Total Pageviews

Translate

Thursday, April 30, 2020

Good To Be Older

I often looked back and recalled the good times I had in my younger days, but as fun as those days were, it's actually good to be older. Yes, as surprising as it may sound, I never wish to turn back time and re-live the past. I like it now because life felt less complicated than it used to be.

Married life, especially with kids, is like an entirely different life altogether. In fact, it is so different that it creates a timeline called BM: Before Marriage. Suddenly what happened before was like a lifetime ago! However, that's not a bad thing and I'll share with you why.

School days were very much tougher, I'd say. First of all, you studied things you barely understood and most of them turned out to be not in use. Yes, things like trigonometry were so difficult that even with the help of calculator, I still got them wrong. How I'm glad that part of my life was over.

The Olodum shirt, popularized by Michael Jackson in They Don't Care About Us. 
Photo by Parno Bong.

Secondly, there were too many things to worry about and it got worse when you weren't good looking and yet came from a poor family. It didn't really matter if you were academically smart or not. You still had to worry about hairstyle and fashion. You'd wonder how to ask a girl out for a date, especially when you only got a bicycle while the rest of your friends had a car or a motorbike. Talk about peer pressure! There were these popular friends you could only be envious about! For the love of God, they even had their own gangs!

In hindsight, all these are so trivial, but they were big deals back then. It's crazy that a high school or college student gotta cope with these when you didn't even got a job to make money! Well, I started working in college and it felt cool to drive the office car to campus, but I'd be frank that there were days when I stayed back to let other students go back first before I pushed my bike out of the parking lot. It's a relief that these are no longer relevant these days.

Things got better when you finished school and joined the work force. Less things to learn (or make you feel stupid) actually boosted up your confidence and gave you chance to be more focus and specialised. On top of that, it was good to start making money. Now we actually could afford to do something we liked! But those long, crazy nights we wasted for the sake of having fun, it was good that it came to an end. Looking back, it was bloody tiring.

One of those long nights with my housemates, Fendy and Markus (right). 
Photo by Ng Lina.

That's not to say that I dislike the life before marriage. It was fun while it lasted. I still cherish every moment of it, but I'm happy the past happened only once. Things happened for a reason and they gave you the perspective you never knew you needed. It was through what I experienced before that I appreciate what I have now.

This is why I prefer today. Gone were the days when I had to study things that I didn't like, it's now replaced with spending time with my hobbies instead. I don't need to worry about my hairstyle now. I just keep it short and when I have to comb it, that means it's time for me to go for a haircut. Fashion is no longer my concerns, too. I don't dress to impress anymore. It doesn't matter what I ride or what I drive these days (I actually give up driving and let my license expire). I'm fine taking Grab or any other public transports. And those popular friends? It doesn't feel that way anymore, especially when some of them start losing hair as we approach 40, haha. But it's a nice change. I get to know them as who they are instead of who I thought they were like.

It's a freedom to lead such a simple life. More than that, it's a blessing to go back to a place called home. It's nice coming home to wife and kids. The smiles. The screaming. The laughter. The nagging. Everything. As compared with the erratic good old days, I love the stability I'm having now. Yes, it feels like a routine, but it's a more organised life at the same time. I don't think I wish to venture into the unknown on a regular basis again these days. Part of growing older, I guess, haha!

That simple life these days. 
Photo by Steva.


Nikmatnya Usia Sekarang

Saya sering melihat kembali dan mengenang serunya masa muda. Kendati begitu, saya sebenarnya lebih menikmati usia sekarang ini. Ya, walau ini mungkin terdengar mengejutkan, saya sungguh tidak pernah berharap bisa memutarbalikkan waktu dan kembali ke masa lampau. Saya lebih suka usia 30an menjelang 40 ini karena hidup terasa tidak serumit dulu. 

Kehidupan rumah tangga, terutama yang telah diramaikan dengan kehadiran anak-anak, adalah suatu kehidupan yang berbeda. Tiba-tiba saja apa yang terjadi sebelum pernikahan terasa seperti kehidupan sebelum reinkarnasi menjadi seorang suami dan ayah. Kendati berbeda, ini bukanlah hal yang buruk dan akan saya jelaskan alasannya. 

Saya rasa usia sekolah cenderung lebih sulit. Pertama-tama, kita belajar aneka mata pelajaran yang mungkin sama sekali tidak kita mengerti dan banyak di antaranya yang ternyata tidak dipakai di kemudian hari. Ya, pelajaran seperti trigonometri atau rumus relativitas Einstein sangatlah sulit, bahkan dengan bantuan kalkulator sekalipun! Betapa leganya saya bahwa bagian hidup ini sudah terlewati.

Kemeja Olodum yang dipopulerkan oleh Michael Jackson di lagu They Don't Care About Us. 
Foto oleh Parno Bong.

