Total Pageviews

Translate

Tuesday, April 7, 2020

Book Review: The Man Who Cycled To Europe For Love

Roughly a week ago, a colleague of mine shared this peculiar post on her Facebook. I happened to see it and I found it intriguing, so I browsed the internet just to read more about it. Much to my surprise, it turned out to be a true story that happened in the 70s. Cycling to Europe for love? How bizarre!

Then I got myself a copy from Kinokuniya and started reading. It was fascinating. I thought I knew India quite well, but this was the first time I heard about a state called Odisha. That's where our titular character came from. He got a long name that I couldn't remember, so it was a good thing that he was called PK throughout the story. I liked the initials as they reminded me of the movie by Aamir Khan.

By the way, the story can be divided into four sections. The first was PK's origin. It was an eye-opener. I'd heard about the four castes in India and I vaguely remember that we studied about the caste system at school, but I never heard of the untouchables until I read this book. PK had the untouchable father and tribal mother (the tribe was like the native people and they weren't exactly Hindu to begin with). This was like the most unfortunate combination ever and he was considered as a pariah. As a child, PK was looked down, shunned and excluded. If he ever touched anybody, they'd wash and clean themselves. It was that bad.

His teenage years weren't any better. He was constantly hungry and he slept literally everywhere, from inside the phone booth to under the bridge. Life was so tough that he tried to commit suicide several times. But PK wouldn't be the main character if his life was just a series of bad luck. The young man was a talented artist and it was his skill in sketching that changed his life. He met quite a fair bit of important people, including Indira Gandhi, before he met the love of his life.

The second section was about the short period of time he spent with Lotta, the Swedish girl, in India. Oh yeah, the short story of Lotta would appear from time to time since the beginning of the book. These chapters explained the early Indian influence in her life (the Beatles, especially George Harrison, was mentioned, too) and her eventual departure to India. Then finally came the boy-meets-girl story in Indian style, with a tinge of European flavour. He loved her and the girl finally said yes, but then she had to go.

That's when the third section began. The adventure from India to Sweden on a bike! This part was really fun to read (though might not be as fun for the cyclist). He cycled to Pakistan and suffered his first setback there, but funny how help always appeared when all hope seemed lost. 

PK then passed by Afghanistan, Iran and Turkey before stepped into Austria, Germany, Denmark and Sweden. The part where he was warned that Europeans weren't as friendly as Asians was a reminder that we were of different cultures, but still there were a lot of good Europeans that assisted him, too!

Then of course he finally made it to Sweden and lived happily ever after, or else his story wouldn't be known at all. The last section was about his life in Sweden. It was not easy to adapt (and he didn't even speak their language at first), but if he could go the distance, he surely could do it.

While his love might be the title of the story, the book offered the optimism that kind people still exist. I mean, one wouldn't be able to go very far with only an Indian passport and a bicycle. The help from other people along the way played a significant part in getting him to Europe. It was also quite obvious that PK wasn't a supporter of the caste system, especially when it costed him a nightmarish childhood. Sometimes I wonder if the castes were ever relevant at all, but hey, since I'm not an Indian, what do I know? Overall, it was a good and quick reading!

Relaxing and reading the amazing story.



Ulasan Buku: Pria Yang Bersepeda Ke Eropa Demi Cinta

Kira-kira seminggu yang lalu, seorang kolega saya membagikan beberapa foto tentang kisah yang tidak lazim ini di Facebook. Kebetulan saya melihatnya dan lantas merasa tertarik, lalu saya pun mencari tahu di internet. Ternyata ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di tahun 70an. Mengayuh sepeda ke Eropa demi cinta? Sungguh dashyat! 

Segera saya memesan buku ini dari Kinokuniya dan lekas membacanya begitu saya terima. Ceritanya sungguh mengesankan. Saya mengira saya sudah tahu banyak tentang India, tapi baru kali ini saya mendengar tentang negara bagian yang bernama Odisha. Dari sinilah tokoh utama kita berasal. Nama pria ini panjang dan susah diingat, namun untunglah dia dipanggil dengan sebutan PK di sepanjang cerita. Saya suka dengan inisial yang mengingatkan saya pada film Aamir Khan ini. 

