Total Pageviews

Translate

Monday, August 9, 2021

The Ghostwriter

I remember those early days when I started writing. It was year 1997 and the newfound ability clearly came handy to impress girls in high school. I volunteered to write on their behalf in composition writing, but I immediately learnt that I was overconfident. Just because I had a few good short stories under my belt, that didn't automatically make me a hit maker. 

The ghostwriting process was such a struggle that it wasn't enjoyable at all. I soon learnt that the thought of not wanting to disappoint people's expectation and the deadline of the project added the unnecessary pressures I certainly could do without. I write because it's fun. And it wasn't fun when it became a chore. 

Since then, I never really helped others to write anymore. I was happier that way, haha. Then, a year after I started roadblog101, I realized that I might alienate Indonesian readers if I wrote only in English. That's when I began writing in bilingual. 

The books and the ghostwriter.

Shortly after that, my friend Eday approached me. For those of you who didn't know, Eday represents the best of my generation. Even though we came from a small town, some of us really hit the big time. Some are household names in Indonesia these days, but Eday is probably the only one that is well-known internationally. And Eday is the expert in what he does best: art. 

It was an honor when a friend like him said he liked my writing style. It was a privilege when he wanted me to help him with his books. I'd certainly lend a hand! About two decades after I first gave it a try, I was finally ghostwriting again. 

This time was slightly different, though. At the very least, I didn't have to start from scratch, so it didn't feel like a burden. Eday wrote in a mixture of Bahasa Indonesia and English, so I what I had to do was to position myself, how I would write this if I were Eday. It wasn't easy, because what he wrote was quite specific and the content was nothing like what I had done before.

The books by Eday.

His first book was called Wood Soul. It was fascinating and also a great reminder of how different we were, even though we were friends since secondary school. I wouldn't for the life of me have any interests in wood crafts, old boxes, bronze pots, etc. But here I was, writing about these from his perspective. What would have been junks for me became art in his hands. It gave me the first hand experience to appreciate his mastery.

The second book, just released recently, was about another hobby he had: Gundam. Remember what I said earlier, about him being international? He was the 2012 world champion of Gundam tournament and now I had the chance to look at things that made him great. I used to wonder what ver.ed was about until I wrote about it few months ago. He surely was a legend among his fellow Gundam enthusiasts.

ver.ed's Gundams.

The ghostwriting was quite a unique experience, I'd say. It was like having a glimpse of how Eday looked at things. I mean, when two old friends met up, we'd joke around instead. Through the books, I had a rare opportunity to see how he was actually like when he was serious and passionate about something. He understood branding and he had the skills, consistency and passion to build it up. A brilliant man, and I guess that's what set him apart from us...

PS: I once explained to my daughter that Uncle Eday was famous for what he did. Then she innocently asked, "since you are a friend of a famous person, does this make you famous, too?" I laughed and told her that it didn't work that way. But it was great to be part of his books. All the best, buddy!



Pengarang Untuk Orang Lain

Saya ingat masa-masa ketika saya baru mulai menulis. Di tahun 1997, kemampuan yang baru saya temukan ini sangat berguna untuk membuat teman wanita di masa SMA terkesan. Saya secara sukarela menawarkan untuk mengerjakan tugas pelajaran mengarang, namun setelah itu saya sadari bahwa saya terjebak oleh rasa terlalu percaya diri. Hanya karena saya bisa menulis beberapa cerpen yang disukai teman, itu tidak berarti setiap tulisan saya sudah pasti bagus. 

Pengalaman menulis untuk orang lain terasa seperti perjuangan dan sama sekali tidak bisa saya nikmati. Beragam pikiran, misalnya perasaan tidak ingin mengecewakan orang lain dan juga batas waktu tugas, menambah beban saya sebagai penulis. Saya menulis karena saya suka. Beda rasanya ketika menulis itu menjadi sebuah tugas dan bukan lagi hobi. 

