Total Pageviews

Translate

Saturday, May 23, 2020

The Group Chat

It's no secret that I'm still very close to my high school friends. I can neither understand this phenomenon nor fully explain why, but  it is probably because they were there when I needed friends the most. 22 years had passed since we graduated from high school and that was a long period of time to lose touch, but we managed to resume our friendship, albeit virtually, thanks to the WhatsApp group chat. 

Yes, the group chat. And I had this urge to write about it after Jimmy uploaded the same old picture of a birthday cake. He always used back the same picture when it happened to be someone's birthday, haha. He did it so often that it now felt like a permanent fixture or a tradition! That somehow reminded me that the group had been around long enough for it to be felt like a part of my life.

One of the earliest group photos in 2015.

I didn't start the group. It was started by someone else, I couldn't remember whom, and it began in April 2015. Nevertheless, I was probably one of the most chatty guys in the group. It was a mutual relationship, I'd say. I loved having an outlet to vent out all the nonsense I had. On the other hands, the group fed on those bizarre comments and then it became lively. 

We could be talking about anything. If it was me leading the topics, you'd hear me planning for the events such as our next hangout or holiday. Sometimes we'd look back and being nostalgic about our younger days. Otherwise we'd talk about life, work, religion, money and politics. Just like any other groups, we'd have people that talked a lot as well as silent readers. Some would post our latest photos, others would upload random stuff. From time to time, a friend or two would get creative and come up with stickers that would last until now.

The "Haha! Idiot!" sticker that started all.

The group surely had its moments. There were times when we realized we could roll up our sleeves to help a friend in need and we did exactly that. We'd become sombre and reflective when we learnt that a friend we knew had died. Sometimes we'd be a bit too much in what we were saying. That's when chaos ensued and some of us, me included, would have some fun by adding fuel to the fire. You'd see offended people leaving the group, but more often than not, we'd be buddies again after some time. Yes, some never came back, but that was probably for the best. The chemistry just wasn't right for them, haha. 

And this eventually brought me to what struck me the most: the group's dynamics. We'd been together for five years that it seemed to me we had a certain place in each other's life. I couldn't speak on behalf of others, but when one of us, let's say Budiman for example, left the group temporary or hadn't appeared for quite a while, I felt like something was missing. The characteristics of the group was defined by us that when one was not around, it didn't feel right. 

I personally thought that probably we needed each other more than we ever realized. We were of the same generation, we were on the same boat and perhaps this was us growing old together. Worlds apart but virtually together, bound by the fact that we were from the same school. It has been great thus far and I surely enjoy being part of the group while it lasts...

The birthday cake Jimmy used and reused.



Persahabatan Virtual

Bukan rahasia lagi kalau saya masih sangat dekat dengan teman-teman SMA. Saya sendiri tidak begitu paham dan tidak tahu pasti apa alasannya, tapi saya kira ini disebabkan karena mereka dulu hadir di kala saya sungguh membutuhkan teman. 22 tahun sudah berlalu semenjak kita lulus dan ini adalah periode yang panjang untuk kehilangan kontak dan putus hubungan, namun kita ternyata bisa melanjutkan persahabatan, meski secara virtual sekarang, melalui grup di WhatsApp. 

Ya, grup WhatsApp. Dan saya jadi tergelitik untuk menulis tentang grup SMA ini setelah Jimmy mengunggah foto kue ulang tahun. Dia selalu menggunakan foto yang sama ketika ada teman yang berulang tahun, haha. Begitu seringnya dia melakukan hal ini sehingga terasa seperti tradisi. Hal ini lantas membuat saya berpikir bahwa grup ini sudah berlangsung cukup lama sehingga terasa seperti bagian hidup sehari-hari.

Salah satu foto bersama yang diunggah saat grup bermula di tahun 2015.

Bukan saya yang memulai grup ini. Saya tidak ingat lagi siapa pelopornya, tapi sepertinya grup ini muncul di tahun 2015. Meskipun saya bukan pencetusnya, saya boleh dikatakan sebagai salah satu orang yang paling ceriwis di grup. Bagi saya, ini tak ubahnya seperti hubungan yang saling menguntungkan. Saya senang bisa memiliki tempat untuk menuangkan ide dan celetukan yang konyol. Di satu sisi, yang lain pun seringkali terpicu oleh komentar saya yang hiperbola sehingga grup pun menjadi aktif.  

Kita bisa berdiskusi tentang apa saja. Jika saya yang mengarahkan pembicaraan, biasanya saya akan berbicara tentang kapan kita akan berkumpul atau jalan-jalan bersama lagi. Ada kalanya kita melihat kembali dan bernostalgia tentang masa lalu. Kita juga kadang mengobrol tentang kehidupan, pekerjaan, agama, uang dan politik. Seperti grup-grup lainnya, ada yang banyak bicara, ada pula yang hanya diam dan membaca. Ada yang mengunggah foto-foto teman, ada juga yang berbagi video atau berita. Dari waktu ke waktu, ada saja yang kreatif dan menciptakan stiker yang kemudian dipakai sampai sekarang.

Stiker legendaris yang memicu karya-karya selanjutnya.

Ada saja yang kita alami bersama di dalam grup ini. Terkadang kita terdorong untuk melakukan sesuatu demi membantu teman yang sedang membutuhkan. Ada juga saat dimana kita berbagi kabar duka dan mengenang kembali teman yang baru saja meninggal. Kemudian pernah terjadi pula peristiwa dimana kita tidak bijak dalam bercanda dan akhirnya salah satu pihak malah tersinggung. Suasana pun menjadi rusuh dan beberapa di antara kita, termasuk juga saya, kian memperkeruh suasana dengan provokasi lebih lanjut. Kalau sudah begitu, seringkali ada yang meninggalkan grup, tapi biasanya kita akan berdamai lagi setelah beberapa saat kemudian. Ya, ada yang tidak pernah kembali lagi, tapi itu mungkin keputusan yang terbaik, soalnya mungkin memang tidak sama frekuensinya, haha. 

Pada akhirnya semua ini membuat saya tertegun dengan satu hal: dinamika kehidupan dalam grup ini. Kita telah bersama lima tahun lamanya sehingga saya cenderung merasa bahwa kita memiliki tempat di hati masing-masing. Saya tentunya tidak bisa berbicara mewakili yang lain, tapi bagi saya pribadi, jika ada pemain inti yang meninggalkan grup cukup lama atau tidak terdengar suaranya setelah beberapa waktu, saya merasa seperti ada yang hilang. Karakter dari grup ini dibentuk oleh setiap kepribadian anggotanya sehingga ketika salah satu dari kita tidak ada, rasanya seperti ada yang kurang. 

Saya berpikir bahwa kita mungkin tanpa sadar memerlukan satu sama lain. Hanya kita yang memahami seperti apa rasanya berasal dari generasi yang sama. Mungkin inilah cara kita bersama-sama mengarungi hidup ini sebagai sahabat dan teman lama yang berasal dari sekolah yang sama. Sejauh ini luar biasa pengalamannya dan saya senang bisa menjadi bagian dari grup ini...

No comments:

Post a Comment