Total Pageviews

Translate

Wednesday, March 8, 2017

Book Review: My Brave Action

You know the saying, "book is man's best friend because even the most active chat group on your phone gotta be quiet sometimes?" No? That's alright, because I just made that up. In case you are wondering, I was staying overnight in the hospital, accompanying my Dad while he slept through his chemotherapy session, so I got nobody to talk to and a plenty of time to kill. That was when I pulled out this book, my Christmas present from the man himself, and read it.

A bit of a background here before we get into the book: the writer, a formidable force to be reckoned with in insurance world and then some, happened to be my schoolmate and thanks to our mutual friend, we are on-and-off friends since we were kids. This privilege gave me a rather unique insight when I read this book. At least one part of the book got me chuckled as I tried to guess whom he was talking about and, just like any other readers, it got me motivated, because that's what the book is basically all about: motivation.

This is his second book. A similar attempt was tried previously when he was younger, resulting in a book with a youthful and funky writing style. This second book is still about the same topics, but it feels more mature and focused. It talks about three things: vision, belief and action; with each part cleverly dissected into few chapters to make it easier for him to explain and us to digest. I definitely like this book better than the first one.

As for the content, some parts of it are strangely familiar. It seems like we ever talked about them nine months ago, when we had the Jakarta's infamous super spicy noodles in the middle of the night. As I read about names such Mochtar Riady and Liem Sioe Liong, I could still picture him talking about them. He loves their stories and as he told them over supper, I could see in his eyes that business is his passion.

Which brings us to next question: if business is not something that you like, will the book still be relevant? Fortunately, the answer is yes. While most parts of the book will try to sell you the idea of being your own boss and making more money (it can't be helped as the book was based on his personal experience and, frankly speaking, the idea of making money is not horrible at all), the concept behind it is applicable in whatever that you want to do. In fact, many of the samples offered in the books are not business related (and I also like the part where he quoted Bruce Lee, my hero).

Hence, back to the saying above, if you believe that book is man's best friend, go have a read. If you know him personally, especially from school days, then all the more reason you must read. This is a guy who already walked the talk, so we'll definitely learn a thing or two from him.

PS: The title of the book is uncannily similar with a Jackie Chan's biography called My Life In Action...

3 in 1 book: Vision, Belief and Action

Ulasan Buku: My Brave Action

Anda tahu pepatah, "buku adalah teman terbaik karena group chat paling aktif di telepon genggam anda pun terkadang bisa sepi?" Tidak pernah dengar? Tidak apa-apa, karena saya baru saja mencetuskannya. Saat itu saya sedang bermalam di rumah sakit, menemani ayah saya yang terlelap sambil menjalani kemoterapi, jadi saya memiliki banyak waktu tapi tidak ada teman untuk berbincang. Oleh karena itu saya pun mengeluarkan buku ini, yang saya terima dari penulisnya sebagai hadiah Natal, dan mulai membacanya.

Sedikit latar belakang sebelum kita mengulas bukunya: sang penulis, nama besar di dunia asuransi, satu sekolah dengan saya dan berkat seorang teman yang menjadi perantara di dua sisi, kita berkumpul di berbagai kesempatan sejak SMP. Pengalaman ini memberikan saya sudut pandang yang unik ketika saya membaca buku ini. Paling tidak ada satu bagian yang membuat saya tersenyum geli saat saya mencoba menebak, siapa yang dia bicarakan di bukunya. Secara umum, sama seperti pembaca lainnya, buku ini juga membuat saya termotivasi, sebab pada dasarnya itulah tujuan dari buku ini: motivasi.

Ini adalah buku keduanya. Upaya yang sama pernah dilakukan sebelumnya ketika ia jauh lebih muda dari hari ini dan hasilnya adalah buku yang gaul bahasanya. Buku ini masih membahas topik yang sama, tetapi terasa lebih matang dan fokus. Intinya ada tiga: visi, keyakinan dan aksi. Setiap tema ini dipecah lagi menjadi beberapa bab sehingga memudahkannya untuk menjelaskan maksudnya. Saya pribadi lebih suka buku yang ini daripada yang pertama.

Beberapa bagian dari buku ini sepertinya pernah saya dengar sebelumnya. Mungkin karena kita pernah membicarakannya saat kita menikmati Indomie goreng super pedas di Jakarta. Ketika saya membaca nama-nama seperti Mochtar Riady dan Liem Sioe Liong, saya masih bisa membayangkan bagaimana dia berbicara tentang mereka. Dia suka cerita tentang para pengusaha ini dan, selagi dia berkisah tentang mereka saat kita bersantap malam, saya bisa melihat bagaimana bisnis adalah gairah hidupnya.

Dan ini membawa kita ke pertanyaan berikutnya: jika bisnis bukanlah sesuatu yang menjadi minat anda, apakah buku ini masih relevan? Jawabannya adalah iya. Sebagian besar isi buku ini akan mendorong anda untuk menjadi bos anda sendiri dan menghasilkan lebih banyak uang lagi, akan tetapi konsepnya bisa diaplikasikan pada apa pun yang anda lakukan. Buku ini bahkan menggunakan banyak contoh yang tidak berasal dari dunia bisnis (dan saya suka bagian dimana dia mengutip Bruce Lee).

Kembali ke pepatah yang saya ciptakan di atas, jika anda percaya bahwa buku adalah teman terbaik manusia, maka anda perlu membaca buku ini. Ini adalah buku yang ditulis oleh orang yang sudah membuktikan apa yang dikatakannya, jadi kita pasti bisa belajar dari pengalamannya...

Tampak belakang buku.



No comments:

Post a Comment