Semenjak itu, saya jarang membantu orang lain dalam perihal menulis lagi. Rasanya lebih lega, haha. Kemudian, setahun sesudah saya memulai roadblog101, saya menyadari bahwa saya bisa kehilangan pembaca Indonesia bila saya hanya menulis dalam bahasa Inggris. Oleh karena itulah saya kini menulis dalam dua bahasa. 

Buku Eday dan the ghostwriter.

Tidak berapa lama setelah itu, teman saya Eday bertanya apakah saya bisa membantunya. Bagi anda yang belum tahun, Eday ini adalah yang terbaik dari generasi saya. Meski kita semua berasal dari kota kecil, beberapa dari kita kini teramat sangat sukses. Tidak sedikit yang sudah termashyur namanya di Indonesia, tapi saya kira hanya Eday yang dikenal di kalangan internasional. Dan Eday adalah ahli di bidang yang ditekuninya: seni. 

Adalah suatu kehormatan tersendiri saat seorang teman seperti Eday berkata bahwa dia menyukai gaya tulisan saya. Ketika dia ingin saya membantunya menulis buku, saya pun menyanggupi permintaannya. Setelah hampir dua puluh tahun lamanya tidak menulis untuk orang lain, akhirnya saya pun mencoba lagi. 

Proses kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya. Saya tidak perlu lagi memulai dari awal, sehingga tidak terasa seperti sebuah beban. Eday sudah menulis apa yang hendak disampaikannya, namun dalam perpaduan Bahasa Indonesia dan Inggris. Berdasarkan karangannya, saya lantas mengambil pendekatan berikut ini: bilamana saya adalah Eday, seperti apa kira-kira tulisannya. Tidak mudah juga, sebab topik yang dibahas olehnya cukup spesifik dan berbeda dengan apa yang pernah saya kerjakan sebelumnya. 

Buku-buku karya Eday.

Buku pertamanya berjudul Wood Soul. Pengalaman menulis buku ini terasa menggelitik dan juga mengingatkan saya kembali, betapa berbedanya pola pikir kita berdua, meskipun kita berteman dari sejak SMP. Saya tidak pernah tertarik dengan kerajinan kayu, kotak tua, pot perunggu dan lain-lain, namun sebagai Eday, saya menulis tentang semua ini berdasarkan perspektifnya. Apa yang pasti sudah menjadi sampah di tangan saya berubah menjadi seni berkat sentuhannya. 

Buku kedua yang baru saja dirilis bercerita tentang hobi lain yang dimilikinya: Gundam. Masih ingat yang saya katakan tentang prestasinya yang internasional? Dia adalah juara dunia turnamen Gundam di tahun 2012 dan saya kini berkesempatan untuk melihat langsung hal-hal yang menunjukkan kehebatannya. Dulu saya sempat heran, apa sebenarnya ver.ed, dan buku ini memberikan jawabannya. Dia memang legenda di kalangan penggemar Gundam. 

Gundam ver.ed.

Pengalaman mengarang untuk Eday tergolong unik. Biasanya, di kala bertemu, kita cenderung bersenda-gurau. Lewat buku-buku ini, saya jadi bisa melihat, seperti apa teman saya ini di kala serius menekuni hobinya. Eday mengerti pentingnya sesuatu khas dari karyanya dan dia memiliki kemampuan, konsistensi dan semangat untuk mengerjakannya. Memang orang yang luar biasa dan kualitas inilah yang membedakannya dengan saya dan teman-teman lainnya... 

NB: baru-baru ini saya jelaskan pada putri saya bahwa Paman Eday terkenal karena hasil karyanya. Mendengar hal itu, anak saya lantas dengan polos bertanya, "karena Papa berteman dengan orang terkenal, apakah ini berarti Papa terkenal juga?" Saya tertawa dan menjelaskan pula bahwa prosesnya tidaklah seperti itu. Namun saya senang bisa turut berpartisipasi dalam buku-bukunya. Sukses selalu, sobat lama! 

No comments:

Post a Comment