekerja di Taiwan, yang memberikan saya uang untuk mendaftarkan diri di perguruan tinggi. Saya memilih STMIK Pontianak semata-mata karena teman dekat saya, Hendri Muliadi, mengajak saya untuk registrasi di sana.

Saya sering bingung saat kuliah karena tidak mengerti apa sebenarnya yang dijelaskan oleh dosen. Mata kuliah seperti keamanan komputer, pengolahan data terdistribusi atau jaringan komputer yang disebutkan di atas, semuanya dijelaskan secara teori. Saya tidak bisa membayangkan seperti apa penerapannya. Satu-satunya yang terlihat jelas adalah mata kuliah pemrograman, sehingga muncul pemikiran bahwa setelah lulus kuliah, saya nantinya akan menjadi programmer. Saya jadi agak cemas, sebetulnya, sebab saya tidak menguasai programming dengan baik. 

Bersama bos dan rekan-rekan tim network dan web di Kalbe Farma.

Akan tetapi IT bukanlah tentang programming saja. IT mencakup banyak hal, mulai dari helpdesk, application support, email administrator, IT security, server team, network team, project manager dan lain-lain. Saya baru mengetahui hal ini di tahun 2002, sewaktu saya melamar kerja di Kalbe Farma yang memiliki kantor di Jakarta dan Cikarang. Kalau anda belum tahu mau jadi apa dan tidak mahir di programming, semoga sekarang lebih terbuka wawasannya dan bisa mengambil ancang-ancang untuk menekuni salah satu profesi di atas.

Oh ya, 17 tahun yang lalu, sesudah wisuda, saya hanya bercita-cita untuk kerja di Jakarta. Saya tidak terlalu pintar, tidak pula paham apa yang ingin saya kerjakan di bidang IT, maka dari itu impian saya pun tidak terlalu muluk. Namun jalan hidup saya ternyata tidak berhenti di situ dan membawa saya ke Singapura. Saya mulai dari bawah, dari seorang helpdesk hingga menjadi salah satu pimpinan IT regional di sebuah perusahaan sekuritas (anda bisa lihat detilnya di profil LinkedIn saya). Saya mendapat kepercayaan untuk memimpin tim yang terdiri dari orang Singapura, Malaysia dan India.

Jadi apa makna dari cerita di atas? Saya hanya ingin memberitahukan bahwa seseorang dari kota kecil bernama Pontianak yang merupakan lulusan STMIK Pontianak pun bisa bersaing di negara maju. Jangan pernah berkecil hati, tapi tekunlah dalam berusaha. Jika saya bisa, saya percaya bahwa anda yang lebih muda pasti bisa melangkah lebih jauh dan berbuat lebih banyak lagi. Satu pesan saya, selain mendalami apa yang anda pelajari di kampus, biasakan juga berbahasa Inggris. Ini penting. Tanpa Bahasa Inggris, anda tidak akan bisa berkiprah di luar Indonesia. Selamat belajar dan semoga sukses! Buktikan pada dunia bahwa lulusan STMIK Pontianak tidak kalah unggulnya! 

Makan siang bersama staf di Singapura. 





No comments:

Post a Comment