I wrote about fatherhood from time to time since 2017. It covered quite a fair bit of things, from my negligence, what I felt when she called, to that father figure I was trying to be. The next one here was pretty much a combination of my favorite song from ABBA, my conversation with my friend Lawrence and also my own observation after that.
In Slipping Through My Fingers, ABBA sang, "each time I think I'm close to knowing, she keeps on growing." The line was not only so beautifully written, but also very true! I could really relate with the whole song that told about the parents and their little girl.
Then about a year ago, I had a dinner and drink with Lawrence. He was known for his hilarious antics, but one thing I admired most from him was his role as a father. I always thought that he was a great father that was extremely close and affectionately loved by his children. And that night, I learnt from him something that lingered in my mind: that the children wouldn't always be the kids who followed us around.
What Lawrence said confirmed the behavior I had been observing for quite some time. My daughter Linda was no longer a toddler, but a young girl that started having ideas and began making her own choices now. I was startled when I noticed this. She surely grew too fast, no? But as reluctant as I was to accept this, I realized the approach that worked for me as a dad few years ago might not be relevant anymore today.
It felt like it was only yesterday when Daddy knew best. While I still retained the final say, I had been listening and more attentive to her suggestions, which weren't always bad. When we talked, sometimes I couldn't help thinking of the time when I was her age. A different time, a different way of parenting. But just because further enquiries would be deemed as disobedience back then and thus resulted in spanking, it didn't mean history should repeat itself. In my heart I would just say, "how privileged you are these days, kiddo."
As Linda grew up, I was also adjusting to the fact that I had to take her more seriously than before. It was an ever-changing learning process for the parents, too, and it wasn't always easy. It was like, "should I be supportive and say yes? Do I firmly say no for her own good? Do I explain to her why this is a bad idea and let her suffer the failure if she still decides to go on?"
And that's a glimpse of questions a father had to ask himself these days. Sometimes I envied my Dad that he could skip this by having no such conversation at all, haha. But hey, I had my mantra, too. When it was an absolute no in certain topics, for example having a dog as a pet, I would simply end it by saying, "oh no, you are not doing this. Not while you are staying under my roof!"
Up until now, that worked like a charm, haha...
With Linda, as she grew up. |
Hubungan Orang Tua Dan Anak
Dari waktu ke waktu, saya menulis tentang bagaimana rasanya menjadi seorang ayah. Sejak tahun 2017 hingga sekarang, ada beberapa topik yang sudah saya jajal, misalnya tentang kesibukan yang membuat saya mengabaikan anak, apa yang saya rasakan ketika anak memanggil, atau tentang sosok seorang ayah bagi anaknya. Yang berikut ini adalah kombinasi dari lagu ABBA yang saya sukai, percakapan dengan teman saya Lawrence dan juga pengamatan saya setelah itu.
Di Slipping Through My Fingers, ABBA menyanyikan lirik berikut ini: "each time I think I'm close to knowing, she keeps on growing." Kalimat ini bukan saja indah, tapi juga benar adanya. Lagu yang bercerita tentang orang tua dan putrinya ini sungguh relevan untuk saya.
Kira-kira setahun yang lalu, saya makan malam dan minum bersama Lawrence. Teman yang satu ini terkenal kocak, tapi satu hal yang saya kagumi darinya adalah perannya sebagai seorang bapak. Saya merasa bahwa meskipun sableng, dia sebenarnya ayah yang akrab dan juga disayangi oleh anak-anaknya. Dan di malam itu saya mempelajari sesuatu dari apa yang ia sampaikan: bahwa anak-anak itu tidak selamanya menjadi bocah yang selalu mengikuti kita dari belakang.
Apa yang Lawrence katakan itu bagaikan pembenaran dari apa yang saya perhatikan belakangan ini. Putri saya Linda bukan lagi balita, tapi seorang wanita belia yang mulai memiliki ide dan juga mulai belajar membuat keputusan sendiri. Saya agak tercengang saat menyadari hal ini. Betapa cepatnya dia tumbuh! Walau saya enggan menerima kenyataan ini, saya lantas menyadari bahwa cara saya mengayomi sebagai seorang ayah pun harus berubah. Apa yang cocok beberapa tahun lalu tidak lagi relevan sekarang.
Rasanya seperti baru kemarin, ketika Papa pokoknya paling tahu dan benar. Sekarang, meski saya masih memegang keputusan akhir, saya mulai mendengarkan apa yang hendak putri saya sampaikan. Saran-sarannya kadang terdengar cerdas dan masuk akal.
Sewaktu saya berbincang dengannya, ada kalanya saya terkenang dengan masa ketika saya seusia dengannya. Era yang berbeda, hubungan ayah dan anak yang berbeda pula. Zaman dulu, banyak bertanya bisa diartikan tidak patuh dan dihukum, tapi cara demikian tidak lantas diterapkan ke generasi selanjutnya. Dalam hati saya hanya bisa berkata, "kamu beruntung karena ada Papa yang meluangkan waktu untuk mendengarkan, Nak."
Semakin Linda tumbuh dewasa, saya juga menyesuaikan diri untuk menerima kehadirannya sebagai seseorang yang kian memiliki opini. Ini adalah sebuah proses yang senantiasa berubah. Orang tua pun belajar saat melewati proses yang tidak selalu mudah ini. Kadang saya jadi bertanya, "apakah saya harus suportif dan mengatakan iya? Apakah saya harus dengan tegas menolak demi kebaikannya? Apakah saya harus jelaskan padanya bahwa ini adalah ide yang buruk, tapi tetap membiarkannya mencoba dan merasakan kegagalan sebagai konsekuensi dari keputusannya?"
Dan itu adalah sekilas tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di benak seorang ayah. Kadang saya merasa iri dengan ayah saya yang bisa menghindari semua ini dengan cara tidak memberikan kesempatan bagi anaknya untuk memulai percakapan, haha. Tapi saya juga punya mantra tersendiri untuk mengelak. Bila jawaban dari topik tertentu adalah tidak, misalnya memelihara anjing di rumah, maka saya akan lekas mengakhirinya dengan kalimat, "oh, pokoknya tidak. Selagi kamu masih tinggal di rumah ini, jawabannya adalah tidak!"
Sampai saat ini, cara di atas masih sukses, wahaha...
No comments:
Post a Comment