Hal kedua, ada begitu banyak permasalahan yang perlu dikhawatirkan oleh anak SMU, apalagi jika penampilan anda tidak menarik dan anda berasal dari keluarga miskin pula. Kalau sudah begitu, tidak terlalu penting apakah anda pintar dari segi akademik atau tidak. Anda masih tetap harus kalut dengan gaya rambut atau model baju yang anda pakai. Anda juga mencemaskan cara yang tepat untuk mengajak kencan gadis yang anda sukai, terutama jika anda hanya memiliki sepeda, sedangkan teman-teman lain sudah memiliki motor atau mobil. Bicara soal tekanan batin saat melihat teman-teman lain yang lebih populer, mereka bahkan ada kelompok sendiri. Yang tidak populer silahkan menepi agak jauh!

Kalau ditelaah kembali, ini sebenarnya masalah kecil, tapi terasa penting pada saat itu. Sulit dimengerti bagaimana anak SMU bisa bertahan di tengah cobaan seperti ini. Begitu banyak hal yang butuh biaya, padahal masih usia sekolah dan belum bisa mencari uang. Saya sendiri baru mulai bekerja di masa kuliah. Saya akui bahwa senang rasanya saat mengemudikan mobil kantor ke kampus, tapi ada juga hari-hari di mana saya harus menanti semua teman pulang duluan, barulah saya mendorong keluar sepeda saya dari tempat parkir. Senang rasanya bahwa semua ini sudah berlalu. 

Situasi dan kondisi pun membaik setelah pendidikan terselesaikan dan saya mulai masuk ke dunia kerja. Lebih sedikit hal yang perlu dipelajari dan kita berkesempatan untuk lebih fokus dalam bidang yang kita tekuni. Selain itu, apa yang kita kerjakan pun mulai menghasilkan uang. Tibalah masa dimana kita bisa membelanjakan hasil jerih payah kita. Bagi saya pribadi, saya menikmati saat bersantai, bersantap malam dan berlibur dengan teman-teman serumah. Tidak jarang kita berbincang atau berkeliaran hingga subuh atau menjelang pagi. Ya, heboh nian, tapi juga melelahkan, dan ada baiknya masa ini berakhir.

Menikmati malam bersama teman-teman serumah, Fendy dan Markus (kanan).
Foto oleh Ng Lina.

Jika ada kesan sinis dengan ulasan saya ini, perlu saya tekankan bahwa saya bukannya tidak menyukai kehidupan sebelum menikah. Kebebasan yang tidak ternilai ini sangatlah menyenangkan pada masanya. Saya tersenyum saat melihat kembali, tapi saya juga bersyukur bahwa masa lalu ini hanya terjadi sekali. Semua hal terjadi karena ada alasannya dan semua peristiwa ini memberikan sudut pandang yang menjadi bekal kita kelak. Dari apa yang saya alami inilah saya bisa menghargai apa yang saya miliki sekarang. 

Karena inilah saya lebih memilih kehidupan sekarang. Saya tidak perlu lagi belajar apa yang tidak perlu dan saya bisa menghabiskan waktu untuk mengerjakan hobi yang saya sukai. Saya tidak perlu khawatir lagi dengan model rambut. Cukup yang pendek dan rapi saja. Kalau saya sudah perlu menyisir rambut, itu tandanya saya sudah perlu ke salon. Model dan merek baju juga tidak lagi terlalu penting. Saya tidak perlu tampil penuh pesona lagi untuk menarik perhatian wanita di luar. Demikian juga halnya dengan kendaraan yang saya gunakan saat bepergian. Saya cukup puas dengan Grab atau angkutan umum lainnya seperti taksi atau MRT. Dan teman-teman yang dulunya populer? Hmm, rasanya tidak ada lagi yang seperti itu sejak kita lulus, apalagi di saat kita mulai berumur dan mulai ada yang tipis rambutnya, haha. Tapi ini perubahan yang baik. Saya jadi mengenal mereka apa adanya, bukan hanya mereka-reka seperti apa mereka sesungguhnya. 

Adalah suatu kebebasan untuk bisa hidup santai dan sederhana. Lebih dari itu, adalah sebuah berkat bila kita bisa pulang ke tempat yang kita sebut rumah. Adalah sebuah kebahagiaan tersendiri saat pulang menemui istri dan anak-anak di rumah. Senyumnya. Teriakannya. Tawanya. Omelannya. Semuanya. Dibandingkan dengan masa lalu yang hingar-bingar, saya lebih menyukai kehidupan yang lebih stabil pada saat ini. Ya, ada kalanya memang terasa seperti rutinitas, tapi di satu sisi juga terasa lebih teratur. Di usia sekarang ini, saya tidak berharap bahwa setiap hari merupakan sebuah petualangan yang penuh ketidakpastian. Mungkin ini adalah bagian dari proses penuaan, hehe...

Hidup yang lebih santai di masa kini.
Foto oleh Steva.

No comments:

Post a Comment