Oh ya, kisah PK boleh dikatakan dibagi menjadi empat bagian. Yang pertama adalah asal-usulnya yang sungguh mencengangkan. Saya sudah lama mengetahui tentang empat kasta di India, tapi baru kali ini saya mendengar tentang golongan yang tak boleh disentuh. Ayah PK berasal dari kalangan ini dan ibunya adalah wanita dari suku asli Odisha yang leluhurnya tidak memeluk agama Hindu. Ini adalah perpaduan orang tua yang tergolong sangat malang sehingga PK pun dianggap sebagai orang tidak berkasta yang rendah martabatnya. Semasa kecil, PK direndahkan, ditolak dan dikucilkan. Jika dia secara tidak sengaja menyentuh orang, maka yang disentuh akan segera membersihkan diri. Sampai separah itu nasibnya yang hina-dina. 

Masa remajanya pun tidak bagus. Dia senantiasa kelaparan dan tidur di mana-mana, mulai dari tempat telepon umum sampai di bawah jembatan. Kendati begitu, PK tentu tidak akan menjadi tokoh utama bilamana hidupnya hanya sekedar dirundung kemalangan. Pemuda ini berbakat dalam seni dan pandai melukis. PK lantas bertemu dan diminta untuk melukis banyak orang ternama, termasuk juga Indira Gandhi. Yang paling penting lagi, berkat keahliannya ini, PK akhirnya bertemu dengan wanita yang kemudian menjadi istrinya. 

Bagian kedua adalah periode singkat yang ia habiskan bersama Lotta, seorang wanita Swedia yang berkunjung ke India. Oh ya, cerita singkat tentang Lotta sudah muncul menjadi selingan dari sejak awal buku dan berkisah tentang pengaruh budaya India di dalam hidupnya (the Beatles, terutama George Harrison, juga disebut) dan perjalanannya ke India dengan menggunakan mobil. Setelah itu, kisah cinta muda-mudi yang bergaya India dan bercampur budaya Eropa pun bermula. PK mencintai Lotta dan sang gadis mengiyakan, tapi dia akhirnya harus kembali ke Swedia.

Dan bagian ketiga pun bermula. Petualangan dari India ke Swedia menggunakan sepeda! Bagian ini seru (walaupun mungkin teramat sangat sulit bagi PK yang mengayuh sepeda). Dia mengengkol dari New Delhi sampai Pakistan dan ditolak masuk, tapi kemudian menemukan jalannya ketika dia mulai putus asa. 

PK kemudian melewati Afghanistan, Iran dan Turki sebelum masuk ke Austria, Jerman, Denmark and Swedia. Bagian dimana dia diingatkan kembali bahwa orang Eropa tidak seramah orang Asia adalah fakta bahwa kita memang berbeda budaya, tapi ternyata tetap saja banyak orang Eropa yang tergerak untuk membantunya! 

Dan tentu saja dia akhirnya berhasil mencapai Swedia dan hidup bahagia. Bagian terakhir mengisahkan tentang hidupnya di Swedia. Tidak mudah untuk menyesuaikan diri di sana, apalagi kalau tidak bisa bahasa Swedia, namun jika dia bisa menempuh jarak ribuan kilometer, tentunya dia juga bisa bertahan dan beradaptasi. 

Buku ini menawarkan optimisme bahwa kekuatan cinta itu menakjubkan dan orang-orang baik masih ada di dunia ini. Maksud saya, tidak mungkin dia bisa mencapai Eropa dengan hanya modal paspor India dan sepeda. Banyak orang yang membantunya membuat perjalanan mustahil ini menjadi kenyataan. Selain itu, PK juga terkesan sangat menentang sistem kasta yang membuat hidupnya menderita. Saya jadi berpikir bahwa sistem kasta ini sepertinya tidak relevan dan terasa menyulitkan, tapi saya bukan orang India, jadi saya mungkin keliru. Secara keseluruhan, buku ini enak dibaca! 

No comments:

Post a Comment